Kudus (3/8/2024) -- Sampah telah menjadi masalah global yang memberikan dampak jangka panjang bagi lingkungan. Salah satunya yaitu sampah organik dapur yang merupakan hasil dari aktivitas sehari-hari rumah tangga. Indonesia menduduki peringkat kedua Negara penyumbang sampah makanan terbesar di Dunia setelah Arab Saudi dengan jumlah sebesar 300 kg limbah per orang per tahun.
Sampah organik dapur menimbulkan efek bagi lingkungan karena menghasilkan gas-gas rumah kaca seperti CH4 (Metana), CO2 (Karbon dioksida) dan NO2 (Nitrogen dioksida) yang dapat menyebabkan pemanasan global. Sampah organik dapur dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu sampah organik basah dan kering. Sampah organik basah meliputi sampah kulit buah, sayur mayur, nasi sisa, dan lainnya, sedangkan sampah organik kering meliputi cangkang telur, kulit bawang, dedaunan kering, sampai ranting pohon.
Oleh karena itu, Mahasiswa KKN UNNES di Desa Samirejo memberikan edukasi kepada masyarakat untuk mengolah kembali sampah organik dapur yang sebelumnya tidak terpakai menjadi produk yang lebih bermanfaat dan ramah lingkungan yaitu ekoenzim.
Ekoenzim merupakan cairan hasil fermentasi sampah organik dapur seperti kulit buah dan sayur dengan substrat karbohidrat (gula merah atau molase). Proses fermentasi ekoenzim dilakukan selama 3 bulan sehingga menghasilkan ekoenzim matang yang berwarna coklat dan memiliki aroma asam khas fermentasi.
Ekoenzim menjadi cairan multifungsi yang mempunyai banyak manfaat diantaranya sebagai cairan pembersih lantai, pembersih jendela, pembersih toilet, kerak kompor, antibakteri (hand sanitizer), disinfektan, pestisida alami/insektisida, pupuk organik, pencuci buah dan sayur, cairan pembersih udara (air purifier), hingga cairan penjernih sungai.
Edukasi pengolahan sampah organik dapur kepada masyarakat dilakukan dengan mengadakan pelatihan pembuatan ekoenzim yang berkolaborasi dengan Pokja 3 PKK Desa Samirejo. Pelatihan ini dilaksanakan pada hari Sabtu (3/8/2024) pukul 10.00 WIB diselenggarakan di Balai Desa Samirejo, Kecamatan Dawe, Kabupaten Kudus.
Pelatihan dilakukan dengan praktik pembuatan ekoenzim yang melibatkan ibu-ibu PKK secara langsung serta membagikan media leaflet ekoenzim. Takaran perbandingan dalam pembuatan ekoenzim yaitu 10:3:1 untuk perbandingan air : sampah organik : gula merah.
Ibu-ibu PKK sangat antusias selama pelatihan berlangsung dengan semangat mempelajari pembuatan ekoenzim dan aktif bertanya. Produk ekoenzim yang dihasilkan selama pelatihan kemudian diberikan kepada ibu-ibu PKK sebagai oleh-oleh yang nantinya dilanjutkan proses fermentasi dan mempu mengaplikasikan secara mandiri di rumah. Dengan adanya pelatihan ini, diharapkan masyarakat di Desa Samirejo menjadi teredukasi dan lebih bijak dalam pengelolaan sampah organik dapur serta turut serta dalam menjaga kebersihan lingkungan.
Penulis : Rafida Laili Suroyya dan Nadia Salsabila
Lokasi KKN : Desa Samirejo, Kecamatan Dawe, Kabupaten Kudus
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H