Nah, di film ini kebalikan dari persepsi masyarakat bahwa ada kok supir truk yang ngga kayak gitu loh bahkan dia sangat terbalik dengan persepsi masyarakat pada umumnya" ungkap kang laudza selaku sutradara.Â
Film ini juga mengangkat kisah pak awan yang menjadi supir truk selama 6 tahun mengantar barang mulai dari malang, majalengka bahkan sampai ke denpasar pekerjaan yang gajinya tidak banyak namun selalu terasa cukup oleh ia dan istrinya, dibalik teguh dan lembutnya pak awan ternyata ia memiliki kisah silam yang cukup menguras air mata.Â
Penulis sendiri nangis loh, waktu scene yang pak awan katakan "melihat sudut rumah, bakso, bahkan musik sekalipun akan tetap membuat saya rindu akan anak saya". Benar sekali bahwa seorang ayah sangat identik dengan rasa sayang kepada putrinya dan itu tersalurkan oleh pak awan yang kehilangan putri kecilnya yang meninggal di usia muda disebabkan terlalu banyak makan-makanan yang kurang sehat. Namun, pak awan berusaha selalu tegar dan menerima bagaimana pun ketetapan sang pemilik nyawa kepada ia dan istrinya.Â
Terimakasih kepada universitas pendidikan indonesia (UPI) yang sudah menyediakan kami akses sharing ilmu dan mewadahi kami dengan hal-hal yang kurang dari kami. Pengalaman ini akan penulis ceritakan ketika nanti pulang ke kampung halaman bahwa bandung berhasil membuat penulis jatuh cinta dan terpesona dengan ilmu serta budayanya.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H