PENDAHULUAN
Digitalisasi banyak membawa perubahan dalam berbagai aspek kehidupan manusia, termasuk media sosial yang menjadi wadah komunikasi masyarakat. Media sosial telah menjadi hal yang tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat. Generasi Z adalah  generasi kelahiran 1997-2012 yang telah memasuki era serba canggih, di mana internet memasuki segala aspek kehidupan setiap kalangan. Generasi ini sangat bergantung pada teknologi. fasih dalam memanfaatkan berbagai sarana informasi, bahkan tak ada waktu tanpa smartphone, serta selalu terhubung dengan internet (Kristyowati, 2021). Generasi Z juga dianggap sebagai digital natives, yang mana teknologi berkembang secara beriringan dengan Generasi Z (UNJANI, 2024). Media sosial seperti Instagram, TikTok, dan Twitter (X), tidak lagi menjadi sarana hiburan, tetapi platform-platform ini berubah menjadi sarana utama untuk berinteraksi, membangun hubungan sosial, dan membangun self-branding. Self-branding adalah usaha seseorang untuk mempromosikan dirinya sebagai merek agar dirinya dikenal dengan value dan skill yang positif (Margareta Dewi & Khoiria Ningrum, 2021)
Media sosial tidak hanya memengaruhi cara Generasi Z berkomunikasi, tetapi juga mengubah pandangan mereka terhadap makna hubungan interpersonal dan interaksi lintas budaya. Media sosial memfasilitasi hubungan mereka yang lebih sering terjalin secara online, membuat mereka tetap terkoneksi tanpa harus dibatasi oleh ruang dan waktu (Siagian et al., 2023).
PEMBAHASAN
Sejauh ini, segala yang terjadi di media sosial adalah bentuk arus perputaran informasi yang tampaknya tidak bisa dikontrol, selama internet masih dapat diakses maka informasi masih dapat tersebar luas tanpa adanya bukti apakah informasi tersebut valid atau tidak (Nasution, 2020). Pada dasarnya, informasi yang beredar di media sosial dapat dikontrol selama memiliki kemampuan literasi digital yang mumpuni, terutama Generasi Z yang merupakan digital natives. Informasi yang beredar ini membuat kita lupa untuk meninjau ulang, sehingga informasi yang belum tentu valid bisa beredar tanpa adanya batas peringatan (Munabiah Lestari & Saidah, 2023). Â Dengan kondisi seperti ini, Generasi Z seharusnya dapat memahami bagaimana media sosial berjalan. Literasi digital adalah kemampuan yang sangat membantu kita dalam memilah informasi yang beredar di media
sosial. Kehadiran media sosial sebagai dampak dari perkembangan teknologi saat ini memengaruhi cara Generasi Z berkomunikasi, bersosialisasi, dan mengekspresikan diri mereka (Pratiwi & Pritanova, 2017).
Generasi Z memiliki karakter tersendiri yang menunjukkan bahwa mereka adalah generasi tersebut, yaitu familiar dengan teknologi, mandiri, dan ambisius (Nabila et al., 2023). Ada beberapa cara untuk meningkatkan literasi digital dalam menghadapi transformasi teknologi yang kian pesat. Pertama, menghadirkan edukasi mengenai literasi digital di dalam lingkungan sekolah, sehingga siswa akan memiliki pemahaman mengenai cara kerja media sosial dan bagaimana mengenali streotip dan membedakan fakta dari opini (Zhang et al., 2020). Kedua, berpikir kritis, di mana dengan memiliki kemampuan berpikir kritis kita akan mampu mengenali tanda-tanda berita palsu atau disinformasi (Amin et al., 2023). Ketiga, mengembangkan kemampuan meneliti, ini akan melatih kemampuan untuk mengenali sumber yang terpecaya dari informasi yang beredar, menggunakan kata kunci yang sesuai dalam pencarian, dan mengembangkan keterampilan dalam menilai kualitas sumber informasi yang mereka temui (Meissner et al., 2017). Keempat, pengintegrasian teknologi berupa pemenuhan fasilitas untuk menunjang pembelajaran yang berbasis teknologi, seperti internet, proyektor, e-modul, dan e-library (Pambudi & Windasari, 2022). Kelima, memahami Digital Culture yaitu dengan cara mengenal, memahami, dan beradaptasi dengan nilai dan norma yang muncul dari penggunaan teknologi digital (Fitria et al., 2022). Keenam. Mulai menggunakan teknologi digital untuk pembelajaran mandiri seperti link pembelajaran dan materi (Widianti, 2021). Penerapan kelima strategi tersebut dapat memicu perubahan positif dalam peningkatan literasi digital di kalangan generasi z terutama yang masih berstatus sebagai pelajar (Demmanggasa Yultan et al., 2023).
KESIMPULAN
Literasi digital di kalangan Generasi Z sangat penting dalam teknologi yang berkembang pesat. Generasi yang dikenal sebagai digital native ini menggunakan media sosial tidak hanya untuk hiburan tetapi juga untuk interaksi sosial dan self-branding. Namun, derasnya arus informasi di platform-platform tersebut memerlukan keterampilan literasi digital yang kuat, seperti berpikir kritis, kemampuan meneliti, dan memahami budaya digital.
DAFTAR PUSTAKA
Admin. (2024). Gen Z: Digital Natives atau Digital Dependents? Universitas Jenderal Achmad Yani.
Amin*, A. M., Adiansyah, R., & Hujjatusnaini, N. (2023). The Contribution of Communication and Digital Literacy Skills to Critical Thinking. Jurnal Pendidikan Sains Indonesia, 11(3), 697--712. https://doi.org/10.24815/jpsi.v11i3.30838
Demmanggasa Yultan, Sabilaturrizqi Mashudah, Kasnawati, Mardikawati Budi, Ramli Akhmad, & Arifin Nofri Yudi. (2023). Digitalisasi Pendidikan: Akselerasi Literasi Digital Pelajar Melalui Eksplorasi Teknologi Pendidikan. Community Development Journal, 4(5), 11158--11167.
Fitria, M., Arsanti, M., & Hasanudin, C. (2022). 91-97+Strategi+Meningkatkan+Literasi+Digital+Pada+Masyarakat. Jurnal Bahasa, Sastra, Budaya, Dan Pengajarannya(Protasis), 1, 91--97.
Kristyowati, Y., & Sekolah Tinggi Theologi Indonesia Manado, Mt. (2021). Generasi "Z" Dan Strategi Melayaninya. 02(1), 23--34. https://doi.org/10.31219/osf.io/w3d7s
Margareta Dewi, W., & Khoiria Ningrum, I. (2021). Peran Selebgram Dalam Mengembangkan Personal Branding Melalui Media Sosial Instagram. 1, Performance.
Meissner, D., Anastasiia, N., & Dmitry, P. (2017). The Meaning of Digitalization for Research Skills: Challenges for STI Policy. SSRN Electronic Journal. https://doi.org/10.2139/ssrn.2857133
Munabiah Lestari, M., & Saidah, M. (2023). Penanganan Hoaks Keagamaan di Sosial Media Melalui Literasi Digital Milenial. Meyarsa: Jurnal Ilmu Komunikasi Dan Dakwah, 4(1), 68--94. https://doi.org/10.19105/meyarsa.v4i1.6764
Nabila, L. N., Utama, F. P., Habibi, A. A., & Hidayah, I. (2023). Aksentuasi Literasi pada Gen-Z untuk Menyiapkan Generasi Progresif Era Revolusi Industri 4.0. Journal of Education Research, 4(1), 28--36. https://doi.org/10.37985/jer.v4i1.113
Nasution, A. K. P. (2020). Integrasi Media Sosial Dalam Pembelajaran Generasi Z. Jurnal Teknologi Informasi Dan Pendidikan, 13(1), 80--86. https://doi.org/10.24036/tip.v13i1.277
Pambudi, M. A., & Windasari. (2022). Strategi Guru dalam Meningkatkan Literasi Digital pada Siswa. Jurnal Inspirasi Manajemen Pendidikan, 10(3), 636--646.
Pratiwi, N., & Pritanova, N. (2017). Pengaruh Literasi Digital Terhadap Psikologis Anak Dan Remaja. Semantik, 6(1), 11. https://doi.org/10.22460/semantik.v6i1p11-24.250
Siagian, N. R., Yuliana, N., Siagian, N. R., & Yuliana, N. (2023). Interdisciplinary Journal of Advanced Research and Innovation. 1(3), 109--118.
Widianti, H. (2021). Strategi Peningkatan Literasi Digital dalam Pembelajaran Matematika (Studi Kasus Peserta Didik di SMAN 1 Kertosono Kab. Nganjuk). Jurnal Lentera: Kajian Keagamaan, Keilmuan Dan Teknologi, 20(1), 101--114. https://ejournal.staimnglawak.ac.id/index.php/lentera/article/view/441
Zhang, L., Zhang, H., & Wang, K. (2020). Media Literacy Education and Curriculum Integration: A Literature Review. International Journal of Contemporary Education, 3(1), 55. https://doi.org/10.11114/ijce.v3i1.4769
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H