Mohon tunggu...
Nadiya Yunianti
Nadiya Yunianti Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA dengan hobi membaca, traveling, dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Keterampilan Membaca Hakikat Keterampilan Berbahasa

8 Desember 2022   19:01 Diperbarui: 8 Desember 2022   19:05 834
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Keterampilan berbahasa adalah kemampuan dan kecekatan menggunakan bahasa. Keterampilan berbahasa merupakan suatu keterampilan yang sangat penting dalam kehidupan. Bahasa adalah media utama yang digunakan dalam berkomunikasi. Maka, tanpa bahasa kita tidak dapat berkomunikasi dengan baik. 

Setiap orang memiliki kemampuan berbahasa yang berbeda-beda tergantung dari nalar dan artikulasi setiap orang. Orang yang memiliki kemampuan berbahasa baik akan dengan mudah mencapai tujuan komunikasinya. Sebaliknya, orang yang memiliki kemampuan berbahasa lemah akan kesulitan dalam mencapai tujuan komunikasinya, bahkan bisa menimbulkan salah paham.

Paparan di atas dapat disimpulkan bahwa keterampilan berbahasa adalah keterampilan menggunakan bahasa yang sangat penting, karena bahasa dipakai sebagai media berkomunikasi dalam kehidupan sehari-hari. 

Muhsyanur (2019: 5) menyatakan bahwa keterampilan berbahasa yang baik dan mencapai tujuan berkomunikasi disebut dengan komunikatif. Komunikatif merupakan adanya kesepahaman dan kesinambungan pertukaran ide, pesan, atau informasi antara pembicara dengan pendengar dalam kegiatan berkomunikasi. 

Selain berbahasa secara komunikatif, juga sering dikatakan sebagai berkomunikasi kreatif. Berkomunikatif kreatif adalah memiliki daya cipta atau kemampuan untuk menciptakan suasana komunikasi yang nyaman serta dilakukan secara teliti dan menjiwai arah pembicaraan secara cerdas. 

Tujuan dari keterampilan berbahasa adalah agar kita dapat berkomunikasi dengan bahasa yang baik dan dapat dipahami oleh orang lain, sehingga terjalin hubungan komunikasi satu arah dan saling mengerti topik pembicaraan yang dibicarakan.

Keterampilan berbahasa memiliki empat aspek keterampilan, yaitu menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Menyimak dan membaca merupakan keterampilan berbahasa yang bersifat reseptif yang berarti acuan atau pola dasar untuk menghasilkan suatu produk. 

Sedangkan, berbicara dan membaca merupakan keterampilan berbahasa yang bersifat produktif yang berarti hasil dari acuan atau pola dasar tersebut. Secara garis besar menyimak dan berbicara adalah keterampilan berbahasa secara lisan, sedangkan membaca dan menulis adalah keterampilan berbahasa secara tulis. Keempat aspek keterampilan berbahasa tersebut juga memiliki keterkaitan dan saling mendukung satu sama lain.

Membaca menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia memiliki lima makna dan maksud di antaranya: melihat serta memahami isi dari apa yang tertulis (dengan melisankan atau hanya dalam hati); Mengeja atau melafalkan apa yang tertulis; mengucapkan; mengetahui atau meramalkan; memperhitungkan atau memahami. 

Selain itu, Elvi Susanti (2022: 3) menyatakan bahwa membaca juga merupakan proses berpikir sehingga dapat memahami maksud dari tulisan yang dibaca. Berdasarkan hal itu, membaca pada hakikatnya adalah suatu tindakan yang tidak sekadar menafsirkan tulisan, tetapi juga melibatkan banyak hal, antara lain: aktivitas visual, berpikir, psikolinguistik, dan metakognitif.

Membaca memiliki tujuan utama, yaitu mencari serta memperoleh informasi, mencakup isi, dan memahami makna bacaan. Selain itu, membaca bertujuan memberikan wawasan yang lebih luas dalam segala hal, dan membuat belajar lebih mudah. 

Adapun tujuan membaca sebagai upaya menumbuh kembangkan suatu keterampilan, pembelajaran membaca akan lebih efektif apabila didukung oleh faktor-faktor baik yang berasal dari dalam diri siswa sendiri maupun dari luar siswa.  Faktor dari dalam diri siswa yang dapat mendorong siswa aktif membaca adalah tumbuhnya  motivasi yang dapat dibangkitkan dengan cara pemberian minat dan motivasi siswa.

Tiga kriteria dalam kegiatan membaca, yaitu:

1. Kegiatan  pra  membaca, yaitu kegiatan-kegiatan yang dilakukan sebelum melaksanakan kegiatan membaca sebagai jembatan untuk dapat memahami bacaan dan agar dapat melaksanakan   kegiatan pasca membaca dengan cepat dan mudah.

2. Kegiatan membaca, yaitu kegiatan memahami teks yang dibaca.

3. Kegiatan pasca membaca, yaitu kegiatan-kegiatan yang dilakukan setelah melaksanakan kegiatan membaca untuk mengecek atau menguji pemahaman terhadap bacaan yang telah dibaca.

Jenis-Jenis membaca ada dua macam, yaitu:

1) Membaca nyaring

Membaca Nyaring atau bersuara adalah kegiatan membaca yang dilakukan dengan cara melafalkan atau menyuarakan bentuk tertulis yang berupa kata-kata ataupun kalimat. 

Membaca nyaring memerlukan penguasaan keterampilan persepsi, yaitu berupa penglihatan dan daya tanggap sehingga pembaca mudah mengenal dan memahami kata-kata dengan cepat dan tepat serta mampu mengelompokkan ke dalam kesatuan pikiran dengan membaca secara baik dan benar. 

Nyaringnya suara ketika kita membaca nyaring dapat memudahkan kontrol atas ucapan dan intonasi yang tepat sehingga pendengar dan pembaca dapat menangkap informasi yang disampaikan oleh penulis. 

Kegiatan membaca nyaring hanya dilakukan saat membacakan untuk orang lain. Contohnya, membaca berita, berpidato dengan menggunakan teks, dan membaca indah (ketika membaca puisi atau membacakan cerita).

2) Membaca dalam hati

Membaca dalam hati atau silent reading merupakan teknik membaca yang lebih menekankan pemahaman akan bahan bacaan yang sedang dibaca. Membaca dalam hati pada umumnya tidak banyak melakukan pergerakan anggota tubuh kecuali gerakan mata yang mengikuti alur baris teks bacaan. 

Sedikitnya gerakan tubuh menjadi penanda keterampilan membaca. Semakin tinggi tingkat keterampilan membaca akan semakin sedikit gerakan anggota tubuh terutama pada gerakan bibir. 

Membaca dalam hati adalah cara atau teknik membaca tanpa suara jenis membaca ini lebih menekankan terhadap pemahaman isi bacaan (Tarigan, 2008:30). Sesuai dengan pendapat Finocchiaro dalam Tarigan (2008:16) mengemukakan bahwa pelajar harus dapat menemukan dari bahan bacaan jawaban terhadap beberapa pertanyaan, atau beberapa kata atau sesuatu ide, pendapat, atau pikiran utama/pikiran pokok, dan sebagainya.

Menurut Tarigan (1997:30-31) dan Harras (2009: 5) dalam Febriyanti (2019) berpendapat bahwa dilihat dari cakupan bahan bacaan yang dibaca, secara garis besar kita dapat membedakan membaca dalam hati atas dua jenis kegiatan membaca, yaitu membaca ekstensif dan membaca intensif.

a. Membaca ekstensif, yang dibagi menjadi: 

Membaca survey merupakan kegiatan membaca untuk mengetahui secara sekilas terhadap bahan bacaan yang akan dibaca secara mendalam. Kegiatan membaca survey meliputi memeriksa judul, daftar isi, abstrak, memeriksa   kesimpulan, memeriksa indeks dan apendiks.

Membaca sekilas merupakan membaca dengan mengandalkan kecepatan gerak mata dengan tujuan mendapatkan informasi secara cepat.  

Membaca dangkal merupakan membaca dengan tujuan mendapatkan pemahaman yang dangkal yang bersifat luaran tidak mendalam dari bacaan tersebut.

b. Membaca intensif, yang terdiri dari:

Membaca telaah isi, terdiri dari: membaca teliti, membaca pemahaman, membaca kritis, dan membaca ide-ide.

Membaca telaah bahasa, terdiri dari: membaca bahasa dan membaca sastra. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun