Mohon tunggu...
Nadia Putri Sarah Pardede
Nadia Putri Sarah Pardede Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Pendidikan Bahasa Inggris

Sedang dalam proses menjadikan nulis sebagai kewajiban.

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Berpikir Rasional demi Menjaga Makroprudensial

29 Juni 2020   23:42 Diperbarui: 29 Juni 2020   23:40 261
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Fenomena munculnya Covid-19 menimbulkan berbagai polemik dan kontra. Pandemi yang satu ini memang berhasil memunculkan banyak masalah dan merugikan banyak orang. Pemerintah pun sudah mengeluarkan segala usahanya dalam menanggulangi Covid-19 di Indonesia. Seiiring dengan perkembangan Covid-19, pemerintah akhirnya memutuskan untuk memberlakukan sistem new normal di Indonesia yang sudah lebih dahulu dilakukan oleh beberapa negara lain.

Apa itu new normal? Dikutip dari berita Kompas.com per tanggal 20 Mei 2020, Wiku Adisasmita selaku ketua tim Pakar Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 mengungkapkan bahwa new normal adalah perubahan perilaku untuk tetap menjalankan aktivitas normal (Tamtomo, 2020).

Perubahan perilaku ini diikuti oleh protokol kesehatan sesuai anjuran pemerintah. Artinya, kita tetap bisa melakukan rutinitas sehari-hari seperti pergi ke tempat kerja, berdagang, belajar di sekolah dan lain sebagainya dengan syarat tetap menggunakan alat-alat perlindungan diri seperti masker, hand sanitizer dan melakukan anjuran social distancing dengan orang lain.

Tindakan pemerintah untuk akhirnya memberlakukan new normal tidak serta merta menyelesaikan masalah. Berbagai aspek kehidupan mulai tidak stabil sejak munculnya pandemi ini. Yang paling mencolok adalah aspek perekonomian. Benar saja, aspek inilah yang berdampak paling signifikan dibandingkan dengan aspek lainnya.

Diam berarti tidak ada pergerakan, tidak ada pergerakan berarti tidak ada hasil, ketiadaan hasil membuat segalanya sulit. Tidak heran banyak orang yang memutuskan untuk tetap mengais rezeki di tengah pandemi ini dan mengabaikan protokol kesehatan, entah tidak punya atau tidak teredukasi.

Singkatnya, lebih banyak orang yang takut mati karena kelaparan dibandingkan mati karena Covid-19. New normal sendiri ditujukan agar setiap orang tetap bisa beraktivitas dan berpenghasilan seperti biasanya dengan tetap memperhatikan aturan-aturan yang diadaptasi seiiring dengan perkembangan Covid-19. Berikut beberapa hal yang perlu diperhatikan agar siap menghadapi new normal dengan cara yang bijak dan cerdas tanpa merugikan orang lain:

Jangan Lakukan Hal Ini di Tengah Pandemi Covid-19

Tak dapat dihindari, wabah ini membuat orang-orang merasakan kepanikan sehingga ramai melakukan rush money atau penarikan simpanan di Bank secara besar-besaran yang mengganggu lalu lintas perbankan di Indonesia.

Di dunia perbankan, rush money disebut juga sebagai bank run atau bank panic (Azanella, 2020). Fenomena ini terjadi karena timbulnya kecemasan atau rasa takut pada nasabah akan segala kemungkinan terburuk yang terjadi pada Bank. Padahal sudah ada Bank Indonesia yang menjamin keamanan simpanan seluruh nasabah.

Bank Indonesia sebagai bank sentral memiliki 3 tugas pokok yaitu: menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter, mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran serta menjaga stabilitas sistem keuangan (Wikipedia, 2020). Ketiga tugas pokok BI ini dijalankan secara sistematis agar tujuan untuk memelihara kestabilan nilai rupiah dapat tercapai dengan baik.

Spesialisasi yang dimiliki Bank Indonesia dalam menjaga stabilitas sistem keuangan menciptakan kebijakan yang dibuat oleh Bank Indonesia sendiri. Dikenal sebagai kebijakan makroprudensial. Menurut International Monetary Fund (IMF, 2011) dalam (Adhitya Wardhono, 2019) kebijakan makroprudensial adalah kebijakan yang memiliki tujuan utama untuk memelihara stabilitas sistem keuangan secara keseluruhan melalui pembatasan peningkatan risiko sistemik.

Nah, jika nasabah melakukan rush money secara bersamaan otomatis pertumbuhan kredit pun melambat. Untuk itu, ditekankan kepada nasabah untuk memberikan kepercayaan penuh kepada pihak bank dalam menjaga simpanannya. Bank Indonesia juga berwenang untuk mengawasi seluruh aktivitas perbankan yang dilakukan oleh nasabah.

Selain Bank Indonesia, Pemerintah juga telah menyediakan otoritas yang berwenang dalam menjaga stabilitas sistem keuangan di Indonesia. Salah satunya adalah OJK (Otoritas Jasa Keuangan). Lembaga yang satu ini bertugas untuk mengatur dan mengawasi setiap kegiatan jasa keuangan di sektor Perbankan dan jasa keuangan lainnya. 

OJK juga berwenang untuk memberikan sanksi administratif pada pihak yang melakukan pelanggaran terhadap peraturan perundang-undangan di sektor jasa keuangan, contoh pelanggarannya adalah melakukan rush money. Seluruh Bank di Indonesia juga sudah terdaftar dan diawasi oleh OJK. Jadi, memberikan kepercayaan penuh kepada pihak Bank atas simpanan anda adalah keputusan yang bijak.

Selain itu, ada juga LPS (Lembaga Penjamin Simpanan). LPS sendiri berfungsi untuk menjamin simpanan nasabah penyimpan dan turut aktif dalam memelihara stabilitas sistem perbankan. Tetapi, LPS juga punya wewenang jika masih ada nasabah 'nakal' yang masih tetap melakukan penarikan simpanan secara besar-besaran berupa pemberian sanksi.

Nasabah harusnya tidak usah khawatir berlebihan atas simpanan yang dia punya jika sudah mengetahui bahwa sudah ada lembaga yang bertanggung jawab akan hal itu. Simpanan tetap aman terjaga dalam kendali Bank Indonesia dibantu oleh Otoritas yang berwenang. Ketika sudah tercipta  kesinambungan antara Bank dan Nasabah, tentu tidak ada lagi kegiatan penarikan uang secara besar-besaran dan jika sudah begitu maka Makroprudensial Aman Terjaga.

Ternyata, bukan hanya kegiatan rush money saja yang membawa keresahan. Pandemi ini juga menciptakan sikap konsumerisme -- pembelian barang hasil produksi secara berlebihan atau tidak sepantasnya secara sadar dan berkelanjutan.

Orang-orang yang takut kehabisan kebutuhan-kebutuhan pokok, memutuskan untuk menimbun bahan makanan yang menyebabkan banyak orang tidak kebagian persediaan. Akhirnya, banyak oknum-oknum nakal yang menjual barang dengan harga selangit ditengah-tengah kelangkaan kebutuhan pokok.

Sikap egois dalam hal APD (Alat Pelindung Diri) juga tidak kalah meresahkan. Orang-orang yang takut kehabisan APD memutuskan untuk membeli APD dalam jumlah besar dan menimbunnya sebagai persediaan.

Alhasil, orang yang benar-benar membutuhkannya yaitu tenaga medis tidak kebagian persediaan APD dan memakai alat seadanya yang tentu saja tidak aman bagi dirinya dan orang lain. Daripada itu, sikap Cerdas Berperilaku harus tetap diterapkan dalam keadaan apapun.

Mulai Pikirkan Rencana Apa yang Berpeluang Besar Menambah Penghasilan

Menurut Stephen P. Robbin (2010) dalam (Putri, 2014), seorang Professor Emeritus Manajemen di San Diego State University, Perencanaan adalah suatu cara untuk mengantisipasi dan menyeimbangkan perubahan. Artinya perubahan bisa terjadi kapan saja, contoh nyatanya adalah perubahan besar yang terjadi setelah wabah Covid-19 muncul.

Tidak ada yang ingin mengalami kantong kering terlebih di saat semua serba susah seperti sekarang ini. Maka, mulai menyusun rencana adalah langkah yang paling tepat untuk mengantisipasi kemungkinan terburuk yang akan terjadi. Awali dengan melihat kemampuan yang ada dalam diri, apakah bidang tersebut bisa kita tangani sesuai dengan kemampuan kita. Lalu, pikirkan cara kreatif untuk mengelola bisnis yang dijalani.

Business (bisnis) yang berasal dari kata busy yang bermakna sibuk/kesibukan (Wikipedia, Bisnis, 2020). Artinya, bisnis adalah kesibukan dalam melakukan aktivitas yang menghasilkan keuntungan. Tentunya tidak mudah untuk memulai bisnis terlebih untuk pemula ditengah pandemi yang membuat segalanya menjadi sulit. Bisa dimulai dengan bisnis dibidang jasa.

Contohnya, jika memiliki bakat editing foto, membuka jasa edit foto adalah keputusan yang baik. Rancang bisnis sedemikian rupa sehingga banyak yang tertarik untuk menggunakan jasa tersebut. Seperti mempromosikan layanan jasa tersebut ke akun media sosial. Apalagi jika melihat seberapa aktif para millenial di media sosial, tentu menjadi peluang besar atas kelancaran bisnis ini.

Selanjutnya di bisnis penjualan barang. Ada 2 pilihan: menjadi produsen (pembuat barang) atau distributor (penyalur barang). Jika memiliki kemampuan sebagai produsen, untung yang didapatkan tentu lebih banyak karena tanpa perantara lagi alias langsung bertransaksi dengan pembeli.

Contohnya, penjualan masker kain yang dijahit sendiri, itu adalah salah satu strategi dagang yang bagus karena masker seolah-olah sudah menjadi kebutuhan primer sekarang. Tetapi ingat untuk menjualnya dengan harga yang normal dan wajar. Lalu ada bisnis sebagai distributor atau reseller. Artinya hanya menjual kembali atau sebagai perantara produsen dan pembeli.

Jika belum berani untuk menyetok barang dengan jumlah yang besar, cobalah metode PO atau Pre-order, artinya distributor  menawarkan dulu barang jualannya ke orang-orang. Jika ada konsumen yang ingin memesan, barulah distributor melapor ke pihak produsen untuk memproses barang pesanan. Cara ini cukup efektif untuk menghindari penumpukan barang akibat tidak laku.

Nah, mengingat bahwa menjadi produsen atau penghasil barang lebih menjanjikan untung yang yang besar, tentu saja ini menjadi pilihan sebagian besar orang. Memang, tantangan yang dilalui akan lebih besar sebanding dengan untung yang didapat. Jangan lupa untuk memastikan bahwa barang yang kita hasilkan memiliki kualitas yang baik dan layak.

Hindari Hoax: Baca, Pastikan dan Bagikan

Hoax atau berita bohong selalu berkaitan erat dengan isu-isu terhangat yang sedang terjadi. Banyak oknum yang memilih untuk memperburuk keadaan dengan menciptakan kabar palsu sesuai dengan imajinasinya. Berita hoax biasanya bersifat provokatif dan tidak menyajikan data dan fakta (Yunita, 2017).

Sumbernya pun cenderung tidak jelas dan terkesan ditutup-tutupi. Isinya menimbulkan kecemasan terhadap pembaca dan memancing pembaca untuk membagikannya kepada orang lain. Tradisi orang-orang yang langsung membagikan tanpa memastikan inilah yang menyebabkan berita hoax tetap eksis sampai sekarang.

Ada beberapa langkah yang harus kita lakukan untuk menghindarkan diri dari dampak negatif dari berita hoax. Pertama, sangat dianjurkan untuk membaca lebih dari satu sumber dengan pembahasan yang sama tetapi pastikan berita tersebut berasal dari sumber yang sudah diakui kredibelitasnya.

Situs-situs yang sudah terverifikasi tidak dengan mudah menyajikan berita bohong dan isi situs didominasi dengan berita yang terpercaya diikuti dengan fakta dan data yang akurat. Kedua, perhatikan judul berita tersebut.

Apabila sudah menggunakan judul yang provokatif, dipastikan bahwa berita tersebut ditulis dengan tujuan untuk menimbulkan reaksi cemas bagi pembaca. Ketiga, periksa langsung apakah berita tersebut telah sesuai dengan fakta melalui pencarian di internet.

Setelah mengetahui kebenarannya, ada baiknya untuk membagikan berita tersebut kepada orang lain agar semakin banyak yang teredukasi terkait dengan masalah Covid-19. Apalagi saat ini aktivitas berbagi lewat media sosial sangatlah mudah.

Langkah-langkah diatas memang terbilang cukup sederhana untuk dilakukan meski masih banyak orang yang enggan untuk melakukannya. Nah, di era new normal seperti saat ini, sudah saatnya untuk mengenyampingkan ego demi kepentingan dan keselamatan bersama.

Jika semua orang sudah sadar dan memutuskan untuk berperilaku cerdas ditengah-tengah pandemi, maka new normal bukanlah hal yang sulit untuk dilakukan serta makroprudensial tetap aman dan terjaga.

Daftar Pustaka

Adhitya Wardhono, Y. I. (2019). Perilaku Kebijakan Bank Sentral di Indonesia. Pustaka Abadi.

Azanella, L. A. (2020, Juni 15). Apa Itu Rush Money? Isu yang Kerap Muncul Saat Kondisi Tidak Stabil. Retrieved Juni 29, 2020, from kompas.com: https://www.kompas.com/tren/read/2020/06/15/101100965/apa-itu-rush-money-isu-yang-kerap-muncul-saat-kondisi-tidak-stabil?page=all

Putri, C. W. (2014, November 21). Perencanaan Penetapan Manajemen. Retrieved Juni 29, 2020, from WordPress: https://carneliaputri.wordpress.com/2014/11/21/perencanaan-penetapan-manajemen/

Tamtomo, A. B. (2020, Mei 27). Panduan Protokol Kesehatan Pencegahan Covid-19 untuk Sambut New Normal. Retrieved Juni 27, 2020, from Kompas.com: https://www.kompas.com/tren/read/2020/05/27/193200965/infografik--panduan-protokol-kesehatan-pencegahan-covid-19-untuk-sambut-new

Wikipedia, K. (2020, Juni 9). Bank Indonesia. Retrieved Juni 28, 2020, from Wikipedia: https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Bank_Indonesia&oldid=17055797

Wikipedia, K. (2020, Juni 26). Bisnis. Retrieved Juni 29, 2020, from Wikipedia: https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Bisnis&oldid=17112414

Yunita. (2017, Januari 19). Ini Cara Mengatasi Berita "Hoax" di Dunia Maya. Retrieved Juni 28, 2020, from Kominfo.go.id: https://kominfo.go.id/content/detail/8949/ini-cara-mengatasi-berita-hoax-di-dunia-maya/0/sorotan_media

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun