Mohon tunggu...
Nadya
Nadya Mohon Tunggu... Mahasiswa - Pelajar

Suka nulis yang saya suka

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

OrangTua Wali Murid Mengkatapel Guru

27 September 2023   10:01 Diperbarui: 27 September 2023   10:12 136
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seorang wali murid mengkatapel mata seorang guru sehingga menyebabkan kebutaan permanen di salah satu matanya. Hal ini terjadi lantaran sang wali murid terbawa emosi saat mendengar bahwa anaknya dipukul oleh gurunya setelah ditegur karena merokok. Kejadian ini terjadi pada bulan Agustus lalu di Bengkulu, tepatnya di salah satu SMA negeri di Rejang Lebong.

Berawal dari Z (58), sang guru, yang menegur muridnya PDM (16) karena merokok di jam sekolah (1/8/23). Setelah ditindak, PDM berlari ke rumah dan mengadukan kejadian itu pada orang tuanya. AJ (45), ayah dari PDM, langsung datang ke sekolah. Ia berkata kepada satpam bahwa anaknya telah dipukul oleh Z. 

Beberapa sumber mengatakan bahwa anaknya mengadu ia ditendang. Satpam sempat menahan AJ agar tidak masuk, tetapi akhirnya ia masuk juga lalu mengeluarkan pisau dan katapel. Selanjutnya ia menemui guru tersebut, lalu mengkatapelnya sebanyak dua kali dengan batu. Satu terkena mata, satu terkena tubuh.

Berita ini menjadi trending di media sosial. Sebagian netizen teringat masa-masa mereka sekolah di zaman dahulu. Pengalaman yang mereka rasakan sangat berbeda. Dahulu, jika mereka diberi hukuman oleh guru lalu mengadukannya ke orang tua, mereka justru akan diberi hukuman yang lebih parah dari orang tua. 

Sehingga, jika guru menghukum dengan hukuman fisik seperti memukul pun, mereka tidak akan mengadukannya kepada orang tua. Lantas, netizen membandingkan pengalaman tersebut dengan apa yang terjadi di zaman sekarang, di mana banyak orang tua akan balik memarahi guru jika melakukan hukuman kepada anaknya.

Sebenarnya, masih simpang siur apakah PDM benar-benar dipukul/ditendang oleh sang guru, atau hanya ditegur. Namun, pertanyaannya: Jika Z memukul, apakah tindakan si ayah menjadi benar? Dan jika Z tidak memukul, apakah tindakan si ayah menjadi salah? Apapun itu, satu hal yang jelas adalah bahwa tindakan AJ sangatlah terburu-buru, bahaya, dan tidak dipikirkan akibatnya. S

ebagai wali murid, setidaknya harus memastikan dulu apakah aduan anaknya adalah sebuah kebenaran. Mungkin, memang insting orang tua lah yang memanggilnya untuk membalas rasa sakit yang diterima anaknya. Tapi, sungguh akan lebih bijak kalau kita memastikan kebenaran dari segala informasi yang kita terima, entah dari siapa pun kita menerimanya.

Kalaupun Z betulan dipukul, dengan bukti yang terlihat jelas seperti bekas memar, membelanya dengan melakukan kekerasan yang tidak seimbang (lebih berat) adalah hal yang harus dipikirkanberkali-kali. Jika seorang anak dipukul karena kesalahannya dan balasannya adalah pisau dan katapel, maka itu cukup bisa dibilang berlebihan. 

Apakah ada manfaat yang menguntungkan dari melakukan hal tersebut? Salah satu solusi dari hal ini adalah mendiskusikan dahulu apa yang sebenarnya terjadi antara guru, murid, dan wali murid. Jika guru yang salah, minta ganti rugi. Jika murid yang salah, suruh ia meminta maaf dan ajari ia tanggung jawab. Sebagai wali murid, sebaiknya jangan gegabah.

Memang akan ada berbagai macam pendapat dan pandangan tentang kasus ini. Konflik antara orang tua murid, guru, dan murid ini memang sulit untuk diberi pendapat yang tepat. Terlebih karena beberapa hal masih simpang siur. Yang pasti, banyak pelajaran yang bisa diambil dari kejadian ini, seperti jangan melebih-lebihkan apa yang kita alami saat bercerita ke orang lain, jangan buru-buru bertindak ketika mendengar kabar yang menyulut emosi, melatih pengendalian diri, serta belajar mengambil keputusan yang sebijak mungkin.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun