Satu lagi yang nggak kalah penting, melalui film ini kita diajak untuk lebih mencintai kuliner nusantara yang sudah pasti unik dan original. Saya yakin setelah film ini jadi banyak orang berburu pengkang yang kata Bono masih saudara jauhnya lemper. Jadi banyak orang yang ingin tahu apa itu Lorjuk dan kenapa makanan itu enak padahal kalau dilihat dari penampilannya, Lorjuk itu nggak banget. Indonesia ini kaya akan makanan daerah dan mencoba kuliner lokal suatu daerah adalah tantangan tersendiri.Â
Last but not least, film ini jadi menarik dan sangat layak tonton adalah karena kualitas akting para pemeran yang paripurna. Dian Sastrowardoyo sukses menjadi Aruna yang pendiam tapi bisa punya pemikiran yang kompleks dan kritis akan suatu hal.Â
Nicholas Saputra, as always, berhasil memerankan seorang chef yang penuh dengan curiosity tentang menu-menu, tapi juga bisa jadi teman yang loyal, menyenangkan dan menenangkan semua orang. Sementara itu Nadeshda yang open minded dan mencintai hidup dan petualangan sukses diperankan oleh Hannah Al Rasyid tanpa perlu terkesan berlebihan. Sementara Oka Antara, berhasil banget jadi Farish yang membosankan tapi bikin gregetan, tipe cowok yang, herannya, disukai banyak cewek.
Kesan saya setelah nonton film ini adalah saya jadi lebih menghargai makanan yang saya punya hari ini dan sepertinya cara pandang saya tentang makanan akan berbeda. Bukan lagi hanya sebagai kebutuhan pokok tapi media untuk menyalurkan gairah, emosi, dan juga cinta.
Salam kenyang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H