"Dear kamu, apa kabar disana? Sehat terus ya.. "
Akhir-akhir ini dua kalimat itu terngiang-ngiang di kepala. Sekilas kadang terbesit buat coba hubungi kamu. Tapi, aku ga mau rusak janji kita. Um, bukannya udah rusak ya? Kamu memutuskan sepihak karena alasan yang tidak sepenuhnya aku mengerti.
Ngga ko, aku ga minta kamu jelasin semuanya. Toh sudah jelaskan semuanya? Kita, baik aku maupun kamu saling tahu. Bahwa masa depan bukanlah jendela transparan yang bisa kita terawang. Kita sama-sama sepakat, buat menerima apa yang terjadi di masa depan nanti, kan?
Padahal, kalo memang betul kamu sepakat harusnya kamu ga usah bilang kalo perjanjian kita ga utuh lagi. Lagian dari awal isi perjanjian kita adalah sepakat untuk tidak mengatakan pasti ataupun mustahil. Kita sama-sama sepakat untuk ketidakpastian kan?
Meskipun begitu, aku ga bilang kalo aku sudah sepenuhnya ikhlas. Aku ga bilang, kalo aku bisa berhenti mikirin kamu. Dan aku ga bilang kalo aku bisa lupain kamu. Aku hanya sepakat karena kamu harus menyelesaikan masa belajarmu.
***
"Sudahlah, menyesal itu tidak ada manfaatnya. Toh kita tidak bisa mengubah apa-apa lagi."
Aku hanya ingin memberi tahu. Bahwa kini aku tak lagi di kota kembang. Bukan karena hatiku tidak berbunga lagi. Tapi karena kamu pergi, menyebabkan hujan datang lagi. Ya, aku pergi ke kota hujan.
Kamu tahu, aku sudah menemukan apa yang selama ini aku cari. Aku sedang berada dalam beberapa hal yang aku sukai. Meskipun ga semua yang aku sukai ada disini. Contohnya kamu. Kamu sedang pergi tanpa pasti akan kembali. Duh.
Aku suka udara serta atmosfir disini, aku rasa keduanya cukup seimbang. Pada beberapa waktu udara memanas untuk membuatku sedikit berkeringat. Tapi kemudian angin sejuk akan kembali, seakan memberi apresiasi bahwa aku lolos melewati ujian menahan hawa panas. Ga penting si, tapi aku suka.
Oh ya, aku sempat pergi ke hidden paradise. Yep, ada sungai yang bagus di belakang tempat tinggalku. Tapi ga sebagus sungai terindah di negri antah berantah si. But overall, aku suka tempat ini. Kapan-kapan kamu main ya.
Disini aku mempelajari pelajaran yang aku sukai. Aku berniat ingin menjadi ahli dalam bidang ini. Aku harap, disana juga kamu bahagia.Â
Oh ya, tentang bahagia aku jadi teringat sesuatu. Aku pernah terpikir, bagaimana jika suatu saat kamu akan bahagia karena perempuan lain. Rasanya hati ini belum siap mendengarnya. Tapi jika memang terjadi, aku harus apa?
Aku ga bisa melarang kamu bahagia. Aku juga ga bisa memintamu untuk tidak melakukan hal yang ingin kamu lakukan. Seandainya hal itu terjadi, bahkan menulis namamu saja aku ga berhak.
Tapi biarlah, semua punya jalan hidup masing-masing. Kita tidak akan pernah tau apakah nanti akan ada persimpangan yang mempertemukan kita, atau tidak.
Sekali lagi aku ingin mengabari, bahwa aku sedang bahagia tapi masih belum baik-baik saja. Jadi kamu ga perlu tanya kabarku.
Itupun kalau kamu masih ingat siapa aku. Semoga setelah 4 tahun itu kita bisa benar-benar menjadi 'Kita'.Â
Aamiin.
6 Agustus, di Kota Hujan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H