Mohon tunggu...
Nadir Renjana
Nadir Renjana Mohon Tunggu... Mahasiswa - Akun nulis puisi

Dan keresahan yang beranak pinak pun menjadi rentetan syair murahan yang berusaha aku komersialkan kepada khalayak ramai. Salam cintaku, kepada setiap yang membaca dengan rasa dan keresahan yang sama. -Nadir Renjana

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Nostalgia

25 September 2022   19:50 Diperbarui: 28 September 2022   10:04 160
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 

Aku suka bernostalgia.

Terkadang bernostalgia adalah hal yang paling menyenangkan dan menenangkan;

Tetapi, bernostalgia tak selalu mengenang tentang hal-hal menyenangkan. Nostalgia juga terkadang malah memancing luka-luka lama yang berusaha untuk dilupakan.

Kegiatan yang seharusnya menyenangkan malah dirusak oleh kenangan yang tidak mengenakkan. Mungkin jika ingin bernostalgia, seharusnya ingat momen-momen yang baik saja. Namun, jika teringat hal yang tidak menyenangkan, jangan larut dalam kenangan sedihnya. Cukup dikemas untuk dijadikan pelajaran untuk di masa depan. Aku pun begitu.

Bernostalgia bagiku bisa melalui apa saja, entah melalui lagu, tempat, suasana, atau bahkan aroma.

Jika bernostalgia adalah tentang perjalanan rasa di masa lalu, apakah seharusnya itu hal yang baik atau malah akan menambah duka karena tanpa sengaja mengenang luka lama?

Dan, apa sebaiknya kita tidak boleh melakukan perjalanan masa lalu karena itu? Apakah kita harus menerima luka dan duka lama itu lalu terpaksa menjadikannya kenangan?

 Bernostalgia memaksa kita untuk mengingat hal-hal detail yang mungkin sebenarnya hampir saja terlewat. Misalnya makanan yang kita makan, pakaian apa yang kita kenakan, parfum apa yang kita semprotkan, atau bahkan siapa saja yang kita temui pada moment itu. Menebak-nebak percakapan apa saja yang terjadi pada masa yang hampir saja terlupakan sebab perjalanan waktu.

Banyak tawa dan helaan napas yang terlepas jika itu tentang masa lalu. Tak jarang dibarengi dengan sebuah penyesalan yang pada akhirnya mendatangi ketika sebuah cerita tentang masa itu sudah usai. Dan masa lalu tak akan berubah, segala yang terjadi akan tetap tertinggal pada waktu itu tanpa bisa diulang maupun diganti.

Berita tentang kehilangan akan terus berkumandang tanpa kenal waktu. Lalu kita mempersiapkan kotak untuk menyimpan semua kenangan, cerita dan memori. Meletakkannya disudut otak dan hati agar tidak terlupa jika suatu saat waktu untuk bernostalgia tiba dan menjadikannya pelajaran.

Jalanan akan tetap sama, setiap tempat yang didatangi akan tetap sama, makanan yang dulu menjadi favorit pun rasanya akan tetap sama. Yang berubah adalah waktu dan manusia. Tinggal bagaimana kita memperlakukan cerita itu, untuk dilupakan kah atau untuk tetap disimpan rapi pada tempat yang seharusnya.

Selamat bernostalgia pada aroma, tempat, pakaian dan makanan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun