Mohon tunggu...
Nadia Sholeha
Nadia Sholeha Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa S1 Bahasa dan Sastra Arab Universitas Ahmad Dahlan

Mahasiswa S1 Bahasa dan Sastra Arab Fakultas Agama Islam Universitas Ahmad Dahlan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Sejarah Kehancuran Ilmu Pengatahuan di Baghdad

11 Januari 2025   21:32 Diperbarui: 11 Januari 2025   21:34 10
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Petaka jatuhnya Bagdad ke tangan pasukan Mongol pada tahun 656 H yang dikenal sebagai Sejarah kehancuran ilmu pengetahuan islam ini merupakan salah satu petaka besar dan paling keras yang pernah terjadi pada umat Islam. Musibah ini telah menghancurkan segala hal yang ada, mulai dari pembantain kaum muslimin, terutama para khalifah Abbasiyah beserta keturunannya dan para ulama islam saat itu. Korban jiwa yang meningggal mencapai lebih dari satu juta jiwa, perampasan harta yang begitu banyak, hingga perusakan terhadap warisan ilmu pengetahuan dan karya-karya umat islam yang dibakar dan Sebagian dihanyutkan di sunagi Dajlah dan Eufrat, agar mereka bisa melintasi kedua Sungai tersebut di atasnya.[1] Dalam esai ini, kita akan mengulas bagaimana kehancuran Baghdad pada abad ke-13 telah menandai kemunduran besar dalam sejarah ilmu pengetahuan Islam di dunia.

 

Kota Baghdad yang sekarang menjadi ibu kota Negara Irak awalnya didirikan oleh Khalifah al-Manshur yaitu khalifah Abbasiyah kedua (754-775 M) pada tahun 762 M. Kota ini terletak di pinggir Sungai Trigis dipilih oleh Al-Manshur sebagai ibukotanya pada saat itu. Kota ini kemudian dibangun oleh sekitar 100.000 orang ahli bangunan arsitektur, tukang kayu, ahli Lukis, ahli pahat dan masih banyak lagi yang berasal dari Syiria, Mosul, Basrah dan Kufah, Kota ini kemudian dibangun berbentuk bundar yang dikelilingi oleh dinding tembok yang besar dan tinggi. Dibagian luar dinding tembok, digali parit besar yang berfungsi sebagai saluran air sekaligus sebagai benteng. Untuk memasuki kota terdapat empat pintu gerbang diseputar kota, yaitu bab al-kufah dibagian baratdaya, bab al-Syam di baratlaut, bab al-Bashrah di Tenggara, dan bab al-Khurasan di timurlaut.[2]

 

Sejak awal berdirinya, kota ini menjadi pusat peradaban dan kebangkitan ilmu pengetahuan dalam islam. Kota Baghdad ini bahkan disebut sebagai kota intelektual dan kota professor masyarakat islam oleh Philip K. Hitti. Setelah masa Al-manshur, kota bagdad menjadi lebih mashur lagi karena perannya sebagai pusat perkembangan peradaban dan kebudayaan islam. Banyak para ilmuan dari berbagai daerah datang ke kota ini untuk mendalami ilmu pengetahuan. Masa keemasa kota Baghdad terjadi pada masa pemerintahan khalifah Harun al-Rasyid (786-808 M) dan anaknya al-Makmun (813-833 M). Baghdad Ketika itu menjadi pusat peradaban dan kebudayaan yang tertinggi di dunia. Ilmu pengetahuan dan sastra berkembang pesat. Banyak buku filsafat dan buku pengetahuan lainnya yang diterjemahkan ke dalam Bahasa Arab. Pada masa ini juga berdirinya perpustakaan islam pertama di bagdad yang Bernama Baitul Hikmah. Baitul hikmah dirintis oleh Harun ar-Rasyid yang pada saat itu Bernama Khizanah al-Hikmah (Khazanah Kebijaksanaan) yang berfungsi sebagai perpustakaan dan pusat penelitian. Di Lembaga ini para ahli baik muslim maupun nonmuslim bekerja menerjemahkan naskah kuno dan Menyusun penjelasannya.[3]

 

Kemudian pada tahun 815 M yaitu pada masa ke khalifahan al-Makmun Khizanah al-Hikmah dikembangkan dan diubah nama menjadi Baitul Hikmah. Pada masa al-Makmun inilah kemudian ilmu pengetahuan dan intelektual mencapai puncaknya. Pada masa ini Baitul Hikmah digunakan secara lebih maju yaitu sebagai tempat penyimpanan buku-buku kuno yang didapat dari Persia, Bizantium, bahkan Etiopia dan India. Di bawah kekuasaan al-Makmun, Baitul Hikmah tidak hanya berfungsi sebagai perpustakaan tetapi juga 103 sebagai pusat kegiatan studi dan riset astronomi dan matematika. Pada 832 M, al-Makmun menjadikan Baitul Hikmah di baghdad sebagai akademi pertama, lengkap dengan teropong bintang, perpustakan, dan lembaga penerjemahan. [4]

 

Dan seperti kerajaan atau kekhalifahan lainnya, peradaban kota baghdad kemudian juga mengalami fase kehancuran. Fase ini berakhir pada masa khalifah al-Mu’tashim pada tahun 1258 M yang dilatarbelakangi oleh invasi bangsa mongolia yang datang ke kota Baghdad. Bangsa Mongolia adalah kelompok etnis yang tinggal di wilayah pegunungan antara gurun Gobi dan Danau Baikal. Nama "Mongolia" berasal dari kawasan tempat mereka bermukim. Mereka hidup secara nomaden, berpindah-pindah dan tinggal di tenda-tenda sementara. Bangsa ini dikenal karena keberanian dan sifat liar mereka, yang dipengaruhi oleh kehidupan sehari-hari yang penuh tantangan di pegunungan, dengan kegiatan berburu dan mengembala sebagai bagian dari rutinitas mereka. Kehadiran mereka dalam sejarah dunia mulai dikenal luas ketika dipimpin oleh Jengis Khan dan diteruskan oleh putranya, Hulagu Khan.[5]

 

Beberapa faktor penyebab runtuhnya kekhalifahan Abbasiyah yaitu munculnya beberapa negara baru yang merupakan pecahan dari daulah Abbasiyah dan pengepungan langsung terhadap kota Bagdad. Terdapat beberapa faktor lainnya yang menjadi penyebab runtuhnya dinastinya ini yaitu:

Faktor internal, Musibah yang dihadapi oleh para Khalifah di bagdad, seperti perang mazhab yang terjadi di kalangan kaum muslimin sendiri yang pada saat itu yang paling banyak secara umum yaitu perang antar mazhab Sunni dan Syiah. Carut-marutnya manajemen pemerintahan akibat dari perpecahan yang muncul dikalangan pejabat dan pemimpin negara.

Faktor Eksteral, yaitu serangan militer ysng dilakukan oleh pasukan mongol. Dimana mereka memiliki serangan yang sangat kuat, tertata dan akurat sehinnga serangan militer mereka menuai hasil yang gemilang. Salah satu ciri khas serangan militer pasukan mongol dan tidak dimiliki oleh pasukan Abbasiyah yaitu adanya pasukan spionase canggih. Pasukan mongol memiliki trik yaitu pasukan mereka menyamar menjadi pedagang yang berpenampilan seperti para pedagang kaum muslimin sehingga tidak dapat diketahui dan dibedakan dengan yang lainya. Pasukan inilah yang memberikan pengaruh besar dalam kemenangan pasukan mongol dalam menaklukkan bagdad pada waktu yang sangat cepat.[6]

 

Setelah kota Baghdad jatuh ke tangan bangsa mongol pada tahun 1258 M, Daulah Abbasiyah pun juga berakhir. Kehancuran ini tidak hanya menandai berakhirnya pemerintahan pada masa itu, tetapi juga menjadi awal dari kemunduran besar peradaban Islam. Seluruh kemegahan peradaban di Baghdad, yang dikenal sebagai pusat literatur Islam dan kekayaan ilmu pengetahuan, turut musnah oleh serangan pasukan Mongol yang dipimpin oleh Hulagu Khan. Banyak intelektual, sejarawan, dan ribuan orang tewas dengan cara dipenggal lehernya, untuk memastikan tidak ada yang berpura-pura mati. Berbagai institusi seperti perpustakaan, sekolah, rumah sakit, masjid, serta bangunan-bangunan megah lainnya dihancurkan hingga rata dengan tanah. Khalifah Bani Abbasiyah, khalifah al-Mu’tashim dan keluarganya dibunuh, seluruh buku-buku yang terdapat di Baitul Hikmah di lenyapkan dengan cara dibakar dan dibuang ke sungai Tigris, hingga pada saat itu air sungai menjadi hitam akibat lunturan tinta yang ada pada buku-buku tersebut. Dengan demikian, hancurlah pusat peradaban dan literatur islam di kota Baghdad seiring lenyapnya masa pemerintahan Dinasti Abbasiyah yang telah memainkan peran penting dalam melahirkan peradaban Islam di mata dunia..[7]

 


DAFTAR PUSTAKA

Ibrahim, Arfah. “Invasi Bangsa Mongolia Di Baghdad Sebagai Awal Kehancuran Literatur Islam.” Jurnal Adabiya 25, no. 1 (2023): 86–100.

Nunzairina, Nunzairina. “Dinasti Abbasiyah: Kemajuan Peradaban Islam, Pendidikan, Dan Kebangkitan Kaum Intelektual.” JUSPI (Jurnal Sejarah Peradaban Islam) 3, no. 2 (2020): 93–103.

Riyadi, Fuad. “Perpustakaan Bayt Al Hikmah,” The Golden Age Of Islam”.” Libraria: Jurnal Perpustakaan 2, no. 1 (2016).

Zaghrut, Fathi. Bencana-Bencana Besar Dalam Sejarah Islam. Pustaka Al-Kautsar, 2014.

 


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun