Mohon tunggu...
Nadya Almunawarah
Nadya Almunawarah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi IAIN Langsa

pantang menyerah

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Ie Bu Peudah dengan Ramuan Rempah-Rempah Alami

17 April 2021   17:30 Diperbarui: 17 April 2021   17:31 210
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Salah satu menu pilihan untuk berbuka puasa di Aceh Besar yaitu menyediakan bubur gratis yang dimasak lalu dibagikan kepada warga secara gratis bubur ini disebut Ie Bu Peudah. Ie Bu Peudah adalah minuman racikan dari 44 macam dedaunan, dedaunan yang dipercaya dapat menanbah kenikmatan karena masakan itu mereka dapatkan dari pergunungan dan perkebunan warga.

Dapat kita katakan bahwa Ie Bu peudah merupakan warisan secara turun temurun dari nenek moyang. Ie Bu Peudah biasanya dimasak setiap tibanya bulan Suci Ramadhan. Biasanya proses memasak  Ie Bu Peudah dilakukan secara bergotong royong oleh masyarakat setempat. Untuk memasaknya butuh waktu sekitar dua hingga tiga jam agar bubur itu siap disantap. Biasanya proses memasaknya dimulai setelah dzuhur atau sekitar pukul 14.30 WIB.

Untuk memasak Ie Bu Peudah bahan utamanya yaitu beras. Untuk prosesnya sebagian beras di tumpuk kemudian dimasukkan ke dalam belanga. Semua rempah dari 44 macam dedaunan tadi dimasak dengan campuran seperti lada, kunyit, lengkuas serta bawang putih lalu adonan rempah ini dicampur dengan beras dan kelapa yang telah diparut dan ditambahkan air. Setelah Ie Bu peudah masak lalu dibagikan kepada warga secara gratis.

Rasa Ie Bu Peudah ini hampir sama dengan kanji-kanji lain. Namun yang membedakan hanya pada pedasnya. Hal ini disebabkan karena rempah – rempah dari dedaunan itu dicampur lada, kunyit saat sebelum dimasak.

Dan kuliner ini sudah ada sejak masa Kesultanan Aceh Sultan Iskandar Muda yang dijadikan takjil untuk berbuka puasa dan pastinya memiliki khasiat kesehatan. Karena kandungan rempah – rempah alami yang bisa menyehatkan tubuh, seperti mudah buang angin dan menghilangkan kebas – kebas.

Tradisi Ie Bu peudah tidak hanya dinikmati cita rasa saja tetapi terdapat filosofi dalam proses pembuatan masakan khas Aceh tersebut seperti pembangunan gotong royong serta rasa tanggung jawab antar sesama.

Salah satu menu pilihan untuk berbuka puasa di Aceh Besar yaitu menyediakan bubur gratis yang dimasak lalu dibagikan kepada warga secara gratis bubur ini disebut Ie Bu Peudah. Ie Bu Peudah adalah minuman racikan dari 44 macam dedaunan, dedaunan yang dipercaya dapat menanbah kenikmatan karena masakan itu mereka dapatkan dari pergunungan dan perkebunan warga.

Dapat kita katakan bahwa Ie Bu peudah merupakan warisan secara turun temurun dari nenek moyang. Ie Bu Peudah biasanya dimasak setiap tibanya bulan Suci Ramadhan. Biasanya proses memasak  Ie Bu Peudah dilakukan secara bergotong royong oleh masyarakat setempat. Untuk memasaknya butuh waktu sekitar dua hingga tiga jam agar bubur itu siap disantap. Biasanya proses memasaknya dimulai setelah dzuhur atau sekitar pukul 14.30 WIB.

Untuk memasak Ie Bu Peudah bahan utamanya yaitu beras. Untuk prosesnya sebagian beras di tumpuk kemudian dimasukkan ke dalam belanga. Semua rempah dari 44 macam dedaunan tadi dimasak dengan campuran seperti lada, kunyit, lengkuas serta bawang putih lalu adonan rempah ini dicampur dengan beras dan kelapa yang telah diparut dan ditambahkan air. Setelah Ie Bu peudah masak lalu dibagikan kepada warga secara gratis.

Rasa Ie Bu Peudah ini hampir sama dengan kanji-kanji lain. Namun yang membedakan hanya pada pedasnya. Hal ini disebabkan karena rempah – rempah dari dedaunan itu dicampur lada, kunyit saat sebelum dimasak.

Dan kuliner ini sudah ada sejak masa Kesultanan Aceh Sultan Iskandar Muda yang dijadikan takjil untuk berbuka puasa dan pastinya memiliki khasiat kesehatan. Karena kandungan rempah – rempah alami yang bisa menyehatkan tubuh, seperti mudah buang angin dan menghilangkan kebas – kebas.

Tradisi Ie Bu peudah tidak hanya dinikmati cita rasa saja tetapi terdapat filosofi dalam proses pembuatan masakan khas Aceh tersebut seperti pembangunan gotong royong serta rasa tanggung jawab antar sesama.

Ditulis oleh Nadya Almunawarah
Prodi Pendidikan Matematika
Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
IAIN Langsa

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun