Mohon tunggu...
Nadiyatun Naqi
Nadiyatun Naqi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Menulis

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Islam dan Ideologi Pancasila

25 September 2022   09:16 Diperbarui: 25 September 2022   09:24 105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Dari sila awal sampai kelima tidak luput dari ajaran- ajaran agama. Tidak yakin? Ayo kita bahas satu persatu penjelasannya.

1. Sila Awal: Ketuhanan yang Maha Esa Lewat ulasan lumayan panjang dalam merumuskan sila awal, kesimpulannya tercetuslah sila awal ialah Ketuhanan yang Maha Esa. 

Maksudnya tiap masyarakat negeri tidak hirau apapun agamanya, ia harus meyakini terdapatnya Tuhan yang menghasilkan semesta alam Konsep ini menampilkan kalau bawah kehidupan bernegara rakyat Indonesia merupakan ketuhanan. Di dalam Islam, konsep ini biasa diucap hablum min Allah yang ialah esensi dari tauhid berbentuk ikatan manusia dengan Allah Swt

2. Sila Kedua: Kemanusiaan Adil serta Beradab Dalam kehidupan berbangsa serta bernegara, sila kedua ini

ini merupakan membangun sumber energi manusianya. Dengan metode apa? Pasti saja dengan perilaku serta sikap yang baik terhadap sesama. Menghasilkan area sosial yang sanggup menghasilkan Hablum minannas.

3. Sila Ketiga: Persatuan Indonesia Kala telah terbangun area sosial yang baik, berikutnya menjalakan silaturahmi diantara manusia. Ukhuwah Islamiah yang wajib dilindungi semacam dalam pesan al- Hujurat 49.

4. Sila Keempat; Kerakyatan yang Dipandu Oleh Hikmad Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan serta Perwakilanpat rahmat."( Q. S. al- Hujurat[49]: 10).

5. Sila Kelima; Keadilan Untuk Segala Rakyat Indonesia Sila terakhir pula tidak kalah terkaitnya dengan nilai serta ajaran agama. Sehabis didasari dengan tauhid yang mengakar kokoh hingga terciptalah keadilan sejati.

Tujuan dari ditegekkan nilai agama muaranya merupakan keadilan untuk seluruh orang. Seperti itu uniknya Pancasila selaku bawah negeri Indonesia.

Agama serta Pancasila mempunyai kesamaan guna, ialah selaku nilai serta perlengkapan buat menggapai kesejahteraan lahir batin warga. Tidak kelewatan jika diibaratkan roda kanan serta kiri suatu kendaraan. Guna roda tersebut sama selaku penggerak tubuh kendaraan buat menempuh satu tujuan tertentu, tetapi kedudukannya yang berbeda. 

Agama berfungsi selaku perekat sosial serta pembina ruhani, sebaliknya Pancasila berfungsi selaku pedoman( pandangan hidup) bernegara. Agama merupakan rumah besar yang menyajikan tata kelola mental, spiritual serta segala sendi kehidupan manusia, sebaliknya Pancasila merupakan rumah besar macam agama anak bangsa, menyajikan tata kelola negeri biar terencana pada sasaran.

Antara agama serta Pancasila sudah terjalin silih dukung serta silih memantapkan. Pancasila mengakui agama serta pula agama mengapresiasi nilai- nilai Pancasila. Pancasila berikan ruang yang luas untuk agama. Nilai ketuhanan yang tercantum dalam Pancasila merupakan inti ajaran agama. 

Sedangkan itu agama memperhitungkan positif pada isi Pancasila sebab tidak berlawanan dengan doktrin agama. berbeda jauh dengan idealitas, kemudian kita menyudahi berdialog targettarget yang sempurna. Jangan putus asa serta merasa letih buat membicarakan hal- hal sempurna dalam berbangsa serta bernegara.

Selaku citra idealitas, Pancasila tidak mempunyai kekurangan. Haluan bernegara serta berbangsa telah sangat jelas terumuskan di dalamnya. Wajib diakui bersama, kalau yang belum jelas hingga dikala ini merupakan pengamalan isi Pancasila dalam tiap strategi, baik langkah orang ataupun langkah organisasi negeri. Buat perihal ini kita butuh mengakuinya masih hadapi defisit. 

Normal pastinya, Pancasila selaku pandangan hidup senantiasa menyajikan gagasan sempurna, yang lumrah nya senantiasa terjalin dengan keadaan nyata. Tetapi, jangan gara- gara kenyataan berbeda jauh dengan idealitas, kemudian kita menyudahi berdialog target- target yang sempurna. Jangan putus asa serta merasa letih buat membicarakan hal- hal sempurna dalam berbangsa serta bernegara.

Agama mempunyai kebenaran yang serba sempurna sebab berasal dari Tuhan sebagai

owner kebenaran yang absolut, hendak namun kebenaran agama tidaklah terletak dalam

ruang hampa yang leluasa nilai. Agama secara sempurna wajib tampak selaku kritik

kebudayaan, ataupun apalagi selaku pemusnah seluruh wujud pandangan hidup yang destruktif bagi

kemanusiaan, hendak namun pada realitasnya, antara agama serta budaya saling

pengaruhi satu sama lain, ataupun apalagi silih memperalat satu sama lain

Aku teringat dengan cerita para teman Nabi Muhammad SAW yang mengajukan izin buat menyudahi buat berdakwah. Alibi para teman kala itu merupakan sebab mereka belum dapat melakukan ajaran agama Islam secara total. Secara psikologis, mereka merasa terbebani kala mengajak warga buat melaksanakan kebaikan sedangkan diri mereka bukan pelakon kebaikan yang sempurna. 

Begitu halnya kala mereka membicarakan larangan- larangan agama dalam kehidupan, karena terkadang mereka pula, selaku manusia biasa, melanggar larangan tersebut. Sedangkan itu, Alquran selaku doktrin idealitas mengancam ketidaksingkronan antara perkataan dengan perbuatan. Dampaknya, para teman merasa berat hati, sehingga mengajukan permohonan buat menyudahi berdakwah.

Mendengar pengajuan para teman- temannya buat menyudahi berdakwah dengan latar balik yang mereka sebutkan, dia tegas melarang ajuan tersebut. Dia menegaskan para teman- temannya buat tidak menyudahi mengajak warga pada kebaikan. Karena, apabila para teman menyudahi berdakwah, kebaikan hendak percuma tanpa arti. 

Nantinya, kata Nabi Muhammad SAW," Kebaikan itu tidak hendak terdapat yang mengamalkan, sebab tidak terdapat yang mengantarkan. Sekalipun oleh kamu tidak diamalkan, dapat saja kebaikan itu diamalkan oleh orang yang mencermatinya. Lain halnya apabila kebaikan tidak kamu sampaikan. 

Oleh kamu tidak diamalkan, pula tidak oleh orang lain sebab mereka tidak sempat mencermatinya. Bisa jadi saja sesuatu kebaikan tidak dilaksanakan oleh kamu tetapi oleh mereka yang mendengarkannya dilaksanakan."

Jadi, jangan sempat menyudahi membicarakan idealitas Pancasila sekalipun masih ada bolong- bolong dalam kenyataannya. Kita butuh bersyukur sudah mempunyai rumusan bernegara serta berbangsa yang sangat baik. Selaku legacy para leluhur negara ini yang pikirannya sangat berorientasi pada masa depan, melampaui kapasitas jamannya pada waktu itu. Wallaahu' alam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun