Kelompok 36 Kuliah Kerja Mahasiswa (KKM) Tematik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Tahun 2022 melaksanakan Sosialisasi Pencegahan Stunting dengan tema "Edukasi Pemenuhan Gizi Seimbang untuk Mencegah Stunting pada Anak" di Gedung Pemuda Desa Ujung Tebu, Kecamatan Ciomas, Kabupaten Serang, Banten.Â
Acara sosialisasi ini dilaksanakan berkolaborasi dengan Puskesmas Ciomas dengan dihadiri oleh 27 warga Desa Ujung Tebu dan sekaligus untuk memperingati Hari Gizi Nasional. Rabu (26/01)
Ketua KKM Kelompok 36, Alfian Fajri menyebutkan bahwa dengan melaksanakan sosialisasi ini diharapkan dapat menjadi roh dan penyemangat dalam pelaksanaan percepatan penurunan stunting. Karena anak-anak bangsa adalah bagian dari masa kini dan masa depan, sehingga kita harus merawat mereka agar kelak mereka dapat merawat desa dan bangsa.
"Persoalan ini bukan persoalan bangsa di masa sekarang saja, melainkan menyangkut masa depan kita karena anak-anak itu adalah generasi penerus. Mereka lah masa depan kita. Bagaimana kita bisa mencapai visi Indonesia mewujudkan Generasi Emas kalau modal dasarnya, yaitu anak-anak bangsa, mengalami stunting, terganggu perkembangan kognitif dan kesehatannya. hal yang paling dihawatirkan bukanlah tinggi badan anak yang kerdil melainkan terganggunya potensi intelektualnya, seperti pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisa dan evaluasi" ujarnya.
"Fokus kami yaitu pencegahan stunting, karena stunting tidak bisa disembuhkan. Jika anak memang sudah terkena stunting, yang perlu kita lakukan yaitu memberinya gizi yang seimbang dan mengawasi tumbuh kembang sang anak agar tidak semakin memburuk" papar Wahyu Anggoro S.Gz.
Pada penanganan stunting, terdapat intervensi gizi spesifik, intervensi ini ditujukan kepada anak dalam 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) dan berkontribusi pada 30% penurunan stunting. Periode emas 1000 HPK adalah masa sejak anak dalam kandungan sampai anak berusia dua tahun. Pada periode emas, pertumbuhan otak yang sangat pesat, yang mendukung seluruh proses pertumbuhan anak dengan sempurna. Kekurangan gizi pada periode emas tidak dapat diperbaiki dimasa kehidupan selanjutnya.
*Penulis: Nadira Destiara Chairunnisa (Mahasiswa Akuntansi Universitas Sultan Ageng Tirtayasa)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H