Mohon tunggu...
Nadila putri
Nadila putri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya seorang mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Teori Psikososial Erik Erikson: Sebuah Pandangan Holistik Tentang Perkembangan Manusia

18 Januari 2025   05:27 Diperbarui: 18 Januari 2025   05:27 20
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Erik Erikson, seorang psikolog Jerman-Amerika, adalah salah satu tokoh terkemuka dalam bidang psikologi perkembangan. Ia terkenal karena teori psikososialnya, yang menjelaskan bagaimana individu berkembang sepanjang hidup melalui serangkaian tahap yang mencerminkan tantangan psikososial tertentu. Teori ini memperluas konsep perkembangan yang diperkenalkan Sigmund Freud, tetapi lebih berfokus pada pengaruh sosial dan lingkungan daripada faktor biologis semata.

Teori Erikson terdiri dari delapan tahap perkembangan, masing-masing terkait dengan konflik atau krisis yang harus diatasi untuk mencapai perkembangan yang sehat. Setiap tahap ini mencerminkan interaksi antara kebutuhan individu dan harapan masyarakat, sehingga membentuk kepribadian dan identitas seseorang.

A.Tahap-Tahap Psikososial Erikson

1. Kepercayaan vs Ketidakpercayaan (0-1 tahun)

Pada tahap ini, bayi belajar untuk mempercayai orang di sekitarnya, terutama pengasuh utama, jika kebutuhan dasar mereka terpenuhi secara konsisten. Ketika kepercayaan berkembang, anak merasa aman. Sebaliknya, ketidakpercayaan muncul jika kebutuhan tersebut diabaikan, yang dapat menyebabkan rasa tidak aman dan ketakutan.

2. Kemandirian vs Rasa Malu dan Ragu (1-3 tahun)

Anak mulai mengembangkan kemandirian dengan belajar melakukan hal-hal sendiri, seperti makan atau berpakaian. Dukungan orang dewasa membantu anak merasa percaya diri. Namun, jika terlalu dikontrol atau sering dikritik, anak dapat merasa malu dan ragu terhadap kemampuan dirinya.

3. Inisiatif vs Rasa Bersalah (3-6 tahun)

Anak pada tahap ini mulai mengambil inisiatif dalam bermain dan aktivitas sehari-hari. Mereka belajar untuk merencanakan dan mencapai tujuan kecil. Namun, jika mereka merasa terlalu dibatasi atau disalahkan atas inisiatif mereka, rasa bersalah dapat berkembang.

4. Kerajinan vs Inferioritas (6-12 tahun)

Selama masa sekolah, anak mulai mengembangkan keterampilan dan merasa bangga dengan prestasi mereka. Dukungan dari lingkungan, seperti guru dan teman sebaya, membantu anak merasa mampu. Namun, jika mereka sering gagal atau dibandingkan secara negatif, mereka dapat merasa rendah diri.

5. Identitas vs Kebingungan Identitas (12-18 tahun)

Masa remaja adalah periode pencarian identitas. Remaja mengeksplorasi nilai-nilai, peran, dan tujuan hidup untuk menemukan siapa mereka sebenarnya. Jika gagal menyatukan berbagai aspek identitas, mereka mungkin mengalami kebingungan.

6. Keintiman vs Isolasi (18-40 tahun)

Dewasa muda berfokus pada membangun hubungan yang erat dan penuh komitmen dengan orang lain. Keberhasilan pada tahap ini membawa keintiman dan hubungan yang sehat. Sebaliknya, ketakutan akan penolakan dapat menyebabkan isolasi sosial dan emosional.

7. Generativitas vs Stagnasi (40-65 tahun)

Pada tahap ini, individu merasa terdorong untuk memberikan kontribusi kepada masyarakat melalui pekerjaan, keluarga, atau aktivitas lainnya. Generativitas mencerminkan kepedulian terhadap generasi mendatang. Jika tidak, individu mungkin merasa stagnan dan tidak produktif.

8. Integritas vs Keputusasaan (65 tahun ke atas)

Pada tahap terakhir, individu merenungkan hidup mereka. Jika merasa puas dengan pencapaian mereka, mereka mencapai rasa integritas. Namun, jika merasa gagal atau menyesal, mereka mungkin mengalami keputusasaan dan rasa takut terhadap kematian.

B.Pentingnya Teori Psikososial Erikson

Teori Erikson sangat relevan dalam berbagai bidang, termasuk pendidikan, konseling, dan pengasuhan anak. Pendekatannya yang holistik memberikan pemahaman bahwa perkembangan manusia berlangsung sepanjang hidup dan dipengaruhi oleh berbagai faktor sosial, budaya, dan psikologis. Teori ini juga membantu individu dan profesional dalam memahami tantangan yang dihadapi pada setiap tahap kehidupan, sehingga intervensi yang sesuai dapat dirancang.

C.Kritik dan Pengembangan

Walaupun teori ini banyak diapresiasi, beberapa kritik juga muncul. Beberapa psikolog berpendapat bahwa teori ini terlalu fokus pada urutan kronologis yang tetap dan kurang mempertimbangkan keragaman budaya atau pengalaman individual. Namun, hal ini tidak mengurangi nilai teorinya sebagai kerangka kerja untuk memahami perkembangan manusia.

D.Kesimpulan

Teori psikososial Erik Erikson adalah landasan penting dalam psikologi perkembangan. Dengan menyoroti konflik yang harus diselesaikan pada setiap tahap kehidupan, teori ini memberikan panduan untuk memahami bagaimana individu berkembang secara emosional dan sosial. Meskipun teori ini bukan tanpa kritik, relevansinya tetap kuat dalam memahami kompleksitas perkembangan manusia di berbagai konteks.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun