Dr. Wijaya dalam karyanya "Genealogi Pemikiran Islam Kontemporer" membahas tentang pertumbuhan dan perkembangan aliran epistemologi Islam. Ia menjelaskan bahwa genealogi pemikiran Islam kontemporer melibatkan interaksi antara berbagai aliran dan tidak selalu mencerminkan dialektika yang meniscayakan sintesis dan menjadi rezim.Â
Al-Kindi
Al-Kindi (796-873 M) dianggap sebagai filosof muslim pertama yang menyusun pemikiran filsafat Islam. Ia menulis filsafatnya di Bagdad, yang pada masa itu menjadi ibu kota pemerintahan dan pusat pengkajian pengetahuan. Al-Kindi mendapat dukungan moral dan material dari tiga khalifah dinasti Abbasiyah, al-Ma'mun, al-Mu'tasim, dan al-Watsiq. Melalui penelusuran karya-karya Al-Kindi, para sejarawan menetapkan bahwa Al-Kindi merupakan filosof pertama yang menyelami disiplin filsafat dengan menggunakan bahasa Arab sebagai media pengantarnya.
Ibnu Sina
Ibn Sina (980-1037 M) mengatakan bahwa filsafat adalah menyempurnakan jiwa manusia melalui konseptualisasi hal ihwal dan penimbangan kebenaran teoretis dan praktis dalam batas-batas kemampuan manusia. Dalam ajaran Islam, filsafat Islam dianggap sebagai upaya untuk menjelaskan cara Allah menyampaikan kebenaran atau yang haq dengan bahasa pemikiran yang rasional.
Fazlur Rahman
Fazlur Rahman memberikan sintesis bahwa filsafat Islam tetap berkembang pasca meninggalnya Ibn Rushd di Spanyol. Filsafat Islam berkembang dikalangan umat Islam Timur Shi'i, meskipun disebahagian kecil kalangan terpelajar di Persia, Iran. Wujud filsafat Islam pasca Ibn Rushd dilaksanakan dalam aktifitas "filsafat-agama" (religius-philosophy) atau "agama-filosofis" (philosophical-religius) yang banyak dipengaruhi oleh tasawuf spekulatif atau tasawuf.
Harun Nasution
Harun Nasution menggunakan istilah "falsafat" atau "falsafah" untuk filsafat, yang berasal dari kata Yunani philo dan sophia. Filsafat diartikan sebagai upaya manusia untuk memahami secara radikal dan integral serta sistematik mengenai Tuhan, alam semesta, dan manusia, sehingga dapat menghasilkan pengetahuan tentang bagaimana hakikatnya sejauh yang dapat dicapai akal manusia dan bagaimana sikap manusia itu seharusnya setelah mencapai pengetahuan tersebut.
Ibnu Rusyd
Ibnu Rusyd (1126-1198 M) berargumen bahwa Allah menciptakan manusia dengan kemampuan berpikir rasional dan bahwa filsafat Islam memang benar adanya dalam Islam, baik dari aspek penamaan maupun objek formal dan objek materi yang dikaji. Ibnu Rusyd juga menegaskan bahwa filsafat Islam memang tidak terdapat pada bangsa Arab pada permulaan Islam, tetapi setelah filsafat meninggalkan Yunani, ia dikembangkan oleh orang Islam.