Mohon tunggu...
Nadia Wahyu Lurinda
Nadia Wahyu Lurinda Mohon Tunggu... Lainnya - Pengajar lembaga pendidikan non formal

Penikmat karya sastra yang menyukai topik politik, leadership, romance dan pengembangan diri.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kecuali Cinta

25 Agustus 2024   22:36 Diperbarui: 25 Agustus 2024   22:48 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Suara keyboard yang diketuk oleh pemiliknya selalu menghiasi ruangan ini. Sesekali ada pembicaraan ringan mengisi sela-sela waktu untuk sejenak melepaskan jenuh oleh layar monitor. Siang itu, seperti biasa Sinar sedang berada di kantornya, Sinar adalah salah seorang penulis artikel di tabloid remaja. Dia biasa menulis artikel tentang tips-tips kocak, atau sering juga mengisi rubrik ringan yang membahas uniknya kehidupan remaja.

“Nar, deadline udah clear belum?”, tanya Gesang,  salah seorang rekan kerja Sinar.

“Udah dong, tinggal editing terus kasih lihat ke bu Reni deh. Punyamu?”.

“Aku sih udah selesai nulis hasil liputan sama artis yag baru naik kereta itu, eh maksutnya naik daun”.

Gesang mencoba menggoda Sinar dengan becandaan yang garing. Karena cara itu selalu berhasil membuat senyum manis terbentuk di wajah cantik Sinar, begitu pikir Gesang setiap berdua dengan Sinar. Gesang memang sudah lama mengagumi Sinar. Namun entah mengapa Gesang merasa minder untuk mengutarakan isi hatinya, diat takut jika Sinar menolaknya. Gesang juga berpikir, masih ada sisi lain dari Sinar yang masih misteriu, entah apa.

“Hey, kenapa ngliatinnya gitu? Terpesona ya dengan kecantikanku”, goda Sinar saat mendapati Gesanng sedang memperhatikan dirinya.

Sinar sendiri tidak tau perasaan seperti apa yang menghinggapi hatinya. Dia hanya merasa senang berada di dekat Gesang.

“Makan yuk, kamu tadi pagi belum sarapan kan? Makanya kamu bawa coklat buat ganjel perut. Tapi tetep aja rasa lapernya jebol karena perut kamu memberontak minta nasi. Dasar gendut”, sindir Gesang sambil melarikan diri ke arah parkiran.

Dengan wajah kesal berbalut senyum, Sinar meraih tas dan jaketnya kemudian menyusul Gesang.

Mereka berboncengan menaiki motor sport milik Gesang, menuju sebuah rumah makan langganan. Mereka langsung memesan makanan masing-masing. Sambil menunggu mereka pun berbincang dengan hangat.

“Sinar, kamu tau nggak kenapa aku sering ngajak kamu kesini”?, sinar hanya menggelengkan kepala dengan gaya khasnya yang membuat Gesang makin jatuh cinta.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun