Indonesia merupakan negara kepulauan yang mempunyai jumlah penduduk terbanyak ke- 2 dengan angka stunting tertinggi di Asia Tenggara dan peringkat ke-5 di dunia sesuai dengan data Riskesdas ( Riset Kesehatan Dasar ) pada tahun 2018. Sampai saat ini, masih banyak orang tua beranggapan jika anaknya bertubuh pendek ( stunted ) karena keturunan. Padahal stunted belum tentu stunting, tetapi stunting sudah pasti stunted.Â
   Anak bisa dikatakan stunted jika kondisi tinggi badannya berada di bawah -2 standar deviasi kurva WHO menurut usia sedangkan anak bisa dikatakan stunting jika tinggi badannya berada di bawah -- 2 standard deviasi WHO disertai dengan menurunnya kinerja otak, sering sakit, stimulasi psikososial yang tidak memadai sehingga dapat menyebabkan pertumbuhan anak terganggu.Â
  Stunting bisa dicegah sebelum memasuki usia 2 tahun namun, bila stunting tidak segera ditangani bisa menyebabkan kematian pada anak. Untuk mengatasi hal tersebut, maka perlu adanya pencegahan. Upaya yang bisa dilakukan adalah sebagai berikut:
1.Mengedukasi kepada orang tua tentang stunted dan stunting orang tua tahu pentingnya pemenuhan gizi pada saat hamil dan juga pada anak.
2.Memberikan anak ASI secara eksklusif dan juga diimbangi dengan MPASI yang sehat dan bergizi terutama protein hewani.
3.Mengikuti posyandu setiap bulan untuk memantau tumbu kembang anak.
4.Anak diberikan imunisasi yang lengkap sehingga tidak gampang sakit.
5.Menjaga lingkungan sekitar dan membiasakan cuci tangan dengan bersih di air yang mengalir.
6.Memberikan anak vitamin, suplemen zat besi, dan juga obat cacing setiap 6 bulan sekali
   Selain upaya tersebut, peran orang tua juga sangat dibutuhkan dalam pertumbuhan anak. Jika anak terhindar dari stunting maka Sumber Daya Manusia di Indonesia membaik dan kasus stunting di Indonesia bisa berkurang. Indonesia siap melawan stunting ditahun yang akan mendatang. Â
Referensi:
https://jurnal-jkn.bpjs-kesehatan.go.id/
Stunted dan Stunting - BKKBN https://www.bkkbn.go.id/berita-stunted-dan-stunting
Warta-Kesmas-Edisi-02-2018_1136.pdf
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H