Mohon tunggu...
Nadia Putri Nastiti
Nadia Putri Nastiti Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Ekonomi FEB Universitas Kristen Satya Wacana

Halo! Selamat datang ke profil saya.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Apa itu Social Loafing?

11 Juli 2023   13:18 Diperbarui: 11 Juli 2023   13:24 203
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Social loafing diambil dari gabungan kata "social" yang berarti sosial dan "loafing" yang berarti malas atau bersantai tanpa melakukan pekerjaan yang produktif. Social loafing merupakan suatu permasalahan yang sering muncul dalam pengerjaan tugas yang dilakukan secara berkelompok, dimana terdapat seseorang yang kurang berkontribusi dalam mengerjakan tugas kelompok atau tim, individu cenderung mengurangi upaya mereka ketika mereka bekerja sebagai bagian dari kelompok atau tim dibandingkan dengan ketika mereka bekerja sendiri. Faktor-faktor yang berkontribusi pada social loafing termasuk kurangnya akuntabilitas individu dalam kelompok, perasaan anonimitas, perasaan bahwa kontribusi individu tidak akan mempengaruhi hasil secara signifikan, dan perasaan bahwa beban kerja terbagi di antara anggota kelompok. Social loafing cenderung terjadi ketika tujuan kelompok tidak jelas, tidak adanya pengawasan yang kuat, dan kurangnya tanggung jawab individu terhadap hasil keseluruhan 

  Sebagai seorang mahasiswa, fenomena social loafing menjadi topik yang menarik untuk diteliti dalam konteks lingkungan akademik. Social loafing merujuk pada kecenderungan individu untuk mengurangi upaya kerja ketika mereka bekerja dalam kelompok dibandingkan dengan bekerja sendiri. Hal ini terkait dengan kehilangan motivasi dan tanggung jawab individu dalam kontribusi mereka terhadap kelompok. Dalam konteks mahasiswa, social loafing dapat berdampak negatif terhadap prestasi akademik dan efektivitas pembelajaran kelompok. 

  Konsep social loafing pertama kali diusulkan oleh Max Ringelmann, seorang ahli psikologi sosial dari Perancis, pada tahun 1913. Ringelmann melakukan serangkaian eksperimen yang melibatkan tugas fisik kelompok, seperti menarik tali. Ia menemukan bahwa individu cenderung memberikan usaha yang lebih rendah saat bekerja dalam kelompok dibandingkan saat bekerja sendiri. Dalam eksperimen Ringelmann, semakin banyak anggota dalam kelompok, semakin rendah usaha individu dalam kelompok tersebut.

  Faktor-faktor seperti ukuran kelompok, persepsi ketergantungan individu terhadap kontribusi anggota kelompok lainnya, dan tingkat kejelasan tujuan kelompok dapat mempengaruhi tingkat social loafing. Sebagai mahasiswa, pemahaman lebih lanjut tentang social loafing dapat membantu meningkatkan kualitas kerja kelompok, memotivasi anggota kelompok untuk berpartisipasi aktif, dan meningkatkan efektivitas pembelajaran kolaboratif.

   Dalam karya tulis ini, kelompok kami bertujuan untuk menginvestigasi faktor-faktor yang mempengaruhi social loafing di antara mahasiswa. Tujuan dari karya tulis ini adalah untuk mengidentifikasi variabel-variabel yang berkaitan dengan tingkat social loafing dan menganalisis dampaknya terhadap kinerja akademik mahasiswa. Hasil karya tulis ini diharapkan dapat memberikan wawasan baru dalam upaya meningkatkan efektivitas kerja kelompok dan pembelajaran kolaboratif di lingkungan akademik, serta memberikan saran praktis untuk mahasiswa dalam mengatasi social loafing dan meningkatkan partisipasi aktif dalam kelompok

  Permasalahan yang terjadi tidak adanya evaluasi dari kontribusi individu, ketidakjelasan tanggung jawab dimana terdistribusi ke beberapa orang sehingga rasa tanggung jawab individunya jadi rendah, tidak memiliki motivasi yang kuat untuk menyelesaikan tugas atau aktivitas kelompoknya, kurangnya interaksi dalam kelompok, kohesivitas kelompok dimana mahasiswa pada kelompok akan berpengaruh pada tingkat partisipasi dan kinerja dari anggota kelompok, serta kepribadian dimana itu bersifat unik dan konsisten sehingga dapat digunakan untuk membedakan individu satu dengan yang lainnya.

  Aspek Sosial terjadi karena penurunan kinerja Mahasiswa dalam berkelompok, tidak mampu mengembangkan potensi yang ada didalam dirinya sehingga memanfaatkan kemampuan anggota lainnya (sikap pasif), serta penurunan akan kesadaran evaluasi dari anggota kelompok.

  Berdasarkan kepribadian, Social loafing dalam mengerjakan tugas kelompok ditinjau dari The Big Personality Traits pada Mahasiswa yaitu yang pertama Extraversion dimana cenderung memiliki sifat suka bergaul, berteman, banyak bicara, asertif, dan aktif mengarah pada kinerja yang efektif dalam pekerjaan yang membutuhkan interaksi dengan banyak orang, rendahnya tingkat kemalasan dibanding individu yang berkepribadian openness. Kemudian, Neuroticism mendasari pekerjaan dengan stabilitas emosional yang tidak efektif dalam menyelesaikan pekerjaaan. Openness individu yang bersifat imajinatif, kreatif,inovatif, penasaran,dan bebas, sifat Openness cenderung lebih memilih untuk menghabiskan waktu dan bekerja secara individu untuk mendapatkan ide serta mengembangkannya. Agreeableness memiliki tingkat kemalasan sosial dari tingkat yang sedang hingga tinggi sehingga menyebabkan munculnya social loafing. Conscientiousness tingkat kemalasan sosial ini termasuk dalam golongan yang rendah, menghasilkan kinerja yang sistematis, terorganisir, rajin, dan efisien.

  Sebagai fenomena yang dapat merugikan kerja kelompok dan pembelajaran kolaboratif, social loafing membutuhkan upaya untuk mengatasi dan mengurangi dampak negatifnya. Ada beberapa solusi yang dapat diterapkan untuk mengurangi social loafing di kalangan mahasiswa :

  •  Pertama, penting untuk menciptakan struktur yang jelas dalam kerja kelompok. Hal ini dapat dilakukan dengan mengatur tugas-tugas kelompok dengan baik dan menyediakan panduan yang jelas tentang tanggung jawab masing-masing anggota kelompok. Dengan adanya struktur yang jelas, anggota kelompok akan memiliki gambaran yang lebih baik tentang peran dan kontribusi mereka dalam mencapai tujuan kelompok.

  • Kedua, membangun komunikasi yang efektif di antara anggota kelompok juga merupakan faktor penting dalam mengatasi social loafing. Anggota kelompok perlu didorong untuk berbagi ide, memberikan umpan balik, dan saling mendukung dalam mencapai tujuan bersama. Memfasilitasi pertemuan rutin atau sesi diskusi di mana setiap anggota kelompok dapat berpartisipasi aktif akan membantu mendorong keterlibatan individu.

  • HALAMAN :
    1. 1
    2. 2
    Mohon tunggu...

    Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
    Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
    Beri Komentar
    Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

    Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun