[caption caption="Monumen Perjuangan Rakyat Sumatera Selatan; Palembang | Koleksi Pribadi"][/caption]PALEMBANG - Jangan bersedih hati bagi yang berdomisili di kota Palembang! yang bosan dirumah saat libur kuliah atau sekolah dan yang hendak atau bahkan sedang berlibur di kota Palembang, yang bingung mau ngapain? dan mau kemana? Monpera, jawabannya! iya, salah satu ikon dari kota Palembang ini menyuguhkan banyak cerita dibalik setiap tinggalan benda di dalamnya. Recommanded buat teman-teman sekalian, berlibur sambil belajar mengenal sejarah MONPERA di Palembang ditempat secara langsung? Jangan ragu.
"Tak kenal maka tak sayang".Benar. Maka dari itu sedikit ulasan mengenai MONPERA Palembang, dibawah ini..
Pasca proklamasi kemerdekaan RI, berbagai wilayah di nusantara masih mengalami pergolakan dalam serangan agresi militer Belanda II.Seperti yang terjadi di Palembang pada Desember 1946, Belanda yang melanggar garis demarkasi menyulut pertempuran.Karena terdesak perlawanan pejuang nasionalis, mereka meminta bantuan, yang pada akhirnya membuat para pejuang nasionalis tersudut.
Pada Januari 1947, Belanda makin gencar menghancurkan Kota Palembang dengan mengerahkan tank dan artileri.Penjajah Belanda juga menembaki pejuang nasionalis dari kapal perang dan boat, menjatuhkan bom serta granat. Pertempuran itu terjadi di hampir seluruh wilayah Kota Palembang selama 5 hari 5 malam dan menghancurkan sebagian kota ini.
Untuk memperingati peristiwa tersebut, para sesepuh pejuang kemerdekaan RI wilayah Sumatera Selatan yang tergabung dalam Legiun Veteran Sumatera Selatan berinisiatif untuk membangun sebuah monumen peringatan.Cita-cita tersebut baru terwujud pada 17 Agustus 1975 dengan dilakukannya upacara peletakan batu pertama pembangunan monumen. Pembangunan monumen selesai pada 1988, yang kemudian diresmikan oleh Alamsyah Ratu Prawiranegara (Menkokesra pada saat itu) dengan nama Monumen Perjuangan Rakyat (MONPERA).
Bentuk MONPERA menyerupai bunga melati bermahkota lima. Melati menyimbolkan kesucian hati para pejuang, sedangkan lima sisi manggambarkan lima wilayah keresidenan yang tergabung dalam Sub Komandemen Sumatera Selatan. Sedangkan jalur menuju ke bangunan utama Monpera berjumlah 9, yaitu 3 di sisi kiri, 3 di sisi kanan, dan 3 di sisi bagian belakang. Angka 9 tersebut mengandung makna kebersamaan masyarakat Palembang yang dikenal dengan istilah “Batang Hari Sembilan”.Sementara tinggi bangunan Monpera mencapai 17 meter, memiliki 8 lantai, dan 45 bidang/jalur.Angka-angka tersebut mewakili tanggal proklamasi kemerdekaan RI 17 Agustus 1945.
MONPERA juga dilengkapi dengan berbagai bangunan lain yang ada di sekitarnya, seperti pintu gerbang utama yang dibuat dengan 6 cagak beton. Angka tersebut melambangkan 6 daerah perjuangan rakyat Sumatera Selatan. Melewati gerbang utama, pengunjung akan menemukan gading gajah yang terbuat dari coran semen dan pasir. Gading tersebut melambangkan perjuangan rakyat Sumatera Selatan bak gajah mati meninggalkan gading. Pada gading gajah tertulis prasasti dan angka tahun diresmikannya Monpera.
Simetris dengan prasasti gading gajah, terdapat dada membusung garuda pancasila yang ada pada dinding bangunan utama Monpera. Sementara pada bagian yang lain terdapat dua relief, relief pertama menggambarkan kondisi masyarakat saat pra kemerdekaan, sedangkan relief yang lain menggambarkan peristiwa perang 5 hari 5 malam.
Masuk ke dalam bangunan utama MONPERA, pengunjung akan menemukan berbagai koleksi sejarah yang berkaitan dengan perjuangan masyarakat Sumatera Selatan dalam menghadapi agresi militer Belanda II. Koleksi tersebut antara lain berupa foto dokumentasi, pakaian yang pernah digunakan para pejuang, senjata, buku, hingga mata uang yang pernah berlaku di NKRI. ketika teman-teman sampai di lantai paling atas yaitu lantai 8 dan menginjakkan kaki ke roof top monumen, teman-teman akan melihat keindahan kota Palembang dengan view yang berbeda dari sebelumnya.
[caption caption="Simbol perjuangan"]
Bangunan MONPERA yang penuh akan simbol-simbol merupakan upaya mengingat kembali perjuangan para pahlawan yang telah gugur demi mempertahankan kemerdekaannya. Sehingga monumen tidak hanya menjadi sekadar bangunan sakral yang menggambarkan kejayaan masa lalu belaka, tetapi lebih dari itu, monumen bisa menjadi wadah untuk terus menjaga dan melestarikan nilai-nilai luhur perjuangan nasionalisme bangsa Indonesia.
Menarik bukan? Tentunya akan semakin menarik ketika teman-teman sekalian berada di atmosfir semangat perjuangan serta bercengkrama bersama “mereka” semua secara langsung.. untuk mendapatkan itu semua, teman-teman hanya perlu membayar kisaran 2000ribu s/d 5000ribu rupiah.
Selesai sampai disitu? Tidak!, “sekali merengkuh dayung, dua tiga pulai terlampaui” ungkapan yang tepat untuk mewakili keadaan yang ada, MONPERA yang letaknya strategis. Benar sekali, selain daripada MONPERA sendiri, pun terdapat pula keindahan ikon kota Palembang yang dapat teman-teman sekalian saksikan yang berada disekitar monumen tersebut. Melulu soal MONPERA, Jembatan Ampera beserta wisata air Sungai Musi-nya, BKB (Benteng Kuto Besak), kuliner khas kota Palembang yang tidak sulit dijumpai disekitar monumen, Museum Sultan Mahmud Badaruddin II pun memiliki cerita tersendiri yang tidak kalah menarik untuk di ulik.. Eitssss, salah satu ikon kota Palembang lainnya, yaitu, Masjid Agung Sultan Mahmud Badaruddin I atau biasa disebut Masjid Agung Palembang, pun berada disekitar monumen tadi.
Transportasi apa yang digunakan untuk menuju MONPERA? tenang, selain menggunakan kendaraan pribadi, teman-teman dapat menggunakan jasa angkutan umum yang hampir semuanya melewati monumen ini. Karena letaknya yang strategis, yaitu, berdekatan dengan pusat transit yang dilalui oleh angkutan umum, ojeg, TransMusi, dan kendaraan umum lainnya.
Jadi, tunggu apa lagi?! Segera masukkan MONPERA Palembang dalam list kunjungan wisata anda dan nikmati setiap keindahannya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H