Tidak terasa bahwa kita sudah berhasil melewati satu minggu di Bulan Ramadhan yang penuh berkah ini. Seperti yang kita ketahui, Bulan Ramadhan merupakan bulan yang dinantikan banyak pihak, baik bagi umat yang melaksanakan ibadah puasa ataupun tidak. Bulan ini identik dengan berbagai kuliner makanan dan minuman yang khas seperti kurma, kolak, es buah, ketupat sayur, dan jajanan pasar. Tidak jarang pula momentum bulan puasa ini dijadikan pertanda bahwa ini adalah bulan dimana kita akan bertemu dengan teman-teman yang sudah lama tidak kita temui, terkhusus dalam kegiatan buka puasa Bersama. Berbagai macam jenis menu takjil yang disebutkan diatas merupakan menu yang juga mudah sekali kita temukan di pengusaha musiman di pinggir jalan. Akan lain rasanya apabila kita langsung menyantap makanan berat tanpa terlebih dahulu mengkonsumsi takjil.
Setiap orang tentu punya caranya masing-masing dalam membuat kenangan di bulan Ramadhan ini. Untuk kalangan yang suka bersosialisasi sudah pasti akan mengadakan buka puasa bersama dengan rekan-rekannya dari jenjang SD bahkan hingga universitas. Sedangkan untuk kalangan yang suka berburu cuan dan jeli melihat peluang, kerap kali akan mengambil kesempatan ini untuk menjadi pengusaha musiman dengan menjual takjil, hampers ataupun makanan khas ramadhan / lebaran. Sedangkan untuk yang kalangan yang suka eksplor jajanan kuliner, maka ia akan berburu berbagai macam jenis takjil yang berbeda setiap harinya.
Euphoria silaturahmi dan beribadah di bulan ramadhan tanpa sadar juga secara langsung mengubah pola konsumsi masyarakat jika dibandingkan bulan lainnya. Hal ini terlihat dari meningkatnya pola konsumsi masyarakat, terkhusus kebiasaan baru  untuk jajan ataupun membeli takjil sebagai persiapan sebelum makan besar saat berbuka puasa. Berubahnya pola konsumsi yang dilakukan secara massal ini mengakibatkan naik nya angka limbah rumah tangga yang dihasilkan per harinya. Bahkan tanpa sadar jumlah makanan yang dibeli ataupun diproses jauh lebih banyak jika dibandingkan selain bulan puasa.
Makna dari dilakukannya Puasa bukanlah hanya perihal menahan  makan dan minum, melainkan belajar untuk bersyukur, menahan diri dari kebiasan buruk, pemikiran buruk dan segala bentuk hawa nafsu. Ironisnya, fenomena ini bertolak belakang dengan fenomena konsumsi makanan berlebih sehingga sisa makanan berlebih berakhir tidak dikonsumsi dan dibuang begitu saja. Kerap kali masyarakat melakukan ini tanpa memperdulikan bahwa hal ini dapat berakibat buruk bagi lingkungan.
Berdasarkan data yang ditemukan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) tentang Komposisi Asal Sumber Sampah pada tahun 2022, Data menunjukan bahwa 38,8% sampah berasal dari Limbah Rumah Tangga. Isu lingkungan akan sisa makanan dan juga plastik di Indonesia sangatlah memprihatinkan seperti yang terlihat pada infografis 1. Oleh karena itu, penting pula bagi kita untuk bisa memanfaatkan momentum bulan ramadhan untuk menciptakan keberkahan yang lebih berlipat ganda dengan turut menjaga lingkungan (Lihat Infografis 1).
Kerap kali masyarakat menyepelekan limbah sisa makanan dan limbah organik, namun faktanya dampak limbah sisa makanan tidak kalah berbahaya dari limbah plastik ataupun limbah lain yang sulit terurai. Hal ini dikarenakan limbah sisa makanan merupakan salah satu jenis limbah yang dapat menghasilkan emisi gas metana (CH4), dimana gas metana memiliki kemampuan 25 kali lebih kuat dibandingkan karbon dalam memperburuk pemanasan global.
Pada bulan ramadhan, angka produksi limbah makanan sisa justru mengalami peningkatan, angka peningkatannya pun tidak bisa dibilang kecil karena angka peningkatan per harinya sangat signifikan. Bahkan, ada yang rata-rata peningkatan limbah per harinya mencapai 400 ton (Lihat Infografis 2). Hal ini tentu saja menjadi ironi,  dimana yang harusnya bulan Ramadhan menjadi bulan untuk menahan hawa nafsu dan juga belajar bersyukur. Namun tanpa kita sadari, perilaku dan kebiasaan untuk tidak menghabiskan makanan ini telah membuat kita secara langsung menjadi salah satu aktor pelaku pencemaran alam, hal ini tentu memiliki dampak buruk untuk kelestarian bumi di masa mendatang.
Berdasarkan data diatas, kita dapat melihat dengan jelas bahwa Kota DKI Jakarta merupakan kota dengan sampah organik terbanyak, yaitu 7800 -- 8000 ton / harinya. Perlu diingat pula bahwa Jakarta merupakan Ibu Kota, sehingga berbagai macam hal tentu berpusat di kota tersebut, seperti pemerintahan, ekonomi. Diluar dari fakta tersebut kita bisa melihat pula bahwa manajemen Limbah Ibu Kota pun ternyata juga memiliki kendala dalam meminimalisir jumlahnya. Selain itu kita juga bisa melihat bahwa dalam waktu 1 tahun, peningkatan angka limbah sisa makan hampir menyentuh angka 10 Ton dan untuk limbah plastik sebesar 2 ton.
Oleh sebab itu, ada baiknya kita segera mengambil beberapa tindakan sebagai upaya pencegahan. Berikut beberapa solusi yang bisa kita terapkan dengan mudah mulai hari ini di rumah:
- Rencanakanlah  menu sahur dan berbuka puasa.