Mohon tunggu...
Nadira Lourenza
Nadira Lourenza Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa S1 Kedokteran Hewan Universitas Airlangga

Saya merupakan mahasiswa Kedokteran Hewan Universitas Airlangga angkatan 2021. Saya memiliki minat terhadap hewan. Selain itu, saya juga menyukai hal-hal berbau fashion dan makeup.

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Sampah Plastik di Laut: Tidak Hanya Mencemari Tetapi Juga Membunuh

5 Juni 2022   08:00 Diperbarui: 5 Juni 2022   08:16 1092
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kecil tapi mematikan sepertinya menjadi  sebuah kalimat yang cocok untuk menggambrakan betapa bahayanya sampah plastik yang ada di laut. Seperti yang kita ketahui bersama, kesadaran masyarakat akan kebersihan di laut kurang diperhatikan. 

Hal itu terlihat dari besarnya jumlah sampah yang dibuang ke laut yang seolah-olah dianggap remeh oleh manusia. Padahal pada kenyataannya, sampah di laut seringkali disebabkan oleh limbah bekas pakai manusia. Contoh kecil yang paling sering terjadi adalah dengan sengaja membuang sampah bungkus snack secara sembarangan. 

Kebiasaan kecil yang dianggap biasa ini jika dilakukan terus menerus akan mencemari laut, merusak ekosistem laut,  bahkan menyulitkan populasi laut untuk hidup di laut. 

Selain dipicu oleh wisatawan dan turis asing yang selalu mencemari lingkungan pantai dengan sampah mereka, ini juga disebabkan karena kurangnya penggalakan pembersihan laut dan pantai oleh Dinas Pelayanan dan Kebersihan setempat.

Pada mulanya mungkin orang berpikir bahwa dengan melihat luasnya lautan yang dimiliki Indonesia, maka semua hasil pembuangan sampah dan sisa-sisa industri yang berasal dari aktivitas manusia di daratan seluruhnya dapat ditampung oleh lautan tanpa menimbulkan suatu akibat yang membahayakan biota laut yang hidup di laut. 

Akan tetapi, dengan semakin pesatnya pertumbuhan penduduk di Indonesia yang mencapai 265 juta jiwa dan semakin meningkatnya lingkungan industri mengakibatkan semakin banyaknya bahan-bahan bersifat racun yang dibuang ke laut dalam jumlah yang sulit untuk dikontrol secara tepat. 

Tanpa manusia sadari sampah yang berserakan di lautan tidak hanya mencemari lautan dan yang hidup di laut sana, tetapi juga membahayakan kelangsungan makhluk hidup, termasuk kita. Sampah plastik yang dibuang ke laut bisa kembali ke darat dan menjadi santapan manusia. 

Hal ini bisa terjadi apabila makanan laut yang dimakan manusia terkontaminasi oleh serpihan sampah plastic yang ada di lautan. Sedangkan, sampah plastik yang berasal dari daratan atau dari manusia yang dibuang ke laut jumlahnya mencapai 80 persen dari total sampah yang ada di laut. Ini tentu sangat berbahaya bagi manusia dan juga biota laut.

Dampak terhadap binatang laut yang pernah terjadi adalah saat ditemukan paus jenis Sperm wale yang terdampar di perairan Wakatobi. Paus tersebut juga ditemukan dalam keadaan mati mengenaskan karena dalam perut paus yang panjangnya 9,6 meter ditemukan sampah plastik sebesar 5,9 kg. 

Tidak hanya Paus yang diduga mati karena sampah plastik yang masuk ke dalam tubuhnya tetapi juga seekor penyu yang pernah ditemukan mati di area pantai Penarukan, Kecamatan Buleleng pada jumat pagi (13/7/18) yang mana di dalam kerongkongan penyu tersebut tersumbat plastik sehingga makanan tidak dapat masuk ke dalam saluran pencernaan dan setelah dilakukan pembedahan dalam perutnya ditemukan plastik.

Sudah dapat kita ketahui bahwa paus dan penyu tersebut mati karena ulah dari kita sendiri yang suka membuang sampah plastik di sembarang tempat sehingga membuat hewan yang hidup di laut menderita. 

Kejadian ini dapat dijadikan pelajaran untuk penyelamatan lingkungan kdepannya. Untuk itu marilah kita sama-sama menjaga kelestarian dan kebersihan laut agar tidak ada lagi hewan yang menjadi korban karena memakan sampah plastik dan menyelamatkan laut indonesia dari darurat sampah plastik.

Melalui metode eksperimental pada jurnal yang dipublikasi oleh Current Biology dalam percobaan yang melibatkan 15 kura-kura penangkaran muda untuk mengetahui dampak limbah plastik di lautan, para peneliti menempatkan berbagai aroma di udara yang mengalir melalui tangki air dan merekam respons kura-kura dengan kamera video. 

Ketika plastik kemasan dilepaskan ke udara, kura-kura bereaksi terhadap bau plastik dengan cara yang sama seperti ketika mereka mencium bau makanan, seperti ikan dan udang. Ketika kura-kura muncul ke permukaan  untuk bernapas, mereka menahan hidungnya di atas air tiga kali lebih lama dari biasanya untuk mencium bau AC. 

Penemuan-penemuan ini telah membuka pintu untuk penelitian tentang perlindungan hewan laut yang hidupnya terancam oleh sampah plastik di lautan. Sebagian besar hewan ini mati karena terjebak dalam plastik dan mencerna plastik di perut mereka.  Sebuah studi baru-baru ini menemukan bahwa pada tren saat ini, 99% spesies burung  laut akan menelan sampah plastik pada tahun 2050.

Dalam penelitian yang dilakukan oleh peneliti dari University of Exeter, Inggris, dijelaskan bahwa sampah plastik membunuh 1.000 penyu  setiap tahunnya. Penyu-penyu tersebut terjerat dalam plastik dan bisa mati lemas. Tak hanya itu, penyu juga bisa kehilangan anggota tubuh, terluka atau memakan sampah seperti makanan biasa akibat polusi plastik. 

Menurut International Union for  Conservation of  Nature (IUCN), semua spesies penyu laut rentan dan terancam punah atau sangat terancam punah. IUCN bahkan secara khusus mencatat bahwa polusi plastik merupakan ancaman besar bagi kelangsungan hidup  spesies penyu tertentu.

Dengan ini sebuah konservasi terhadap penyu laut penting untuk dilakukan pada lokasi-lokasi yang sering disinggahi. Hal ini juga sebagai bentuk prevensi pencegahan kepunahan hewan. 

Kemudian sebagai bentuk tanggung jawab membantu dan menjaga alam dan satwa yang ada di laut dalam lingkup orang awam atau wisatawan dengan memulai membiasakan diri dengan membuang sampah di pantai pada tempatnya. 

Bukan hanya itu saja dengan memberikan donasi pada layanan konservasi kita akan membantu pada pendanaan fasilitas yang ada. Selanjutnya pada pihak konservasi sebagai pelaku dan pemeran aktif pada penjagaan dan pemantauan penyu dapat melakukan patroli dan menggalakan pencegahan preventif terkait tercemarnya air laut di sekitar konservasi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun