Mohon tunggu...
Cerpen

Cerpen | Gamis Putih

20 Maret 2017   20:18 Diperbarui: 4 September 2017   20:26 311
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

“Bel, aku mau ke kamar mandi dulu ya,”

“Siap bos!”

Tiba-tiba Bella merasa lapar dan ia melihat ada penjual bakso di seberang jalan sana. Jalannya cukup ramai. Namun ada sedikit aneh pada penglihatan Bella, jalanan seketika tampak buram. Lalu Bella menoleh ke kanan dan kiri, jalanan sudah mulai cukup renggang. Akhirnya Bella mulai menyeberang, tidak di sangka dari sebelah kanan Bella tiba-tiba terdapat mobil taxi dengan kecepatan tinggi. Bella tidak sadar akan itu, “Brak!” Bella terhuyung ke aspal. Hidungnya, tangannya, kakinya mengeluarkan darah. Gamisnya yang berawarna putih seketika berganti warna merah murni. Orang-orang tampak kaget dan ironisnya, taxi itu kabur! Eliza yang baru saja keluar dari kamar mandi dan berniat membenarkan kerudungnya di depan kaca, tiba-tiba melihat kacamata tergeletak disana. 

“Sepertinya aku mengenali kacamata ini,” gumamnya. “Astaga! Ini kan punya Bella!” dengan sigap Eliza segera pergi menuju Bella dan dia tidak ada di sana! Eliza melihat di luar masjid sangat ramai sekali, dia pun penasaran dan akhirnya pergi ke sana. Saat dia sudah berada di luar masjid, “Astaghfirullah Bella!” Eliza kaget bukan main, dia langsung lari ke tengah jalan dan memeluk Bella sambil menangis tersedu-sedu. Bella sudah tidak sadarkan diri. Eliza meminta warga sekitar agar segera menghubungi ambulance. Namun, Tuhan berkehendak lain. Bella sudah tiada di saat ambulance baru datang, dia sudah kehabisan darah di tempat.

25 Juli 2012.  “Kamu yang tenang ya disana Bel. Disana kamu jauh lebih baik. Dunia ini terlalu jahat kepadamu. Ternyata ini alasannya mengapa kamu memintaku untuk membeli gamis warna putih. Seharusnya aku tidak membelikanmu apabila hal ini terjadi Bel! Aku baru sadar maksud tingkahmu yang agak aneh itu. Kamu yang suka tidak nyambung ketika aku mengajakmu berbicara, kamu yang malas untuk makan hingga kemarin kamu ingin sekali makan sampai terjadi kejadian yang sangat tidak aku inginkan. 

Apakah sesungguhnya kamu sudah terasa apabila ajal sudah dekat kepadamu Bel? Mengapa kamu bisa lupa untuk menggunakan kacamata ini bel? Kamu tahu kalau kacamata ini sangat berpengaruh dalam penglihatanmu. Aku sedih sekali kehilangan kamu. Kacamata ini lah yang akan menjadi kenang-kenangan bahwa kita pernah bersahabat dengan baik di dunia. Tunggu aku di surga ya Bel, kamu jangan lupakan aku. Aku sayang kamu, Bella sahabat terbaikku” ucap Eliza di dekat batu nisan Bella di kebumikan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun