Mohon tunggu...
Nadia Wahyu Lurinda
Nadia Wahyu Lurinda Mohon Tunggu... Lainnya - Pengajar lembaga pendidikan non formal

Penikmat karya sastra yang menyukai topik politik, leadership, romance dan pengembangan diri.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kecuali Cinta

25 Agustus 2024   22:36 Diperbarui: 25 Agustus 2024   22:48 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Tanpa disadari, ternyata Gesang sudah beberapa langkah berjalan sendirian. Sinar masih berdiri dibelakang, meneteskan air mata. Gesang yang terkejut langsung kembali menghampiri Sinar. Dia tak tau apa yang terjadi, dia hanya bisa bertanya.

Gesang akhirnya terpaku mendengar jawaban Sinar.

“Kamu boleh tanya apapun ke aku. Kamu boleh kasih kata apapun. Tapi jangan kata itu. Aku nggak tau apa itu. Aku nggak pernah kenal apa itu. Aku tak bisa mengerti. Aku..”, Sinar tak bisa berkata-kata lagi. Dia larut dalam tangisnya.

Sinar memang tak pernah memiliki cintanya. Setiap dia merasa suka pada seorang cowo, akhir kisahnya adalah air mata. Dia seringkali patah hati, dan sakit hati. Dia orang yang selalu tulus, namun belum pernah mendapatkan cintanya.

Gesang kini menyadari, misteri yang masih mengganjal hatinya. Selama ini Sinar telah bercerita banyak tentang kehidupannya. Tapi tak sedikitpun Sinar bercerita tentang kisah cintanya. Gesang akhirnya mengerti sudut yang hilang dari setiap pandangan Sinar. Yaitu cinta, kekasih hati. Gesang bisa merasakan dinginnya perasaan Sinar, dan itu membuat ia semakin ingin menghangatkan hatinya.

“Gesang, dari dulu aku suka nulis. Apapun. Aku bisa membuat cerita, tentang apapun. Tapi setiap aku mencoba memakai kata itu aku nggak bisa. Aku tidak punya hal untuk diceritakan. Semua hal aku bisa mengimajinasikannya, semuanya, kecuali cinta. Aku nggak tau rasanya dicintai”.

Dengan senyum yang tersimpul dieajahnya, Gesang menggenggam tangan Sinar erat, semakin erat.

“Aku, cinta sama kamu. Aku sayang sama kamu. Dari dulu. Sekarang aku ingin menemanimu memahami apa itu cinta. Kamu tak perlu menghindari kata itu lagi untuk tulisanmu”.

Sinar yang juga merasakan kenyamanan setiap bersama Gesang, mengahmburkan badannya ke pelukan cowo yang telah menemaninya selama satu tahun terakhir. Sinar bahagia karena kini cintanya terbalas, dengan indah. Gesang apalagi, sangat bahagia karena dia menjadi laki-laki pertama yang memberikan cinta pada gadis pujaannya. Dan berharap dia pun menjadi yang terakhir bagi Sinar.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun