Mohon tunggu...
Nadin Dyahayu
Nadin Dyahayu Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi

jangan bosan belajar

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Maraknya Klitih di Yogyakarta : Dampaknya Terhadap Hak Asasi Manusia

7 Juli 2024   10:45 Diperbarui: 7 Juli 2024   10:51 7
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Maraknya klitih di Yogyakarta : Dampaknya Terhadap Hak Asasi Manusia

Masa remaja merupakan fase penting dalam perkembangan individu dari masa kanak-kanak menuju dewasa, di mana mereka berusaha mencari identitas diri. Namun, seringkali pada masa ini, mereka cenderung menolak campur tangan, termasuk dari orang tua, karena dorongan untuk meraih kemandirian. Meski demikian, bimbingan orang tua sangatlah penting dalam memandu anak-anak pada tahap ini untuk menghindari kenakalan remaja yang dapat mengganggu perkembangan mereka. Terkadang tanpa disadari juga kurangnya pengawasan orang tua bisa mengakibatkan perilaku negatif pada remaja.

Kenakalan remaja merupakan bentuk penyimpangan sosial yang mencakup berbagai perilaku seperti tawuran, vandalisme, penggunaan narkoba, seks bebas, dan juga fenomena Klithih yang semakin meresahkan masyarakat. Klithih, khususnya di Daerah Istimewa Yogyakarta, menjadi perhatian serius karena mengarah pada konflik sosial dan kekerasan yang mengancam keselamatan publik. Kelemahan pengawasan dari keluarga dan sekolah turut menjadi penyebab maraknya kasus Klithih, di mana para pelaku seringkali adalah remaja yang belum mampu mengendalikan diri mereka sendiri.

Peran orang tua dalam mencegah kenakalan remaja sangatlah krusial. Kasih sayang dan perhatian dari orang tua dapat membantu anak menghindari pengaruh buruk dari lingkungan sekitarnya. Hubungan yang baik antara orang tua dan anak juga dapat mencegah mereka terjerumus ke dalam kelompok Klithih. Faktor penyebab kejahatan yang dilakukan oleh pelaku aksi klithih di Daerah Istimewa Yogyakarta mayoritas adalah faktor dari diri sendiri. Walaupun seseorang bergaul dengan teman sebaya yang banyak hal negatif akan tetapi orang itu tidak mengikutinya karena karena tidak ada sama sekali keinginan.  Kemudian walaupun seseorang mendapat perhatian lebih dari keluarga, dan materi juga tercukupi akan tetapi jika orang tersebut memiliki hati yang kurang baik maka orang itu dapat melakukan kejahatan karena dorongan keinginan dari diri pribadi.

Menurut salah satu tokoh, Sosiolog Kriminalitas Universitas Gajah Mada (UGM), Soeprapto menyebutkan kekerasan remaja terjadi karena pengaruh lingkungan sosial yang salah, berikut beberapa faktor yang meneybabkan klitih menurut soeprapto:

Pengaruh pertemanan "peer group" ke arah perilaku kekerasan.

Pengaruh dari motor pengerak, misal kakak kelas ataupun alumni.

Menunjukan eksistensi diri diri agar keberadaanya diakui.

Ada yang memanfaatkan keadaan psikologis remaja yang sedang berada dalam masa transisi biologis dan sosial.

Tindakan kekerasan itu muncul disebabkan kurangnya penanaman nilai budaya dan norma sosial.

Rata-rata seseorang yang gemar melakukan kekerasan memiliki kualitas kecerdasan emosional (EQ) hanya pada level pertama yakni memahami diri sendiri, belum sampai level kedua mampu mengendalikan diri. Apalagi level tiga, memahami orang lain, dan level empat, mengendalikan orang lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun