Mohon tunggu...
Nadira Zamaralda
Nadira Zamaralda Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Jurnalistik Universitas Padjadjaran

Senang menulis dan bercerita

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Meriahnya Idul Fitri Tahun 2022, Mengobati Rindu Dua Tahun Tidak Merayakan

24 Mei 2022   23:25 Diperbarui: 24 Mei 2022   23:31 259
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lopis Raksasa Krapyak, Pekalongan. dokpri

Hari raya Idul Fitri kembali terasa ramai dan hangat setelah dua tahun korona melanda dunia. Pembatasan kegiatan sosial untuk mencegah penyebaran virus korona membuat banyak hal harus berubah, terutama dalam perayaan hari Idul Fitri. Namun, pada tahun ini jalanan menjelang hari raya terlihat padat sebab pemerintah sudah mengizinkan masyarakat untuk mudik melepas rindu dengan kampung halaman.

Gegap gempita nuansa lebaran pada tahun ini pun lebih terasa hidup mulai di setiap sudut kota-kota besar bahkan hingga ke daerah perkampungan. Tidak hanya jalan raya yang padat oleh orang-orang yang mudik, toko-toko, tempat makan, dan pusat perbelanjaan pun dipenuhi pengunjung Sangat terlihat bahwa umat muslim di negara kita menyambut hari raya tahun ini dengan penuh suka cita.

Tradisi-tradisi daerah yang sebelumnya tidak dapat dilaksanakan pun turut memeriahkan lebaran tahun ini. Mulai dari tradisi sebelum hari raya hingga seminggu setelahnya. Setiap daerah di Indonesia memiliki warna yang berbeda-beda dalam menyambut dan meramaikan Idul Fitri. Salah satunya seperti yang dilakukan oleh warga Kota Pekalongan, Jawa Tengah.

Tradisi Malam Takbir

Pada tahun ini malam hari raya kembali diramaikan dengan berbagai macam tradisi, diantaranya ada takbir keliling. Mulai dari anak-anak, remaja, hingga orang tua menjalankan tradisi ini. Mereka semua bersatu padu turun ke jalanan dengan membawa obor untuk penerangan sambil menyerukan takbir bersama mengelilingi kota diiringi suara beduk yang dibawa dengan gerobak dorong. Banyak masyarakat yang menonton ketika rombongan ini melewati rumah mereka sehingga semua bisa merasakan ramainya malam takbir  tanpa harus ikut berkeliling. Memang takbir keliling ini terkadang menyebabkan kemacetan, tetapi bukankah nuansa ramai ini yang sangat kita rindu. Melihat lautan manusia berkumpul menjadi satu tanpa memandang usia dan latar belakang, pemandangan yang tidak bisa kita temui setiap hari.

Tradisi Syawal

Seminggu setelah hari raya, masyarakat Kota Pekalongan biasa melaksanakan tradisi yang disebut Syawal. Tradisi yang terkenal di daerah ini adalah pembuatan kue lopis raksasa dan melepas balon udara. Setelah dua tahun tidak dilaksanakan, pada tahun ini tradisi khas daerah ini disambut lebih meriah oleh masyarakat setempat.

Lopis adalah makanan yang dibuat dari ketan dibungkus oleh daun pisang kemudian di kukus. Bentuknya seperti lontong, tetapi tekstur lopis lebih kenyal dan lengket. Kemudian, makanan biasanya disajikan dengan gula merah cair dan kelapa parut. Namun, pada tradisi ini lopis dibuat dalam ukuran yang sangat besar. Pada tahun ini ada dua lopis raksasa yang dibuat di Kelurahan Krapyak, Pekalongan. Lopis satu memiliki berat 2.300 kilogram dengan tinggi 160 cm dan diameter 320 cm. Sedangkan yang kedua beratnya mencapai 1.820 kilogram dengan tinggi 222 cm dan diameter 250 cm. Lopis raksasa ini nantinya akan dipotong-potong dan dibagikan secara gratis kepada masyarakat setempat.

Contoh Penyajian Lopis. dokpri
Contoh Penyajian Lopis. dokpri

Tradisi lopis raksasa ini dipercaya dapat mendatangkan berkah atau keberuntungan dan juga mempererat tali silaturahmi. Debi (50), warga setempat, merasa senang karena tradisi kembali diadakan tahun ini. Ia pun sengaja datang ke Kampung Batik Krapyak, tempat pemotongan lopis raksasa, untuk mendapatkan bagian dari lopis tersebut. Ia berharap dengan kembalinya diadakan tradisi ini mampu menjadi pertanda baik bagi kita di tahun ini.

Tradisi asli daerah yang unik ini harus terus kita pelihara sehingga tidak hilang ditelan perkembangan zaman. Sangat diharapkan tradisi ini dapat terus dilakukan pada tahun-tahun mendatang dengan lebih meriah lagi. Maka sebagai generasi muda, kita harus lebih mengenal tradisi-tradisi yang menjadi keunikan setiap daerah di negara tercinta kita ini. Jangan sampai nantinya menjadi kenangan masa kecil saja.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun