Mohon tunggu...
Nadiyah Sholihah
Nadiyah Sholihah Mohon Tunggu... Guru - Guru

Saya adalah ibu dari 3 anak-anak yang sangat menggemaskan dan sebagai Guru di salah satu Yayasan yang konsentrasinya dibidang Pendidikan dan Sosial

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Penerapan Lima Bahasa Cinta dan Pengaruh Terhadap Prestasi Siswa SDIT Mutiara Ilmu

4 Januari 2025   23:08 Diperbarui: 4 Januari 2025   23:21 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pembelajaran Siswa SDIT Mutiara Ilmu

Love Language atau bahasa cinta yang digagas oleh Dr. Gary Chapman (penasihat keluarga dan pernikahan) hingga kini masih menuai pro dan kontra. Akan tetapi, pengalamannya di lapangan dapat memperkaya khazanah intelektual kita sebagai guru dalam memahami siswa di sekolah.

Tidak hanya sekedar proses transfer ilmu, pendidikan lebih luas bisa diartikan sebagai berbagai macam interaksi humanis antara guru dan siswa. Guru tidak hanya memberikan pengetahuan, tetapi juga memberi kesan. Sementara murid tidak sebatas mendapatkan ilmu, tetapi menerima pengalaman non ilmiah melalui interaksi harmonis dengan gurunya.

Perilaku non teknis menjadi penting dalam interaksi sosial antara guru dan murid sebab menjadi faktor pendukung bagi kemudahan dan keberhasilan belajar siswa. Faktor non teknis yang dimaksud adalah berbagai ekspresi dan perlakuan yang didapat saat proses pendidikan itu berlangsung. Seperti rasa senang, tenang, aman, damai, dan rasa dicintai dan mencintai. Dalam teori kebutuhan Abraham Maslow dikatakan bahwa dihargai, dicintai, mencintai, rasa aman, pemenuhan rasa lapar adalah kebutuhan yang harus didapat untuk mencapai aktualisasi diri.(Schultz, 2017)

Dalam penerapannya, guru hendaknya memiliki kemampuan dan keterampilan dalam bersosialisasi dan berinteraksi secara interpersonal dengan anak atau yang disebut dengan kriteria kompetensi sosial. Kemampuan ini merupakan salah satu dari empat kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru yaitu, kompetensi pedagogik (pendidikan), kompetensi profesional, kompetensi kepribadian dan kompetensi sosial.(Wahab, 2015)

Kompetensi sosial adalah skill yang harus dimiliki oleh pendidik supaya dapat berinteraksi dengan siswa, sesama guru, orang tua dan masyarakat sekitar. Kompetensi ini memiliki sub kompetensi dengan indikator esensial sebagai berikut:(Dedi Sahputra Napitupulu, 2020)

a. Kemampuan berinteraksi secara efektif dengan siswa dan peserta didik dengan dapat merasakan dan memahami keinginan dan harapan dari peserta didik.

b. Mampu bergaul secara baik dengan sesama guru atau pendidik dan tenaga pendidik lainnya berkenaan dengan masalah-masalah yang dihadapi peserta didik serta bagaimana solusinya.

c. Dapat berkomunikasi dan bergaul secara baik dengan wali siswa atau orang tua peserta didik dan masyarakat sekitar. Komunikasi tentang informasi bakat, minat, serta kemampuan peserta didik sebagai contohnya.

Berikut lima macam love language yang dijelaskan oleh Chapman.

1. Word of Affirmation

Jika ada siswa senang dipuji, dihargai, diberikan pernyataan positif atas kerja kerasnya walau walau hanya sekedar kata-kata “kamu hebat”, “kereeeen”. Maka kemungkinan ia tipe ini.

Dalam keseharian membersamai anak-anak ketika di kelas, guru bisa mengambil hati anak-anak didiknya dengan memberikan kata-kata positif ini.

2. Acts of Service

Jika ada siswa senang dibantu, dilayani, diperhatikan, diperlakukan bak raja dan ratu, kemungkinan ia tipe ini. Bukan berarti guru terus menerus membantu anak didiknya dalam mengerjakan tugas-tugasnya. Namun, dengan mendukung proses pembelajaran dan perkembangan siswa. Salah satunya yaitu guru bisa memberikan umpan balik yang konstruktif pada tugas atau proyek siswa.

3. Receiving Gifts (Menerima Hadiah)

Jika ada siswa senang diberi hadiah-hadiah, dan sering membandingkan pemberian orang lain terhadap dirinya, kemungkinan ia tipe ini. Penting bagi guru untuk memilih atau merancang hadiah dengan mempertimbangkan minat dan kebutuhan anak didiknya. Tujuan utama dari love language ini adalah memberikan sesuatu yang memiliki nilai simbolis dan menunjukkan perhatian serta apresiasi guru kepada siswa.

4. Quality Time (Waktu yang Berkualitas)

Bahasa cinta yang satu ini yaitu dengan memberikan waktu yang berkualitas bersama. Salah satu bentuk bahasa quality time yaitu guru bisa memberikan bimbingan pribadi kepada anak didiknya atau dengan adanya konsultasi individu dengan anak didik terkait perkembangan akademis atau hal lainnya. Mengalokasikan waktu dan memberikan perhatian penuh selama interaksi dengan siswa adalah cara efektif untuk menyatakan kasih sayang melalui quality time.

5. Physical Touch ( Sentuhan Fisik)

khusus bahasa cinta ini, tentunya guru tetap harus memperhatikan norma etika. Serta tentunya, sentuhan fisik harus tetap mengacu pada profesional dan pantas. Guru bisa memberikan pelukan singkat untuk memberikan penguatan kepada anak didik yang mengalami kesulitan atau menghadapi masalah. Bisa pula dengan memberikan tepukan pelan di punggung atau dengan memberikan sentuhan tangan sebagai bentuk dukungan guru kepada anak didiknya.

Penting juga bagi guru untuk memerhatikan reaksi anak didiknya dan menghormati preferensi serta batasan pribadi mereka terkait sentuhan fisik. Komunikasi terbuka dan izin terlebih dahulu merupakan kunci dalam menggunakan sentuhan fisik sebagai bahasa cinta dalam konteks pendidikan.

Penerapan lima bahasa cinta di SDIT Mutiara Ilmu sudah baik. Banyak dari guru yang dekat dengan siswa, bisa sampai bercerita diluar jam pembelajaran berlangsung. Para guru juga dituntut untuk memahami karakter masing-masing siswa agar siswa lebih dekat dengan guru dan guru bisa memahami gaya belajar dan cara  agar siswa senang dalam mengikuti pembelajaran terutama pada mata Pelajaran Matematika.

Apabila siswa sudah dekat dengan guru, maka siswa juga akan enjoy mengikuti arahan dan tugas dari guru. Dan ini akan sangat berpengaruh terhadap minat belajar siswa. Jika siswa senang dalam pembelajaran di kelas maka kemungkinan besar materi akan mudah diserap dan akan berpengaruh juga terhadap prestasi siswa. Ini yang kami berusaha terus umtuk diterapkan di sekolah kami. Sehingga setiap tahunnya selalu ada siswa berprestasi di dalam maupun diluar sekolah. Seperti masuk dalam kejuaraan dalam mengikuti olimpiade-olimpiade akademik dan non akademik.

Dengan memahami lima bahasa cinta, harapannya yaitu agar dapat menciptakan ikatan yang kuat antara guru dan anak didiknya. Hal ini juga akan membantu juga siswa merasa dihargai, didengar, dan didukung dalam proses pembelajaran.

Oleh: Nadiyah Sholihah (Mahasiswi prodi PGSD STKIP PGRI Sumenep)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun