I PENDAHULUAN
Seiring berkembangnya zaman, teknologi informasi dan komputer akan terus berkembang dengan pesat. Karena, perkembangan TIK telah menjadi bagian penting dalam kehidupan sehari-hari. Sejarah mencatat bahwa perkembangan teknologi yang signifikan ini dimulai pada akhir abad ke-18 hingga pada saat ini. Dalam dekade terakhir, kecerdasan buatan telah muncul menjadi salah satu bagian dari kemajuan teknologi informasi dan komputer. Di era 4.0, machine learning dan kecerdasan buatan mengambil alih berbagai tugas yang sebelumnya dilakukan oleh manusia.
Oleh karena itu, pentingnya Profesionalisme dan Kode Etik bagi para praktisi TIK. Profesionalisme dalam TIK mencangkup sikap dan perilaku yang menunjukan integritas serta tanggung jawab yang tinggi. Para profesional TIK tidak hanya dituntut untuk mengetahui keterampilan yang memuaskan, tetapi juga dapat menjaga kerahasian data, melaporkan pelanggaran etik, dan bertindak dengan kejujuran dalam aspek pekerjaan.
Dalam konteks AI generatif, teknologi dapat digunakan untuk menyebarkan informasi palsu atau merugikan privasi individu, komitmen terhadap kode etik menjadi sangat penting. Kode etik memberikan pedoman bagi para profesional untuk bertindak secara etis dan bertanggung jawab dalam pengembangan serta penerapan teknologi. Essay ini mengusung perspektif bahwa profesionalisme dan penerapan kode etik tidak hanya sebagai pedoman, tetapi merupakan pilar utama yang harus diketahui oleh setiap praktisi TIK untuk peningkatan profesionalisme dan penerapan kode etik yang sangat diperlukan untuk menghadapi tantangan yang ada. Hal ini tidak hanya akan melindungi kepentingan publik, tetapi juga membangun kepercayaan dalam industri TIK yang terus berkembang.Â
Selain itu, pentingnya profesionalisme dan kode etik terlihat dari dampaknya terhadap kepercayaan publik. Ketika masyarakat melihat bahwa para profesional TIK beroperasi dengan standar etika yang tinggi, kepercayaan terhadap teknologi yang mereka kembangkan akan meningkat. Ini sangat krusial untuk mendorong adopsi teknologi baru dan memastikan bahwa inovasi dapat memberikan manfaat maksimal bagi masyarakat.
II PEMBAHASA UTAMA
Kode etik pada dasarnya memiliki rangkap fungsi, yaitu sebagai pelindung dan  pengembangan profesi. Fungsi ini sama dengan yang dikemukakan oleh Gibson dan  Michel (1945-449) yang menjadikan kode etik sebagai kode untuk menjalankan tugas profesional, dan menjadikan masyarakat sebagai kode jabatan. Pada dasarnya tujuan  dibentuk atau dirumuskannya kode etik profesi adalah untuk kepentingan anggota dan organisasi profesi.Â
Kode etik dalam bidang TIK, seperti yang ditetapkan oleh Association for Computing Machinery (ACM), memberikan pedoman yang jelas bagi para profesional dalam menjalankan tugas mereka. Kode etik ini menekankan beberapa prinsip penting, termasuk komitmen untuk tidak menyebabkan kerugian, tanggung jawab terhadap kualitas pekerjaan, penghormatan terhadap privasi individu, serta menjunjung tinggi keadilan dan integritas dalam penggunaan teknologi. Misalnya, ACM mengharuskan para profesional untuk menjaga kerahasiaan data dan berkontribusi pada pengembangan teknologi yang inklusif. Dalam era AI generatif, di mana risiko penyalahgunaan data dan masalah etika lainnya meningkat, penerapan kode etik ini menjadi sangat relevan untuk memastikan bahwa teknologi digunakan dengan cara yang aman dan bertanggung jawab.
Bagi mahasiswa Informatika yang bersiap memasuki dunia profesional TIK, ada beberapa hal penting yang perlu dipersiapkan. Pertama, mereka harus menguasai keterampilan teknis seperti pemrograman, pengembangan perangkat lunak, manajemen data, serta pemahaman tentang algoritma dan teknologi AI. Penguasaan keterampilan ini adalah syarat penting untuk menjadi profesional TIK yang kompeten. Kedua, mahasiswa perlu memahami kode etik profesi sejak dini agar dapat menghadapi tantangan etis dan sosial di dunia kerja. Memahami kode etik membantu mereka mengambil keputusan yang tepat dan bertanggung jawab saat menghadapi situasi kompleks di lapangan.
Selain keterampilan teknis dan pemahaman etika, mahasiswa juga perlu mengembangkan keterampilan interpersonal dan komunikasi. Keterampilan ini penting untuk bekerja dalam tim dan berkomunikasi secara efektif dengan klien atau pengguna. Dengan mempersiapkan diri secara menyeluruh baik dari segi teknis maupun etika mahasiswa Informatika akan lebih siap untuk menghadapi tantangan di dunia TIK yang terus berkembang.
III OPINI UTAMA
Salah satu fenomena yang muncul adalah kecenderungan para profesional TIK untuk mengandalkan AI dalam menyelesaikan tugas-tugas rutin. Terdapat lebih dari 40% tenaga kerja di sektor teknologi berisiko kehilangan keterampilan analitis dan berpikir kritis karena terlalu bergantung pada teknologi. Hal ini dapat mengakibatkan penurunan kualitas pemecahan masalah dan inovasi. Oleh karena itu, penting bagi para profesional untuk tetap terlibat secara aktif dalam proses analisis dan pengembangan, bukan hanya sebagai pengguna teknologi tetapi juga sebagai pemikir kritis yang memahami implikasi dari setiap keputusan yang diambil.
Dalam konteks ini, saya berpendapat bahwa stakeholder di industri TIK termasuk institusi pendidikan, perusahaan, dan pemerintah harus mengambil langkah-langkah strategis untuk mendukung pengembangan profesionalisme di bidang ini. Pertama, institusi pendidikan perlu memasukkan kurikulum yang menekankan etika profesional dan keterampilan berpikir kritis. Mahasiswa harus diajarkan untuk tidak hanya menguasai keterampilan teknis tetapi juga memahami dampak sosial dari teknologi yang mereka kembangkan.
 Kedua, perusahaan harus menyediakan pelatihan berkelanjutan bagi karyawan untuk memastikan bahwa mereka tetap up to date dengan perkembangan terbaru dalam teknologi serta tantangan etika yang muncul, dan ketiga perlu adanya kolaborasi antara sektor publik dan swasta untuk menciptakan standar etika yang jelas dalam penggunaan AI dan teknologi lainnya. Misalnya, kode etik yang dikeluarkan oleh Association for Computing Machinery (ACM) dapat dijadikan acuan bagi semua pihak dalam menjalankan praktik profesional yang bertanggung jawab. Kode etik ini menekankan pentingnya menjaga kerahasiaan data, menghormati privasi individu, serta berkontribusi pada pengembangan teknologi yang inklusif.
Dengan menerapkan langkah-langkah tersebut, kita dapat memastikan bahwa profesionalisme di bidang TIK tidak hanya sebagai kata kata klise, tetapi benar-benar diterapkan dalam praktik sehari hari. Hal ini akan membantu menciptakan lingkungan teknologi yang aman, bermanfaat, dan bertanggung jawab bagi masyarakat. Dengan demikian, kita dapat memanfaatkan potensi besar dari TIK dan AI generatif untuk kemajuan bersama tanpa mengorbankan nilai-nilai etika dan sosial yang fundamental.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H