Mohon tunggu...
Nadia Sigi
Nadia Sigi Mohon Tunggu... -

woles :p

Selanjutnya

Tutup

Foodie

Mie Anti Hiperealitas

20 Juni 2013   15:14 Diperbarui: 24 Juni 2015   11:41 315
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berawal dari sindiran dosen yang ngejudge kalo mahasiswa jurusan Desain Komunikasi Visual (DKV) itu tukang tipu. Yeah..langsung terbelalak tanya kenapa? Simpel banget jawabannya, katanya kalo bikin desain kemasan sebuah produk fotonya nggak sama kaya produk di dalemnya. Beliau mencontohkan kemasan mie instant yang beredar di pasaran. Foto di kemasannya pake telor, udang, sayuran, ayam, dll, tapi kok setelah kemasannya dibuka cuma ada mie instant sama bumbunya doang? Jawab sana, jawab sini.. ngeles kalo itu karena estetika, bilang kalo itu permintaan client, ngomong kalo nggak semua kemasan seperti itu pak!, emm itu untuk menarik perhatian konsumen... eaaa jawaban lama-lama semakin ngawur mode on, pantes kalo nggak satupun dari semua jawaban-jawabanku dan teman-teman sesuai sama yang diharapkan pak dosen (maklum dosennya bukan dari DKV :D). Fortunately, suatu hari aku nemu buku di perpus berjudul Hipersemiotika karangan Yasraf Amir Piliang. Di buku itu diuraikan panjang lebar tentang apa itu Hiperealitas. Konsep Hiperealitas yang dilukiskan Baudriliard tidak bisa dipisahkan dari konsep simulasi. “…penciptaan model-model kenyataan yang tanpa asal usul atau referensi realitas-hiperealitas. Sebuah tanda dapat dikatakan melampaui dan menjadi hyper-signs-ketika ia telah kehilangan kontak dengan realitas yang direpresentasikannya. Seperti halnya dengan kemasan mie instant yang terdapat foto mie ketika sudah dimasak dan dilengkapi dengan ayam, telor, sayuran bahkan sate! Foto-foto tersebut merupakan wujud hyper-signs seperti yang diungkapkan Baudriliard. Tanda-tanda di dalam wujud hyper-signs-yang dikonstruksi sebagai komoditi di dalam wacana kapitalisme-menuntut adanya pengemasan, pesona (fetishism), kejutan, dan daya tarik (eye catching), sebagailogika itu sendiri. Salah satu di antara tipologi tanda yang tergolong hyper-signs adalah tanda artificial (artificial signs). Foto mie instant yang terdapat pada kemasan merupakan tanda yang direkayasa lewat teknologi citraan muthakir (teknologi digital, computer graphic, simulasi), yang tidak mempunyai referensinya pada realitas. Sumber gambar: http://caraedan.blogspot.com/2012/09/sejarah-panjang-mie-instan-indomie.html Then, gimana dengan status tukang tipu? Ya enggak lah…. #enakaja Walaupun Umberto Eco mengatakan bahwa semiotika (ilmu tentang tanda) “…pada prinsipnya adalah sebuah disiplin yang mempelajari segala sesuatu yang dapat digunakan untuk berdusta (lie)”, namun definisi tersebut mengandung makna implisit sebagaimana dilemukakan Eco:

“Bila sesuatu tidak dapat digunakan untuk mengungkapkan dusta, maka sebaliknya ia tidak dapat pula digunakan untuk mengungkapkan kebenaran (truth)”.Bila semiotika adalah teori kedustaan, maka ia sekaligus adalah teori kebenaran.

Hadiah buat yang udah ngebaca tulisan aku… :) Just info buat pecinta kuliner, di Jogja ada loh warung yang menjual mie instant dan menyajikannya persis dengan bungkusnya. Ini nih baru yang namanya Mie Anti Hiperealitas… hihihi :p Untuk info lebih lengkap bisa kunjungi link blog ini http://cupcakerinamutz.blogspot.com/2012/08/kuliner-jogja-mie-persis-telap-12.html ini bocoran fotonya guys..

Selamat mencoba :)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun