Mohon tunggu...
nadia muzakki
nadia muzakki Mohon Tunggu... Aktris - pelajar

siswi sman 1 padalarang

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Keberuntungan Bagiku

1 Oktober 2019   11:36 Diperbarui: 1 Oktober 2019   11:41 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

KEBERUNTUNGAN BAGIKU

Saat itu usiaku masih cukup kecil, masih belum mengetahui apapun, yaa mungkin masih dikatakan sangat polos.

Pada hari raya idul fitri tahun 2014 aku masih mengingat suatu kenangan indah dan buruk. Aku sangat senang sekali dengan suasana hari raya, karena aku bisa berkumpul dengan keluarga dari ibu maupun ayahku.

Suasana pagi hari sangat sejuk untuk dinikmati, kumandang takbir sangat indah nan menyentuh. Tiba saatnya saling bermaaf-maafan, Aku memeluk ibuku yang sangat aku sayangi, tangisan dan derasnya air mata membasahi seluruh wajah para jama'ah shalat idul fitri. 

Sepanjang jalan komplek rumahku dipenuhi dengan orang-orang yang sedang silaturahmi, bersemangatnya aku ingin segera menuju rumah nenekku yang jelat tidak jauh dari tempat tinggalku. Sampailah kita dirumah nenek semua tersenyum bahagia menyambut keluarga dan tetangga yang berdatangan. Dilanjutkan dengan menyantap hidangan yang dibuat oleh nenekku tercinta, hidangan yang sudah melekan di mulut semua keluarga dan tidak ada yang bisa menandingi kenikmatannya.

Berkumpul sambil menyantap hidangan makanan tersebut sangatlah aku nantikan, canda tawa diselimuti kehangatan yang ada. Selepas menyantap makanan kita semua beranjak siap-siap untuk mendatangi makam keluarga besar dan kembali berisak tangis.

Berjalannya waktu menuju siang hari, dan berkumandan adzan dzuhur pada saat itu, aku menunaikan shalat terlebih dahulu sebelum aku pergi menuju tempat tinggal nenek dari ayahku yaitu di kampung rajamandala.

Bergegasnya aku, ayah, ibu dan juga adik kesayanganku, kita bersiap untuk berkumpul kembali dengan keluarga dari ayahku. Menempuh perjalanan sekitar 1 jam setengah dikarenakan macet yang menghambat perjalanan, suasana dijalan sangat ramai, semua pemudik memadati jalan raya, cuaca panas yang sangat terik membuat kita kepanasan di mobil.

Sesampainya kita dirumah nenekku, aku disambut hangat oleh semua keluarga yang sudah sampai terlebih dahulu, aku memeluk erat nenekku yang jelas sudah lama tidak berjumpa. Betapa rindunya hati ini, dikarenakan sangat sulit untuk bertemu dan berkumpul dengan keluarga dari ayahku ini.

Berbincang dan canda tawa kita lalui hingga sore hari, dan salah satu pamanku menyelonoh berkata "bagaimana jika kita berangkat mengunjungi mas ayi di kampungnya, kita bisa menginap disana" dan akhirnya semua setuju dengan ide dari pamanku itu.

Kita semua telah melaksanakan shalat ashar berjamaah di mushola dekat rumah nenekku. Bersiapnya kita untuk pergi mengunjungi paman ayi sangat antusias, karena kita sangat senang berada disana.

Perjalanan pun menghabiskan waktu berjam-jam untuk menuju ke tempat tersebut. Diperjalanan adiku ammar tidur pulas, akupun ikut tidur karena sangat bosan diperjalana. Tibalah kita di rumah paman ayi yang bertempatan di nangleng.

Malam sangat larut, kita tida sempat untuk berbincang terlalu lama dikarenakan lelah dan sangat mengantuk, aku tidur dengan saudaraku yaitu syadwi, ka jihan, ka tika, ka utami, dan masih banyak lagi.

Ke esokan harinya, tepat pada pukul 05:00 kita semua terbangun untuk shalat subuh, keadaan disana memang sangat kampung sekali, wc saja terpisah berada diluar rumah. Terasa sangat dingin sekali, sampai akupun menggunakan baju hangat. Pukul 07:15 kita mulai berkumpul untuk menyantap hidangan makan pagi yang sudah disiapkan oleh bibi amay, sangat sederhana namun terasa nikmat.

Di kampung nangleng sangat melekat sekali tradisinaya, masih susah menemukan signal, terknologi masih belum canggih, kendaraan pun hanya beberapa yang mempunyai dan rumah masih terbuat dari bahan anyaman kayu. Ketika itu kita semua sangat ingin membersihkan badan, namun air pada saat itu sangat surut dikarenakan kemarau. Terpaksa kita menuju sungai yang ada dikampung tersebut, karena memang semua warga disitu memakai air sungai untuk mandi ataupun mencuci. 

Perjalanan dari rumah paman ayi lumayan jauh untuk menuju sungai tersebut, kita pergi bersama, ada aku, ka jihan, syaduwi sepupuku, ka tika, ka utami, salsa, fatir dan didampingi oleh om acep sebagai pembimbing kita. Jalan disana sangat setapak, licin, kecil, hutan seram tapi memang banyak orang yang menuju ataupun pulang dari sana.

Ketika aku sedang berjalan, dengan semangatnya aku berjalan dibarisan paling depan, ketika melalui jalan yang sangat menurun, licin itu aku merasa dibelakangku ada yang mendorong, aku tersungkur kedepan jatuh terbaring badanku terpontang-panting sampai aku berhenti didasar, semua saudaraku sangat panik karena jika aku belum bethenti jatuh berputar aku akan jatuh ke sungai dan terbawa arus, sangat betuntungnya aku berhenti di semak semak yang teryahan oleh pohon kayu. Entah apa yang terjafi ketika aku tida bisa tertahan oleh kayu itu, mungkin aku tidak akan bisa terselamatkan, semua saudaraku menolongku dengan rasa khawatir, aku menangis ketakutan dan traumatik. 

Setelah kejadian itu aku dan semua saudaraku melanjutkan membilas badan dan mencuci baju dengan penuh canda tawa bermain air yang segar dari derasnya sungai itu. Setelah semuanya selesai kita bersiap untuk pulang ke rumah paman ayi, sampailah kita, aku menceritakan pada ayah ibuku sambil sedikit menangis karna masih ketakutan.

Singkat cerita kita memulai menempuh perjalanan pulang, aku duduk di kursi belakang dan tertidue dengan sangat pulas. 

Hikmah yang dapat diambil adalah, selalu berserah, berdoa dan meminta peelindungan kepada alloh swt dimanapun dan kapa

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun