Mohon tunggu...
Nadia Nur Fadilah
Nadia Nur Fadilah Mohon Tunggu... Mahasiswi

Nadia Nur Fadilah, Mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Prodi Jurnalistik, Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Objek Wisata Literasi Tahunan yang Dirindukan setelah Pandemi

21 Desember 2022   15:25 Diperbarui: 21 Desember 2022   15:47 340
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sesuai dengan fokus utamanya, BBW lebih banyak menghadirkan buku-buku anak dengan konsep motorik yang harapannya dapat menarik minat anak-anak terhadap buku sehingga mereka tidak hanya mengandalkan gadget sebagai objek kreativitasnya. Seperti yang diungkapkan oleh Fia, bahwa dengan terselenggaranya BBW diharapkan banyak anak-anak dan pemuda yang menjadi lebih tertarik dengan budaya literasi.

“Harapannya mudah-mudahan dengan adanya BBW, tidak cuma BBW saja tapi wisata-wisata literasi yang lain pemuda-pemuda bisa lebih tertarik sih buat baca buku, dan mungkin bisa dibuat lebih menarik lagi dengan ada wahana-wahana atau tambahan wisata lain,” ungkap Fia.

Di sisi lain, Defa, salah satu mahasiswi anggota reading club Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), berpendapat bahwa tidak masalah kalau anak-anak lebih banyak belajar melalui gadget dibanding buku karena setiap orang memiliki cara tersendiri untuk belajar. Defa menambahkan, tidak semua orang yang suka membaca buku memiliki wawasan luas dan tidak semua orang yang tidak membaca buku adalah orang yang bodoh.

“Sebetulnya setelah dengar banyak sudut pandang orang lain, tidak semua orang bisa belajar pakai tulisan jadi sejujurnya aku tidak mempermasalahkan orang yang jarang baca buku. Cara belajar orang kan beda-beda ya, yang rajin baca buku belum berarti dia pintar dan wawasannya luas. Soalnya dilihat di zaman sekarang ini ilmu bisa didapat dari mana saja tidak hanya buku, buku juga banyak yang dikutip jadi video di youtube kan ya,” ujar Defa saat diwawancarai secara online pada Kamis (1/12/22).

Defa mengungkapkan pandangannya terhadap ketertarikan orang lain yang masih tinggi pada buku fisik dikarenakan ada rasa kepemilikan tersendiri jika menyimpannya. Ia mengatakan bahwa buku fisik dapat menjadi tempat istirahat dari rutinitas sehari-hari yang saat ini lebih banyak menggunakan media online

"Soalnya kalau ada fisiknya lebih 'memiliki' gitu, terus kan sekarang zaman sudah serba digital ya capek kalau lihat layar terus. Buku fisik bisa untuk tempat istirahat kalau sehari-hari terlalu  banyak berkutat di laptop, handphone," ujarnya.

Penulis: Nadia Nur Fadilah, NIM: 11210511000144, Mahasiswi Program Studi Jurnalistik Semester 3, Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun