Kesadaran Belajar
Sampai saat ini, penyempitan gagasan soal wujud sastra Indonesia menjadi perkara teramat bodoh. Sastra yang hanya dinilai dari kepopuleran membuat bahan bacaan bersastra menjadi sempit. Saya mafhum, sebab tak semua orang menggeluti sastra Indonesia sebagai bagian dari aktifitas akademis mereka.Â
Atau jika saya boleh ber-suudzonkarena porsi pengajaran Sasra Melayu sebagai bagian dari karya sastra teramat kecil di sekolah-sekolah. Jika boleh segeralah move on-kan porsi yang amat kecil itu daripada sekadar membaca ringkasan Gurindam Duabelas-nya Raja Ali Haji atau biografi singkat Abdullah bin Abdul Kadir Munsyi. Dua orang yang sejauh ini paling termasyur di telinga anak-anak sekolah. Sebab sastra Melayu Klasik tidak melulu soal dua orang itu. Semoga bacaan sastra Melayu Klasik segera berubah, jika memang benar-benar ingin membaca dan bersastra. Semoga..
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H