Mohon tunggu...
Nadila Dwi Sapira
Nadila Dwi Sapira Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Islam Riau

Saya suka membaca puisi dan berolahraga

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Analisis Semiotika-Heuristik-Hermeneutik pada puisi "Hujan Bulan Juni" dan "Aku Ingin" karya Sapardi Djoko Damono

13 Januari 2025   14:20 Diperbarui: 13 Januari 2025   14:21 26
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Secara heremeneutik hubungan antara aku dan engkau dalam puisi ini digambarkan sebagai hubungan antara sepasang kekasih. Tanda-tanda hubungan percintaan itu berupa kata-kata mesra yang memenuhi puisi: aku, mencintaimu (- mu dengan huruf kecil)Engkau yang digambarkan dengan penggunaan kata seperti –mu adalah kekasih yang amat dicintai penyair hingga ia meleburkan dan meluluhkan diri dalam kekasih yang dicintainya.

Cinta sederhana dikiaskan seperti kata yang tak sempat diucapkan. Cinta sederhana yang dimaksud penyair adalah cinta yang tak butuh kata indah atau rayuan gombal apa pun, yang cinta butuhkan adalah patuh, taat, dan pengorbanan pada apa yang dicintai.Karena cinta tak perlu kata-kata saja tetapi harus dibuktikan dengan tindakan. Ungkapan cinta hanya akan mengabstrakkan makna cinta yang sebenarnya, karena itu tak perlu kata dan isyarat cinta.

Kayu kepada api yang menjadikannya abu, kayu sebagai sosok yang lemah, meleburkan dirinya kepada sesuatu yang lebih kuat darinya.Abu menjadi simbol perpaduan kayu dan api. Ini tidak sekedar bermakna bahwa ketika dua orang saling mencintai, tak lagi ada aku dan kamu, yang ada hanyalah kita. Abu menjadi simbol perpaduan kayu dan api. Perpaduan ini tidak lagi mengandung unsur kayu dan api, tetapi mengandung unsur yang baru. Jadi, mencintai seseorang berarti menjadi bagian dari orang yang dicintai. Cinta juga tidak lahir dari lamanya waktu yang dihabiskan bersama, tetapi lahir karena adanya kecocokan jiwa,karena cinta yang tidak mudah luntur itu karena memang adanya kecocokan jiwa bukan karena nafsu duniawi.

Kata yang tak sempat disampaikan awan kepada hujan yang menjadikannya tiada bermakna hujan pun turun tanpa sebelumnya ada tanda kepada awan. Awan menggambarkan kerelaan berkorban orang yang mencintai. Awan yang awalnya hanya menyimpan uap-uap air rela berkondensasi demi turunnya sebuah hujan. Setelah penyatuan ini mereka rela luluh dalam ketiadaan secara bersama, awan tak lagi nyata dalam pandangan.

Dalam kedua puisi Sapardi Djoko Damono, pengulangan kata menjadi salah satu elemen penting yang menguatkan pesan cinta yang ingin disampaikan penyair. Kata-kata seperti "aku ingin mencintaimu," dan "hujan bulan Juni" diulang secara konsisten untuk menegaskan perasaan yang mendalam dan tak tergoyahkan. Pengulangan ini menciptakan ritme yang memperkuat makna di balik perasaan cinta yang sederhana namun penuh makna, memberikan kesan bahwa perasaan tersebut adalah sesuatu yang terus-menerus hadir, tidak pernah hilang, dan selalu ada dalam setiap detik waktu yang berlalu.

Meskipun kata-kata yang digunakan terasa sederhana, mereka menyampaikan perasaan cinta yang kompleks. Cinta dalam puisi Sapardi bukanlah sekadar perasaan romantis, melainkan sebuah bentuk penghayatan yang mendalam terhadap kehidupan, alam, dan waktu. Pengulangan kata "ingin" dalam puisi "Aku Ingin" misalnya, menggambarkan kerinduan yang tak terungkapkan dan keinginan untuk menyatu dengan alam, sementara kata "tak sempat" dalam "Hujan Bulan Juni" menggambarkan perasaan kehilangan dan penyesalan. Dengan kata-kata yang sederhana namun penuh pengulangan, Sapardi berhasil menyampaikan kedalaman emosi dan kekuatan cinta yang ada dalam setiap manusia.

Melalui pendekatan semiotika, kedua puisi Sapardi Djoko Damono dapat dilihat sebagai karya yang menggunakan simbol-simbol sederhana untuk menyampaikan makna yang lebih dalam tentang cinta. Penggunaan simbol-simbol membuat pesan cinta dalam puisi menjadi lebih mudah diakses dan dipahami oleh pembaca, karena simbol alam seperti hujan atau bulan memiliki makna yang bisa diterima oleh siapa saja tanpa batasan budaya atau latar belakang.Penggunaan alam sebagai simbol juga mengekspresikan perasaan cinta yang tulus dan sederhana. Dengan memanfaatkan simbol-simbol alam yang sederhana, Sapardi Djoko Damono berhasil menyampaikan perasaan cinta yang universal,sesuatu yang dapat dipahami oleh siapa pun tanpa memerlukan pemahaman yang rumit. Pada akhirya puisi “Hujan Bulan Juni” dan “Aku Ingin”menjadi puisi yang ditulis untuk merasakan cinta dalam bentuk yang lebih luas dan mendalam, melampaui kata-kata biasa dan menyentuh inti perasaan manusia.

Daftar Pustaka

Leonardo R.Nama Maran, Y. Y. (2024). Analisis Gaya Bahasa Dalam Kumpulan Puisi Hujan Bulan Juni Karya Sapardi Djoko Damono, vol 6.

Nafinuddin, S. (2020, August 2). Pengantar Semantik  (Pengertian,  Hakikat,  dan Jenis). https://doi.org/10.31219/osf.io/b8ws3

Parera, J. D. (2004). Teori Semantik. Jakarta: Erlangga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun