Mohon tunggu...
Nadia Zahra Ramadhani Sufi
Nadia Zahra Ramadhani Sufi Mohon Tunggu... Lainnya - nadiazrs

Mahasiswa Pendidikan Sosiologi UNJ

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Munculnya Kembali Sistem Pendidikan "Gaya Bank" dalam Era Pandemi Covid-19

5 Juli 2021   21:36 Diperbarui: 5 Juli 2021   21:51 204
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Mahasiswa pendidikan sosiologi UNJ 

Sudah setahun lebih SARS-Cov-2 atau yang lebih dikenal dengan sebutan virus Corona berada di kehidupan kita. Virus yang berkembang dengan menyerang sistem atau saluran pernapasan, infeksi paru-paru, hingga gejala terparah yang dapat menyebabkan kematian. Seluruh dunia tentu mengalami dampak yang sangat besar dalam berbagai bidang. Segala aspek kehidupan terpaksa harus berubah karena adanya virus ini. 

Baik bidang pendidikan, kesehatan, ekonomi, sosial, politik, maupun kebudayaan. Kebijakan pemerintah Indonesia untuk memutus mata rantai penyebaran covid-19 ini pun beragam. Mulai dari physical distancing atau jaga jarak, isolasi mandiri, wajib penggunaan masker saat diluar rumah, PSBB (Pembatasan sosial berskala besar), hingga saat ini yang sedang diterapkam kembali yaitu PPKM darurat (Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat). 

Dengan adanya kebijakan PPKM ini, masyarakat dihimbau untuk tidak berpergian dan tetap dirumah. Dalam dunia pendidikan, sekolah maupun instansi yang hendak membuka pembelajaran tatap muka pun terpaksa membatalkan keputusannya. Sistem pendidikan pun akan tetap menggunakan sistem daring atau pembelajaran jarak jauh (PJJ) . 

Secara singkat, Pembelajaran Jarak Jauh merupakan model pembelajaran yang memanfaatkan teknologi seperti gadget, laptop, internet, dan berbagai macam platform seperti Microsoft Teams, Google Classroom, Zoom, Whatsapp dan sebagainya. tergantung kepada ketentuan masing-masing guru dan dosen yang mengajar.  

Kurikulum pendidikan di Indonesia seperti yang kita ketahui menggunakan kurikulum 2013 (K-13). Yang dalam pembelajarannya berpusat pada siswa (Student Centred Learning), yaitu menempatkan siswa sebagai subyek belajar, jadi siswa  yang akan lebih banyak melakukan langkah-langkah pembelajaran (secara aktif) dalam kegiatan belajar yang telah dirancang oleh guru. 

Sedangkan guru hanya aktif memfasilitasi dan membimbing agar siswa aktif mempelajari, menelaah, dan menganalisis materi dalam kegiatan belajar. Namun seperti yang kita ketahui PJJ yang sudah dilaksanakan setahun lebih ini juga tetap memberikan berbagai masalah dalam sistem pendidikan. Salah satunya dalam kurikulum (K-13), yang seharusnya siswa menjadi student centred nyatanya tidak terlaksana dengan baik. 

Guru atau pendidik yang memiliki kuasa lebih dalam pembelajaran jarak jauh tersebut. terkadang guru hanya akan memberi bahan ajar melalui platform yang digunakan kemudian tidak memberi penjelasan lebih dalam kepada peserta didik. Terjadinya hal ini, para lembaga pendidikan pun tidak melakukan perubahan dan pembaharuan, karena terbiasa harus patuh pada ketentuan-ketentuan dan peraturan formal. Sedangkan peserta didik pada umumnya juga tidak melakukan perlawanan maupun penolakan sama sekali. 

Mereka menerima segala bentuk kebijakan pendidikan secara taken for granted. Akhirnya, ketika sistem pendidikan sudah terlalu ketat, maka ini sebenarnya kembali kepada sistem pendidikan lama hanya konteksnya saja berbeda. Dan salah satunya adalah pendidikan gaya bank (sistem bank dalam pendidikan) (Zumrotul, 2018 : 67).

Menurut Siti (2006 : 73) Sistem pendidikan gaya bank bertolak dari pandangan bahwa terdapat dikotomi antara manusia dan dunia. Manusia dianggap semata-mata hanya ada dalam dunia dan bukan bersama-sama dunia. Manusia juga bukan makhluk berkesadaran (capo consciente) namun makhluk pemilik kesadaran. Artinya jiwa manusia bersifat pasif, terbuka menerima apa saja yang disodorkan realitas luarnya. Manusia bukanlah subjek, tetapi objek. 

Hal ini cenderung sama dengan realita yang kita lihat dalam pembelajaran jarak jauh. Siwa menjadi objek dalam kegiatan belajar. Mereka hanya mendapatkan materi belajar setiap harinya tanpa adanya pendalaman dan kegiatan yang meningkatkan kreativitas dan tingkat berpikir siswa.

Jadi sistem bank ini cenderung melakukan dikotomi atas segala sesuatu, dengan selalu mengendalikan dua tahap dalam tindakan sang pendidik. Tahap pertama, ketika ia mempersiapkan bahan mengajaranya diruang belajarnya, pendidik menyampaikan objek yang dapat dikenal. Memasuki tahap kedua, pendidik menyampaikan pokok-pokok materi pelajarannya kepada peserta didik. Peserta didik tidak harus mengetahui, namun mereka mesti menghafal isi pelajaran yang disampaikan gurunya. 

Pendidikan karenannya menjadi sebuah kegiatan menabung dimana para murid adalah celengan dan guru adalah penabungnya, yang terjadi bukanlah proses komunikasi, tetapi guru menyampaikan pertanyaan-pertanyaan "mengisi tabungan" yang diterima, dihafal dan diulangi dengan patuh oleh para murid. Inilah konsep pendidikan "Gaya Bank" dimana ruang gerak yang disediakan bagi kegiatan murid hanya terbatas pada menerima, mencatat dan menyimpan (Zumrotul, 2018 : 67).

Terlebih murid sebagai objek yang diharuskan untuk menghafal, juga membuat mereka tidak memiliki kreativitas, pemikiran yang kritis dan rasa keingintahuan yang besar terhadap materi pembelajaran yang diberi oleh guru. Konsep pendidikan itu disebut oleh Freire sebagai pendidikan "Gaya Bank" karena pada akhirnya, murid hanya beraktivitas seputar menerima pengetahuan, mencatat dan menghafal. Dalam pendidikan ini secara jelas kita bisa melihat bahwa pendidikan adalah alat kekuasaan guru yang domonatif dan angkuh. Tidak ada proses komunikasi timbal balik dan tidak ada ruang demokratis untuk saling mengkritisi, guru dan murid berada pada posisi yang tidak berimbang.

Peristiwa ini dapat dianalisis menggunakan Pedagogi Kritis yang dikemukakan oleh Henry Giroux. Ia pun banyak terpengaruh oleh pemikiran pedagogik Pauolo Freire yang mengenalkan sistem pendidikan gaya bank tersebut. Menurut (Rakhmat, 2011 : 183) pemikiran Giroux lahir sebagai kritik terhadap pendapat yang berpandangan bahwa sekolah tidak memiliki harapan dan hanya menjadi bagian dari fungsi ekonomi, sosial, dan politik. 

Pedagogi kritis bagi Giroux tidak hanya sebatas menghimbau agar siswa berpikir kritis dan berperan sebagai agen di dalam kelas, tetapi juga menyediakan pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan mereka untuk memperluas kapasitas mereka. Itu artinya pedagogik kritis tidak hanya melatih siswa berpikir kritis di dalam kelas. 

Tetapi sebuah visi membentuk sistem masyarakat yang lebih demokratis dan humanis dengan mempersiapkan individu yang memiliki kesadaran kritis, menyadari masalah, mengidentifikasi penyebab, melakukan tindakan sosial berdaya transformatif, dan menjunjung tinggi etika dan moral. (Robandi, et all, 2016).

pedagogi kritis hendak melakukan kritik terhadap segala bentuk penindasan yang terjadi di dalam masyarakat, baik dalam bentuk penindasan ekonomi, politik, pendidikan maupun budaya. Contoh nyata adalah soal kritik terhadap pendidikan. Seringkali, pendidikan dilihat sebagai tempat membentuk manusia sesuai dengan kebutuhan perusahaan. Oleh sebab itu, budaya yang dikembangkan adalah budaya kepatuhan dan ketakutan. 

Budaya kepatuhan ini salah satu contohnya seperti sistem pendidikan gaya bank yang tidak terasa sedang berlangsung selama pjj ini, yaitu The teacher teaches and the student are tought (Guru mengajar, peserta didik diajar). The teacher talks and the student listen (Guru bicara, peserta didik mendengarkan). 

The teacher disciplines and the students are disciplined (Guru menentukan peraturan, peserta didik diatur). The teacher chooses and enfores his choose, and the students comply (Guru memilih dan melaksanakan pilihannya, dan peserta didik menyetujui). Dalam ciri sistem pendidikan gaya bank menurut Freire ini sangat terlihat bahwa pembelajaran jarak jauh membuat komunikasi dalam kegiatan belajar hanya berjalan satu arah dan tidak memiliki timbal balik. 

Guru seakan menjadi centred learning, bukan lagi siswa. Terlebih guru yang menentukan bagaimana kontrak belajar dan metode pembelajaran, dan siswa hanya patuh terhadap aturan tersebut. ini dapat membunuh critical thinking yang dimiliki siswa nantinya. Bahkan terdapat juga guru yang merasa sudah memenuhi tanggung jawab mengajar hanya dengan mengirim bahan ajar dan tugas dalam platform, lalu selesai begitu saja, jarang adanya pembelajaran tatap muka secara online, serta komunikasi dua arah antara guru dan siswa.

menurut (Reza, 2018 : 188) tujuan tertinggi dari pedagogik kritis adalah membantu peserta didik untuk menjalani hidup yang bermakna. Di dalam hidup ini, mereka mampu mempertanyakan segala bentuk hubungan kekuasaan yang ada, dan membuatnya berfungsi untuk menciptakan kebaikan bersama (common good). 

Jadi meskipun pembelajaran jarak jauh dilaksanakan, pendidik tetap harus membantu siswa dalam pendidikannya agar tetap bermakna dan bermanfaat. Metode dan model pembelajaran sudah banyak jenisnya, tinggal bagaimana para pendidik menyesuaikan gaya mengajar dengan kurikulum saat ini. Agar tetap dapat memdidik siswa untuk berpikir kritis, memiliki kemampuan, pengetahuan serta keberanian untuk mempertanyakan segala hal dalam pembelajaran. Itu semua dilakukan untuk membentuk dunia yang lebih adil, bebas dan setara.

Sumber buku :

Hidayat, Rakhmat. 2011. Pengantar Sosiologi Kurikulum. Jakarta: Rajawali Pers

Murtiningsih, Siti. 2006. Pendidikan Alat Perlawanan. Yogyakarta: Resisy Book 

Suprijono, Agus. 2020. Kesiapan Dunia Pendidikan Menghadapi Era New Normal. Parepare : IAIN Parepare Nusantara Press

Sumber Jurnal :

Antonius, Reza Alexander W. 2018. "Pedagogi Kritis: Pemikiran Henry Giroux Tentang Pendidikan Dan Relevansinya Untuk Indonesia". Jurnal Filsafat Vol. 28 No.2 : 186

Hendriani, Ani, dkk. 2018. "Pedagogik Literasi Kritis; Sejarah, Filsafat Dan Perkembangannya Di Dunia Pendidikan". Jurnal PEDAGOGIA ilmu pendidikan Vol.16 No.1 : 47-48

Ulwiyah, Zumrotul. 2018. "Sistem Pendidikan Gaya Bank". Jurnal Tasyri' Vol.25 No.1 : 67

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun