Mohon tunggu...
Nadila Putri Pratama
Nadila Putri Pratama Mohon Tunggu... Lainnya - Psychology Student at Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka University

A final-year Psychology student at Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka University with a strong interest in interpersonal relationships, mental health, employee performance, and growth and learning.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Hubungan Interpersonal dalam Strategi Manipulasi Agus Buntung

23 Desember 2024   13:10 Diperbarui: 23 Desember 2024   13:31 202
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Photo illustration: created by me using Canva, with resources from Pexels.com. 

Kasus dugaan pelecehan seksual yang melibatkan I Wayan Agus Suartama atau yang dikenal sebagai Agus Buntung pria asal Nusa Tenggara Barat (NTB) terus menjadi sorotan publik. Masyarakat yang melihat Agus sebagai “penyandang disabilitas” merubah stigma sosial menjadi sebaliknya. Peristiwa ini mengungkapkan berbagai fakta mengejutkan, mulai dari pola tindakan hingga meningkatnya jumlah korban tindak kejahatan seksual yang dilakukan oleh Agus Buntung.

Kronologi Kasus dan Strategi Manipulatif Pelaku

Agus ditetapkan sebagai tersangka oleh Polda Nusa Tenggara Barat (NTB) setelah menerima laporan dari seorang mahasiswi yang mengaku menjadi salah satu korbannya pada awal Desember 2024. Ia diduga menggunakan manipulasi emosional dan ancaman psikologis untuk memaksa korban mengikuti keinginannya, sering kali berpura-pura membutuhkan bantuan sebagai penyandang disabilitas. Proses hukum dimulai dengan rekonstruksi kasus yang dilakukan pada 11 Desember 2024, dimana Agus memperagakan 49 adegan terkait peristiwa yang terjadi, termasuk perdebatan mengenai pembayaran homestay yang menjadi pemicu pelecehan. Video yang viral menunjukkan Agus mengancam korban dengan pernyataan akan "membunuh mental" mereka yang menambah tekanan psikologis pada para korban, beberapa di antaranya bahkan meminta perlindungan dari Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK) karena merasa terintimidasi. Saat ini, Agus ditahan di rumah karena keterbatasan fasilitas di rumah tahanan yang ramah disabilitas, dan proses hukum terus berlanjut. Kasus ini menggarisbawahi pentingnya perlindungan bagi korban pelecehan seksual serta penegakan hukum yang tegas tanpa pandang bulu, termasuk terhadap pelaku yang merupakan penyandang disabilitas.

Dari perspektif psikologi kasus ini menggunakan strategi manipulasi pada korbannya yaitu, perilaku yang ditunjukkan oleh Agus Buntung sesuai dengan karakteristik teori Machiavellianism dalam psikologi kepribadian. Machiavellianism masuk kedalam salah satu "Dark Triad Personality" selain narcissism dan psychopathy. Seseorang dengan sifat ini dikenal manipulatif, kurang empati, dan berorientasi pada keuntungan pribadi (Paulhus & Williams, 2002). Perilaku manipulatif memiliki ciri-ciri dibawah ini : 

  1. Kurangnya Empati, yaitu tidak peduli perasaan dan penderitaan orang lain.

  2. Egois, yaitu berusaha untuk memanfaatkan suatu situasi atau kondisi untuk keuntungan pribadinya, dan tidak jarang menghalalkan segala cara agar keuntungannya dapat tercapai (Christie & Geis, 1970)

  3. Menggunakan strategi yang terstruktur atau terencana untuk mencapai tujuannya (Ekizler & Bolelli, 2020).

Dalam kasus Agus Buntung strategi yang digunakan sangat jelas dari cara pelaku membuat cerita yang cerdas serta membangun kepercayaan korban sebelum akhirnya mengeksploitasi korbannya. Terdapat beberapa trik atau strategi yang dilakukan oleh Agus Buntung berdasarkan riset yang kami lakukan di beberapa berita yang membahas kasus tersebut.

  1. Membangun rasa percaya melalui simpati 

Pelaku memanfaatkan keterbatasan fisiknya untuk membangun cerita yang membuat korban bersimpati atau mendapatkan merasa iba kepadanya.

  1. Eksploitasi emosional korban

Agus menggunakan rasa bersalah atau ketakutan korban. Ini selaras dengan studi yang menunjukkan bahwa seorang Machiavellianism cenderung menggunakan cara manipulasi sesuai situasi yaitu keras atau lembut (Jonason et al., 2012). 

  1. Gaslighting

Sebelum melakukan strategi atau kedua taktik diatas, Agus Buntung mengidentifikasi individu yang akan dijadikan korbannya seperti yang sedang mengalami penurunan secara psikologis atau sedang ada masalah. Lalu ia menggunakan strategi gaslighting yang membuat korban korban meragukan realitas dan keyakinan mereka sendiri, sehingga lebih mudah dikendalikan.

Dampak Manipulasi pada Korban

Berikut beberapa efek yang terjadi pada individu yang menjadi korban manipulasi oleh Agus buntung :

  1. Depresi dan kecemasan, terdapat studi yang dilakukan oleh Thompson & Chen (2020) yang mengatakan bahwa akibat dari manipulasi bisa meningkatkan depresi dan kecemasan pada korbannya hingga 23%.

  2. Korban mengalami penurunan rasa kepercayaan diri seperti merasa tidak berharga dan meragukan diri mereka akibat manipulasi yang mereka terima.

  3. Tidak sedikit korban manipulasi yang malu, takut berbicara dan hal tersebut membuat mereka cenderung untuk menghindar dari lingkungan sekitarnya.

Faktor Pemicu Perilaku Manipulatif

Machiavellianism sendiri mempunyai beberapa faktor yang membuat orang menjadi berperilaku manipulatif diantaranya :

  1. Lingkungan sosial atau tekanan sosial yang penuh ambisi dan seseorang cenderung menggunakan manipulasi untuk mencapai tujuan. 

  2. Pengalaman pribadi yang menyakitkan seperti pengkhianatan, penipuan atau bahkan manipulasi sehingga ini akan memunculkan adanya perilaku Machiavellianism untuk melindungi diri. 

  3. Sifat kepribadian seperti yang dicirikan kurang empati dan cenderung narsistik juga dapat menjadi faktor adanya perilaku manipulasi.

  4. Tujuan atau motivasi individu yang sangat termotivasi untuk mencapai tujuan pribadi, kekuasaan atau kesuksesan dengan cara apapun. 

  5. Keyakinan atau nilai-nilai yang dipegang dengan rusaknya moral dan membenarkan segala cara.

  6. Kontrol diri yang kurang pada individu sehingga ia akan melakukan apapun untuk keinginan mereka. 

Manipulasi sangat mempengaruhi hubungan interpersonal pelaku. Seseorang dengan karakter Dark Triad cenderung selalu mengabaikan prinsip-prinsip yang penting dalam hubungan interpersonal, seperti kepercayaan serta empati. Pelaku yang melakukan perilaku manipulasi sering sekali membangun keyakinan palsu untuk memanfaatkan korbannya yang akhirnya menyebabkan trauma secara emosional, manipulasi menyebabkan ketidakjelasan suatu komunikasi interpersonal. Akan tetapi hubungan positif juga bisa menjadi alat untuk mencegah tindakan manipulasi. Seperti halnya seorang individu yang mendapatkan dukungan dari lingkungannya seperti teman, keluarga, dan komunitasnya bisa membantu individu tersebut mengenali apa saja tanda-tanda perilaku manipulasi lebih awal dan memiliki kemampuan untuk menolak perilaku tersebut.

Cara Mencegah Menjadi Korban Manipulasi

Berikut cara untuk menghindari perilaku manipulatif sehingga bisa lebih berhati-hati dan tidak ada korban yang terus bertambah seperti kasus Agus Buntung : 

  1. Kenali dan jaga batasan pribadi, selalu menetapkan batasan-batasan diri khususnya kepada orang yang baru dikenal.

  2. Jangan takut mengatakan “tidak”, 

  3. Jangan mencoba memenuhi keinginan mereka.

  4. Tetap tenang dan tidak terpancing emosi, jika dihadapkan oleh orang yang manipulatif ia akan meyakinkan korban dengan seribu satu cara walaupun sudah ditolak maka dari itu perlu diterapkan tetap tenang dan pegang teguh pada pendirian untuk menolak.

  5. Jangan terlalu banyak memberikan informasi pribadi, 

  6. Belajar mengenali perilaku yang muncul pada orang yang manipulatif

Demikian artikel ini, semoga ini bisa menjadi pengetahuan dan dapat membantu dalam menghindari maupun mengenali orang yang manipulatif sehingga kita tidak menjadi korban dari perilaku manipulasi tersebut.  

Daftar Pustaka

Paulhus, D. L., & Williams, K. M. (2002). The Dark Triad of personality: Narcissism, Machiavellianism, and psychopathy. Journal of Research in Personality, 36, 556-563. https://doi.org/10.1016/S0092-6566(02)00505-6

Christie, R. C., & Geis, F. L. (1970), Studies in Machiavellianism. New York: Academic press.

Ekizler, H., & Bolelli, M. (2020). THE EFFECTS OF DARK TRIAD (MACHIAVELLIANISM, NARCISSISM, PSYCHOPATHY) ON THE USE OF POWER SOURCES. Istanbul Commerce University Journal of Social Sciences/İstanbul Ticaret Üniversitesi Sosyal Bilimler Dergisi, 19(37).

Jonason, P. K., Slomski, S., & Partyka, J. (2012), The Dark Triad at work: How toxic employees get their way. Personality and individual differences, 52(3), 449- 453.

Rayahu, S., & Nuzulia, S. (2024). Mitos dan Fakta: Siapa yang Lebih Manipulatif, Pria atau Wanita? Mengungkap Realitas Machiavellianism Antara Pria Dan Wanita. INNOVATIVE: Journal Of Social Science Research, 4(5), 5715-5728.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun