Seluruh daerah yang terletak di dunia ini dapat menampung keberadaan manusia sekaligus kehidupannya. Manusia membutuhkan air untuk kelangsungan hidupnya. Hal ini tentu dapat memunculkan ide maupun pemikiran mereka untuk menjaga ketersediaan air agar dapat digunakan untuk selamanya. Seperti penggunaan kembali air dengan sistem reklamasi yaitu dengan mengolah kembali air limbah industri agar bisa di gunakan kembali, tetapi tidak semua manusia memiliki pemikiran yang sama. Sebagian dari mereka mungkin berpikir untuk apa kita harus menjaga ketersediaan air?, sementara bumi ini sebagian besar wilayahnya adalah perairan. Namun yang terjadi pada zaman ini bukan masalah perbandingan banyaknya air dan daratan yang ada di bumi, tetapi ketersediaan air bersih dan layak konsumsi yang dibutuhkan oleh manusia. Sementara itu tidak semua tempat di bumi ini dapat menghasilkan atau memperoleh air bersih dan layak konsumsi.Â
     Sejarah penggunaan kembali air di Jepang berawal pada tahun 1980-an sebagai bentuk respons terhadap kekeringan parah dan peningkatan permintaan air yang disebabkan oleh urbanisasi dan pertumbuhan ekonomi yang pesat. Di jepang tepatnya di kota Tokyo, terdapat pusat reklamasi air bernama Morigasaki yang memasok banyak air bersih hasil dari Penjernihan air limbah. Pembangunan dan pengembangan tempat seperti ini di lakukan sebagai upaya penanggulangan kekeringan dan kekurangan air bersih. Hal ini dapat terjadi karena beberapa faktor seperti permasalahan lingkungan, iklim, pertumbuhan ekonomi dan limbah industri.Â
     Pengolahan kembali air menjadi salah satu metode yang cocok untuk pemenuhan kebutuhan air bersih dan layak konsumsi untuk sebagian daerah di bumi. Mungkin seperti negara-negara yang memiliki empat musim ataupun daerah yang berdekatan dengan laut. Karena bagaimanapun juga Air laut akan sulit untuk digunakan sebagai pemenuhan kebutuhan seperti minum dan aktivitas lain yang membutuhkan air bersih dan tawar. Seperti halnya di jepang yang berdekatan dengan laut sehingga memiliki daratan yang relatif kecil. Di jepang juga terdapat banyak industri yang menghasilkan limbah-limbah kimia maupun organik yang mungkin menjadi salah satu faktor berkurangnya ketersediaan air bersih.
      Sejumlah ahli dari pusat penelitian sains dan teknologi dari jepang telah mengembangkan teknologi pengolahan air limbah. Dalam proyek itu menghasilkan suatu pemecahan masalah dalam air limbah agar dapat dimanfaatkan kembali. Dengan pembangunan pabrik yang berpusat pada penurunan kadar kimia dan penghilangan virus pada pengolahan air limbah. Proyek itu sangat cocok di terapkan di negara Jepang karena memiliki curah hujan yang bervariasi di setiap musimnya sehingga jepang menjadi negara yang memiliki tekanan air rendah. Bukan hanya itu, bahkan wilayah daratan di jepang juga sempit di mana air sungai akan cepat mengalir ke lautan sehingga ketersediaan air tawar menjadi rendah yang menimbulkan sulitnya pengelolaan sumber daya air. Maka dari itu untuk menanggulangi krisis air dan penghematan sumber daya air, negara Jepang memutuskan untuk memulai proyek baru berupa penggunaan kembali air reklamasi yang di aplikasikan di kota-kota besar yang memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi yang pesat. Seperti di kota Fukuoka yang mengalami kekeringan serius sehingga mulai menggunakan air reklamasi untuk di aplikasikan ke perkotaan yaitu sebagai pembilasan toilet. Begitu juga di Tokyo, untuk penggunaan kembali air dengan sistem reklamasi sebagai bentuk pembangunan kembali perkotaan yang di aplikasikan untuk pembilasan toilet dan irigasi lanskap. Keberhasilan dalam penerapan sistem reklamasi itu akhirnya menyebar ke berbagai daerah di jepang yang digunakan untuk penambahan aliran sungai. Sehingga dapat menanggulangi penurunan air sungai yang drastis di perkotaan.Â
     Walaupun progam penggunaan kembali air reklamasi ini dipandang efektif oleh masyarakat jepang dalam menanggulangi permasalahan penggunaan air, tetapi pemanfaatan air reklamasi ini sangat terbatas. Ada dua hal yang menjadi alasan terbatasnya penggunaan air reklamasi ini seperti : yang pertama yaitu kurangnya standar mutu Yang cukup komprehensif untuk air reklamasi ini. Hasil dari standar mutu ini tidak dapat menjamin hilangnya zat kimia yang terdapat pada air , bau, warna, bahkan bakteri yang terdapat didalamnya. Yang kedua yaitu, terhambat dalam persaingan ekonomi. Agar masyarakat dijepang ini tertarik maka air reklamasi ini harus terjamin keamanannya, maka dari ini harus ada fasilitas energi yang lebih tinggi untuk terciptanya air reklamasi yang aman untuk dikonsumsi. Selain itu harus pemerintah jepang menurunkan biaya/ harga air reklamasi ini yang lebih tersangka di bandingkan dengan air bersih biasa. Tapi kembali lagi program air reklamasi ini telah dipikirkan matang-matang oleh pemerintah Jepang mereka mempersiapkan proses pengelolaan air reklamasi dengan sebaik mungkin bahkan mereka telah mengembangkan strategi pengolahan sumber daya air yang unik dengan membangun sebuah bendungan. Namun dalam pembangunan bendungan ini juga terdapat permasalahan di mana di lingkungan tersebut merupakan habitat hewan-hewan yang diketahui terancam punah. Air reklamasi ini juga digunakan petani untuk pengairan sawah. Para petani mengaku bahwa air reklamasi ini dapat meningkatkan kesuburan dan juga meningkatkan keamanan irigasi. Bahkan tanpa disangka dengan menggunakan air reklamasi ini petani merasa penggunaan pupuk pada tanaman lebih berkurang, karena air reklamasi ini mengandung nutrisi yang baik untuk tanaman menurut para petani air reklamasi ini dapat meningkatkan produktivitas tanaman yang baik dan berkualitas.
      Selain itu produksi dari air reklamasi ini juga dibutuhkan pada fasilitas olahraga seperti digunakan pada lapangan golf. Penggunaan air reklamasi ini dinilai cukup meningkat di kota itoman. Menurut pemerintah itoman permintaan air reklamasi ini dianggap musiman karena kebanyakan masyarakat menggunakan produksi dari air reklamasi ini hanya pada musim kemarau di mana Pada musim ini masyarakat sangat sulit untuk menemukan air. Maka kelebihan produksi dari air reklamasi sebagian di gunakan untuk kegiatan industri dan aplikasi lain apabila kualitas airnya diterima. Karena permintaan produksi air reklamasi untuk kegiatan industri cukup besar maka hal ini juga meningkatkan perekonomiannya. Dari beberapa penelitian menyelidiki bahwa penggunaan air industri itu lebih besar karena menurut mereka air daur ulang bisa lebih diterima apabila lebih rendah biayanya daripada air industri dari kesaksian mereka penggunaan air daur ulang ini lebih banyak diterima pada penggunaan air ledeng daripada penggunaan air industri.
      Setelah persoalan biaya dan energi pada air daur ulang hasil dari air reklamasi ini muncullah permasalahan yang kedua yaitu masalah bakteri resisten antimikroba dan gen resisten antimikroba. Karena proses reklamasi dan penggunaan jaringan pipa dalam penerapannya dapat meminimalisir dam mengurangi resiko ARG dalam reklamasi. Pemerintah Jepang menganggap bahwa keputusan untuk mendaur ulang air reklamasi menjadi air yang dapat bermanfaat merupakan suatu keputusan yang sangat tepat untuk mengatasi adanya krisis air dan mengurangi biaya dalam pengolahan sumber daya air. Tetapi produksi daur ulang air reklamasi di Jepang terpantau masih terbatas, dikarenakan standar kualitas air reklamasi yang belum memadai dan konsumsi energi yang tinggi. Selain itu pemerintah Jepang mengumumkan  fasilitas air reklamasi untuk di publikasikan dengan mengeluarkan undang-undang pada tahun 2014.
Referensi
Takeuchi Haruka, dan Tanaka Hiroaki, 2020, "Water reuse and recycling in japan history, current situation, and future perspective", Journal water cycel, vol. 1 hal 1-12.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H