Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah upaya terencana untuk menciptakan lingkungan kerja yang aman dan sehat bagi setiap pekerja. Tujuannya untuk mengurangi risiko kecelakaan dan gangguan kesehatan yang mungkin muncul dari kondisi kerja sehari-hari. K3 melibatkan berbagai langkah, mulai dari mengenali potensi bahaya hingga mencegah dan mengendalikan risiko-risiko tersebut. Dengan adanya K3, pekerja bisa merasa aman dan terlindungi, sehingga kesehatan fisik maupun mental mereka tetap terjaga sepanjang mereka bekerja.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Riptono, et al (2018), Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan salah satu aspek penting dalam dunia kerja, terutama di sektor industri dan konstruksi. Penerapan K3 wajib ada di semua bidang pekerjaan, mulai dari pekerja kebun hingga proyek pembangunan gedung seperti apartemen, hotel, mall, dan kampus. K3 bertujuan mencegah kecelakaan kerja dan penyakit yang mungkin dialami pekerja. Dengan menerapkan manajemen K3 yang terintegrasi dan komprehensif, perusahaan dapat mengurangi risiko kecelakaan serta meningkatkan semangat kerja karyawan.Â
Berdasarkan data dari Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker), Pada tahun 2024, Indonesia menghadapi peningkatan tajam dalam jumlah kasus kecelakaan kerja, dengan total kasus mencapai 160 ribu. Angka ini menunjukkan lonjakan yang jauh lebih tinggi dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, mengindikasikan adanya masalah mendasar dalam sistem manajemen keselamatan di lingkungan kerja.
Pada 18 Oktober 2024, seorang mahasiswa dari Program Studi K3 Universitas Airlangga mengunjungi proyek konstruksi di Fakultas Psikologi Universitas Airlangga untuk melihat langsung penerapan K3 di lapangan. Dalam kunjungan ini, ia bertemu dengan Pak Haris, seorang ahli K3 yang bertugas di proyek tersebut. Pak Haris menjelaskan bahwa tugas sehari-harinya meliputi pemeriksaan peralatan kerja, memastikan penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) oleh pekerja, dan memberikan pelatihan keselamatan secara berkala. "Setiap hari saya memastikan semua kegiatan di proyek ini berjalan aman sesuai standar K3," ungkap Pak Haris.
Dalam proyek konstruksi tersebut, terdapat dua ahli K3 dan 32 pekerja. Pak Haris bertanggung jawab memantau setiap pekerja untuk memastikan mereka mematuhi protokol keselamatan. Selain itu, Pak Haris juga melakukan penilaian risiko sebelum pekerjaan dengan potensi bahaya tinggi dimulai, seperti pekerjaan di ketinggian atau penggunaan alat berat. "Kami selalu berupaya mengantisipasi risiko yang bisa terjadi," tambahnya.
Meski tampak sederhana, pekerjaan Pak Haris penuh tantangan, terutama dalam mengubah mindset para pekerja. Banyak pekerja yang merasa prosedur K3 menghambat pekerjaan dan enggan menggunakan APD karena dianggap tidak nyaman. "Padahal, semua itu dilakukan demi keselamatan mereka," kata Pak Haris.
Pekerja berpengalaman sering kali merasa tidak perlu mematuhi prosedur K3 karena merasa sudah ahli di bidangnya. Pak Haris pun mengakui bahwa pendekatan persuasif menjadi kunci. Ia sering menggunakan contoh kasus kecelakaan akibat kelalaian untuk menunjukkan pentingnya K3. "Mengubah kebiasaan memang sulit, tapi begitu mereka melihat manfaatnya, biasanya mereka akan lebih patuh," ujarnya sambil tersenyum.
Selain keselamatan kerja, etika juga menjadi perhatian utama Pak Haris. Ia menceritakan insiden di mana beberapa pekerja melakukan catcalling kepada mahasiswi yang melewati area proyek. "Ini masalah sensitif, karena menyangkut kenyamanan dan keamanan orang lain di lingkungan kerja," jelas Pak Haris.
Menanggapi insiden tersebut, universitas segera mengambil tindakan dengan memberikan Surat Peringatan (SP) 1 kepada pekerja yang terlibat. Menurut Pak Haris, edukasi dan penegakan disiplin sangat penting untuk menciptakan budaya kerja yang sehat dan aman. "Tanpa tindakan tegas, lingkungan kerja yang aman sulit terwujud," tambahnya.
Profesi K3 tidak hanya berfokus pada pencegahan kecelakaan kerja, tetapi juga membangun budaya kerja yang aman dan sehat. Meski menghadapi banyak tantangan, peran ahli K3 sangat krusial dalam menjaga keselamatan pekerja dan mendorong perusahaan untuk mematuhi standar keselamatan. Melalui profesi ini, ahli K3 seperti Pak Haris tidak hanya memastikan keselamatan fisik, tetapi juga memberikan dampak positif bagi keberlangsungan operasional perusahaan.
Nadine Navisca Agustin, Mahasiswa Universitas Airlangga.Â
DAFTAR PUSTAKA
Riptono, As'ad, M. & Hafriansyah, M. R., 2018. PENGARUH MOTIVASI, KESEHATAN KERJA, DAN KESELAMATAN KERJA (K3) TERHADAP KINERJA KARYAWAN PT.X DI BUMI SERPONG DAMAI. Jurnal Transparansi, Volume 1, p. 286.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H