Percaya terhadap qadha dan qadhar berarti meyakini sepenuh hati segala ketetapan dan ketentuan Allah SWT atas semua makhluk-Nya. Berdasarkan Hadist Arbain ke-4  “Dari Abu Abdurrahman Abdullah bin Mas’ud radiallahuanhu beliau berkata : Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam menyampaikan kepada kami dan beliau adalah orang yang benar dan dibenarkan : Sesungguhnya setiap kalian dikumpulkan penciptaannya di perut ibunya sebagai setetes mani (nuthfah) selama empat puluh hari, kemudian berubah menjadi setetes darah (alaqah) selama empat puluh hari, kemudian menjadi segumpal daging ( mudhgah) empat puluh hari. Kemudian diutus kepadanya seorang malaikat lalu ditiupkan padanya ruh dan dia diperintahkan untuk menetapkan empat perkara : menetapkan rizkinya, ajalnya, amalnya dan kecelakaan atau kebahagiaannya. Demi Allah yang tidak ada Ilah selain-Nya, sesungguhnya di antara kalian ada yang melakukan perbuatan ahli surga hingga jarak antara dirinya dan surga tinggal sehasta akan tetapi telah ditetapkan baginya ketentuan, dia melakukan perbuatan ahli neraka maka masuklah dia ke dalam neraka. sesungguhnya di antara kalian ada yang melakukan perbuatan ahli neraka hingga jarak antara dirinya dan neraka tinggal sehasta akan tetapi telah ditetapkan baginya ketentuan, dia melakukan perbuatan ahli surga  maka masuklah dia ke dalam surga.
Pengertian Qadha dan Qadhar
Manusia sudah ditetapkan takdirnya dalam usia kandungan 4 bulan oleh Allah SWT berupa qadha dan qadar. Qadha merupakan ketetapan Allah SWT. yang dikukuhkan atas ikhtiar. Qadha mencakup amal perbuatan dan semua hal baik ataupun buruk. Qadha masih dapat diubah dengan ikhtiar dan tawakal dengan sungguh-sungguh. Contoh : Jika ingin menjadi pintar kita tidak hanya bergantung pada doa tetapi dibutuhkan ikhtiar yang sungguh-sunguh. Sedangkan Qadhar adalah ketetapan Allah SWT. yang telah ditetapkan tanpa adanya campur tangan makhluk lain. Pada qadhar bersifat tetap tidak dapat diubah oleh apapun termasuk doa karena sudah menjadi ketetapan Allah SWT. Qadhar mencakup  ajal atau batas akhir kehidupan. Jika sudah sampai batas ajal maka sudah selesai kehidupan, tidak bisa bertambah ataupun berkurang (Q.S Al-Araf ayat 7).
Kita sebagai manusia sudah sepatutnya mematuhi segala perintah Allah SWT. Salah satunya beriman kepada takdir-Nya. Dengan itu manusia harus percaya dan meyakini segala kehendak Allah termasuk menetapkan takdir hambanya. Untuk meyakini hal tersebut dapat diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya menjauhi segala larangan-Nya, menjalankan segaala perintah-Nya dan berusaha dengan maksimal. Walaupun takdir telah ditetapkan oleh Allh SWT. bukan berarti kita menjadi insan yang bermalas-malasan dan tidak mau berusaha, lantaran sebuah keberhasilan tidak akan tercapai tanpa adanya usaha dan doa.
Tugas Agama Islam
Nama : Nadiya Anggraeni
NIM : G.2110280
Prodi : Sains Komunikasi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H