"Seberapa sering kita mengalami penolakan, kegagalan, sakit hati, atau kehilangan seseorang?"
pertanyaan terakhir yang aku baca,
menjadi pertanyaan terakhir yang paling melekat.Â
penolakan, cemooh, dianggap sebelah mata.Â
dicampakkan, dipatahkan, ditinggalkan.Â
dibunuh terus menerus, tapi tidak mati.Â
patah hatiku, kekecewaan.Â
seberapa banyak luka yang harus disembunyikan?
lalu topeng yang bagaimana lagi harus dikenakan?
bahkan obat tidur yang ku konsumsi hanya merusak tubuhku.Â
bagaimana harus sembuh?
rehat? dari apa?
dari dunia?Â
bukankah sebaiknya mati?
berhenti dulu, mereka bilang.Â
memangnya siapa yang bisa menghentikan waktu?
luka hanya tenang sebentar ketika rehat.Â
berhenti yang bagaimana maksudnya?Â
mati kah? mati otak?
mati fisik? atau mati nurani?
tubuhku hancur dari dalam.Â
hatiku tidak berbentuk.Â
lalu otakku porak poranda.Â
aku harus bagaimana?
---nadir.renjana * 25012022
inspirasi :Â
"Memahami Luka Batin dan Cara Mengobatinya",
oleh : Gendis Pambayun, terbit di Kompasiana.comÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H