"Ko karier saya begini-begini saja ya? Harusnya diusia segini ini saya sudah jadi CEO""Ko ngga ada laki-laki yang deketin saya, padahal usia saya sudah cukup matang untuk menikah, saya takut jadi perawan tua""Ko dia udah sukses tapi saya belum, padahal sama-sama berusaha"
"Mau jadi apa dan seperti apa saya nanti?"
"Ko tidak sesuai ekspektasi yah?"
"Ko begini? ko begitu?"
Itulah beberapa kalimat yang sering bercuit di dalam kepala saya dan mungkin juga teman-teman diluar sana.Â
Dulu, saat saya masih remaja, ko rasanya akan indah sekali masa depan. Membayangkan dan merancangnya saja sudah membuat saya bersemangat dan tersipu sendiri. Menikah muda dan karier yang cemerlang rasanya sudah yakin akan saya dapatkan dengan kerja keras dan belajar dengan sungguh-sungguh. Tapi ternyata.... ko realitanya seperti ini?Â
Ditengah-tengah proses menggapai masa depan, ko jadi banyak keraguan dan kebingungan. Semakin kesini ko rasanya semakin kesana, seperti kehilangan arah. Dulu yang menggebu-gebu, sekarang ko jadi ragu-ragu tak menentu, bagaimana masa depan saya nanti? Apakah saya akan gagal?
Ternyata hal yang saya alami diatas adalah gejala bahwa saya sedang mengalami Quarter Life Crisis atau fase krisis seperempat abad. Waduh ga bahaya tah? Fase ini adalah salah satu fase yang cukup sering dialami banyak orang direntang usia 20-30 tahunan. Meski dianggap cukup wajar, hal tersebut perlu diatasi dan tidak bisa selalu dinormalisasikan, karena apa? Bikin gaenak makan, gaenak tidur, bahkan bikin gaenak untuk berproses menggapai masa depan, serba jadi gaenak pokoknya.
Menurut Robbins dan Abby Wilner dalam buku mereka yang berjudul Quarter-life Crisis: The Unique Challenge of Life in Your Twenties (2001) mendefinisikan quarter-life crisis sebagai sebuah periode dimana seseorang mengalami kecemasan dan ketidakpastian tentang hidup yang umumnya terjadi pada transisi menuju masa dewasa. Hal ini sering dialami banyak kaula muda yang baru saja menjajaki fase baru dalam hidup mereka. Mereka mengalami transisi yang cukup drastis, yang awalnya menjalani hidup dengan nyaman dan tanpa beban, ternyata harus merasakan pahit-manisnya realita menjadi dewasa yang cukup mendebarkan.
Fase ini bisa disebabkan oleh beragam faktor, seperti kita yang awalnya selalu begantung tiba-tiba dituntut untuk serba bisa dan hidup dengan mandiri, realita yang tidak sesuai ekspektasi, masalah karir atau pekerjaan yang tiba2 menerjang tanpa haluan, masalah finansial, adanya tekanan dari lingkungan tentang apa yg harus kita capai dan harus menjadi seperti apa kita (ekspektasi tinggi dari lingkungan), terkadang gejolak tak nyaman saat melihat pencapaian teman juga bisa jadi pemicunya, takut akan tertinggal, takut tidak bisa seperti yang lain, takut apa yang sedang diperjuangkan menjadi hal yang sia-sia, bahkan kekhawatiran tentang kisah cinta bak dongeng cinderella yang gagal untuk diwujudkan.Â
Gimana? gimana? teman-teman mengalami juga kah?
Fase ini memang cukup berat yah, tapi ingat... kita masih punya masa depan yang harus diperjuangkan. Jangan sampai kita berlarut-larut dalam fase ini dan berhenti bergerak karenanya. Sebaliknya, Â lalui dan lawan fase Quarter Life Crisis ini dengan tenang dan bijak serta jadikan fase ini sebagai ajang pendewasaan. Jadi, bagaimana? Mau berlarut-larut? Atau berdamai? Jika ingin berdamai gimana caranya? Sini, aku kasih tahu yaa...
Yang pertama, Self love. Mencintai diri sendiri merupakan salah satu faktor penting untuk menjaga kewarasan digempuran quarter life crisis ini. Mulailah hargai dan apresiasi setiap pencapaian dan usaha yang telah kamu lakukan.
Yang kedua, coba kenali diri sendiri. Dimasa quarter life crisis ini sangat normal jika tiba-tiba kita merasa seperti amnesia tentang diri sendiri, aku siapa? aku dimana? gatau aku ini apa? mau apa? harus gimana? Maka dari itu, yuk coba kenali dirimu lagi. Coba kamu tanyakan dan ingat-ingat, kira-kira apasih hal-hal yang kamu suka? Apasih kelebihan dan kekuranganmu? Apasih sebenarnya yang ingin kamu capai? Kemudian, berangkat dari pertanyaan-pertanyaan tersebut, mungkin kamu akan menemukan jawaban tentang hidup seperti apa yang sebenarnya ingin kamu jalani kedepannya. Â Jadi gabingung lagi kan?
Ketiga, jangan pernah membandingkan diri sendiri dengan orang lain. Setiap orang berproses dengan cara yang berbeda, setiap orang juga punya masa yang berbeda. Jadi, mari berhenti melakukan hal yang tidak ada gunanya ini. Alih-alih demikian, mulailah untuk fokus pada tujuanmu dan harus yakin jika suatu saat masamu juga akan datang.
Keempat, nikmati proses yang terjadi. Kita harus bisa memahami bahwa fase ini adalah fase yang normal. Banyak loh orang yang mengalami fase ini, kamu ga sendirian ko. Jadi, daripada berlarut-larut, lebih baik nikmati prosesnya, belajar, mulai upgrade diri dan persiapkan diri untuk naik level ya.
Yang terakhir, carilah lingkungan yang bisa mendukung tujuanmu. Ternyata hal ini juga penting loh, mulailah mencari teman ataupun komunitas yang bisa mendukung tujuanmu, yang memberi dampak positif dan bisa menginspirasi, serta memiliki minat dan arah yang sejalan. Dengan begitu, kita bisa berjalan beriringan dan mendukung satu sama lain.
Jadi, buat teman-teman yang sedang berada pada fase ini, jangan khawatir ya... tak apa untuk berjalan lambat, asal jangan pernah berhenti bergerak. Ingat... setiap orang punya masanya masing-masing, yang terpenting jangan menyerah dan harus tetap yakin kalo masamu juga akan segera datang. Jangan pernah ngerasa sendiri yah, yuk kita bergandengan, sama-sama kita terjang hiruk pikuk awal pendewasaan.Â
SEMANGAT!!!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H