Hal ini sesuai dengan konsen salah satu tokoh yang paling berpengaruh di dunia pendidikan, Peter McLaren. McLaren memiliki kekhawatiran terhadap perspektif pendidikan mengenai relasi pendidikan dan kapitalisme dan relasi kapitalisme dan ilmu pengetahuan.
McLaren sendiri mendefinisikan neoliberalisme sebagai kapitalisme gaya baru atau sosialisme untuk orang kaya. McLaren sangat jelas meneropong agenda bisnis di sekolah yang semakin terlihat perkembangannya dalam kemitraan publikswasta dapat kita lihat dari contoh diatas, mereka para perusahaan yang bergerak dalam bidang teknologi kemudian melakukan sponsorisasi bisnis yang berkembang, bahkan mereka pun melakukan riset mengenai permasalahan dalam dunia pendidikan akibat adanya pandemi Covid-19 agar terdapat celah bagi mereka memasuki ranah sekolah, dan melakukan mentoring secara webinar agar bisnisnya secara tidak sadar masuk dalam instansi pendidikan. Pendidikan pun jadi memiliki relasi pada perusahaan-perusahaan mereka yang mana hal tersebut dapat menguntungkan pihak perusahaan.
Menurut McLaren juga dapat mengakibatkan korporatisasi kurikulum, standar nasional, bahkan hingga sistem voucher gratis ‘Platform Teams’ selama 6 bulan yang ditawarkan oleh perusahaan telekomunikasi dengan mendapatkan penyimpanan file online, fitur berbagi dokumen, fitur menulis bersama (co-authoring), chat, rapat online, serta integrasi dengan aplikasi pihak ketiga.
Para siswa dalam sekolah pun tidak dapat menyadari hal tersebut dan hanya menerima apa kebijakan yang terjadi dalam tingkat pedidikan mereka. Jika memang diharuskan menggunakan salah satu fitur yang diwajibkan oleh sekolah mereka akan menerimanya sebagai bentuk kepatuhan tanpa menyadari terdapat unsur kapitalis yang sedang mencari keuntungan dalam kegiatan belajar mengajar tersebut.
Maka dari itu, McLarena juga merupakan penggagas mengenai pendidikan kritis revolusioner. Di dalam kata pendahuluan untuk edisi keempat karya McLaren Life in School, Ramin Farahmandpur mengomentari bahwa pendidikan kritis revolusioner McLaren merupakan proyek yang tujuan utamanya adalah untuk membangun masyarakat baru yang lebih humanis. Proyek ini dimulai dengan pengalaman siswa (praktik) yang dengan pengalamannnya itu mereka dapat mengembangkan pemahaman yang lebih kritis dan ilmiah tentang kehidupan sehari-harinya dalam rangka berhubungan dengan kondisi sosial budayanya (teori), yang selanjutnya siswa sendiri yang dapat membangun strategi aksinya berdasarkan pemahaman baru ini (praktik). Dengan ini, McLaren menuntut para guru untuk mengembangkan kesadaran kelas-kerja sesuai posisinya sebagai pekerja intelektual.
Sumber :
Farahmandpur, Ramin. (2003). “Foreword to the Fourth Edition” untuk Peter McLaren, Life in School: an Introduction to Critical Pedagogy in the Foundations of Education. Edisi IV; Boston: Pearson Education Inc.
Hidayat, Rakhmat. 2011. Pengantar Sosiologi Kurikulum. Jakarta: PT. RAJAGRAFINDO PERSADA
Kontan.co.id. (2020). “Dukung Belajar di Rumah, Telkomtelstra Buka Akses Gratis Pembelajaran Digital”. Diakses pada 22 Desember dari https://amp.kontan.co.id/release/dukung-belajar-di-rumah-telkomtelstra-buka-akses-gratis-pembelajaran-digital
Merdeka Belajar. (2021). “Latar Belakang Merdeka Belajar”. Diakses pada 22 Desember dari http://merdekabelajar.teknokrat.ac.id/latar-belakang/
SINDOnews.com. (2021). "Perusahaan Teknologi Ikut Poles Pengajar Biar Cakap Digital". Diakses pada 22 Desember dari https://ekbis.sindonews.com/read/633205/34/perusahaan-teknologi-ikut-poles-pengajar-biar-cakap-digital-1639926742