Di samping kondisi penghargaan bersyarat, bukan berarti tidak mungkin bagi individu untuk memberi dan menerima penghargaan positif tak bersyarat. Individu masih memiliki kemungkinan untuk bisa memberi dan menerima penghargaan positif tak bersyarat dalam proses pengembangan dirinya. Kondisi ini memiliki arti bahwa individu dapat diterima, dihargai, dan dicintai apa adanya tanpa ada syarat, alasan, catatan, atau pengecualian apa pun. Dalam hal ini, Rogers menekankan pentingnya penghargaan positif tak bersyarat sebagai pendekatan ideal dalam mengasuh anak. Pendekatan ini diharapkan dapat menciptakan atmosfer di mana anak merasa dihargai dan dicintai semata-mata karena ia adalah manusia yang berharga. Jika seorang anak menerima cinta tanpa syarat, ia akan mengembangkan penghargaan positif bagi dirinya dan dapat mengembangkan potensinya untuk dapat menjadi manusia yang berfungsi sepenuhnya.
2. Self-consistency dan self-congruence
Dengan adanya penghargaan positif tanpa syarat (unconditional positive regards), konsep ‘diri’ tidak memiliki syarat nilai, adanya kesesuaian (congruence) antara ‘diri’ yang sebenarnya dan pengalaman, serta individu tersebut sehat secara psikologis. Menurut Rogers, semakin dekat citra ‘diri’ dan ideal ‘diri’ seseorang, semakin kongruen atau konsisten dan semakin tinggi rasa harga dirinya. Diagram di bawah ini menyoroti hubungan antara aktualisasi diri, pengaruh masyarakat, dan perkembangan diri seseorang. Kolom kiri menunjukkan adanya keseimbangan positif. Yakni sebuah keadaan ketika individu mengikuti proses internal (aktualisasi, penghargaan positif, dan pengembangan diri), mereka cenderung akan mencapai keselarasan dengan “diri nyata”. Sedangkan kolom kanan menunjukkan adanya pengaruh negatif, sebuah keadaan ketika masyarakat menetapkan nilai dari sebuah lingkungan dan individu terlalu bergantung pada penghargaan bersyarat, individu akan menciptakan “diri ideal” yang berbeda dengan “diri nyata”. Artinya, individu tidak bisa menunjukkan diri mereka yang sebenarnya karena adanya tuntutan dari orang-orang di sekitarnya. Ketidaksesuaian antara “diri nyata” dan “diri ideal” akan menghasilkan ketegangan psikologis, yang dapat berkembang menjadi neurosis.
3. Self-actualization
Aktualisasi diri merupakan sebuah proses dalam menjadi diri sendiri dan mengembangkan sifat-sifat atau pun potensi-potensi psikologis yang unik. Proses aktualisasi diri ini akan dibantu atau dihalangi oleh pengalaman dan pembelajaran yang dialami selama masa kanak-kanak. Aktualisasi diri akan berubah seiring dengan perkembangan hidup individu. Menurut Rogers, motivasi orang yang sehat adalah aktualisasi diri. Rogers melihat bahwa masa lalu memang akan mempengaruhi bagaimana seseorang memandang masa sekarang yang akan mempengaruhi kepribadiannya juga. Namun ia tetap berfokus pada apa yang terjadi sekarang dan bukan apa yang terjadi pada waktu itu.
Menurut Rogers, perkembangan yang optimal merupakan sebuah proses dan bukanlah sebuah keadaan yang statis. Menurutnya, kehidupan yang baik adalah saat seseorang memiliki tujuan untuk memenuhi semua potensi yang ia miliki sepenuhnya secara terus-menerus. Beberapa karakteristik dari orang yang berfungsi sepenuhnya (fully functioning person) adalah meningkatnya keterbukaan terhadap pengalaman, kecenderungan terhadap hidup yang eksistensial, meningkatnya kepercayaan pada individu lain, kebebasan memilih, kreativitas, konstruktif dan terpercaya, serta kehidupan yang kaya warna. Oleh karena itu dalam pengembangan diri individu, orang-orang di sekitar individu tersebut memiliki peran yang sangat penting karena bagaimana individu di masa depan adalah bentuk dari apa yang ia dapatkan di masa lalu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H