Para ahli linguistik memperkenalkan banyak sekali ragam atau jenis makna dalam bahasa. Namun, semua pendapat tersebut tidak memberikan batasan yang sama karena dasar pembagianya menggunakan perspektif yang berbeda-beda. Misalnya, Leech (2003) istilah tipe, yaitu makna konseptual, konotatif, stilistik, afektif, refleksi, kolokatif, dan tematik. Djajasudarma (1999) mengutip dari beberapa ahli antara lain Bloomfield, palmer, verhaar, kridalaksana, dan gramatikal, idesional, proposisi, pusat, pictorial, dan idiomatik.
Artikel ini akan menguraikan ragam makna pada judul film karya Ernest Prakasa. Beberapa film karya Ernest Prakasa antara lain Ngenest (2015), Cek Toko Sebelah (2016), Stip & Pensil (2017), Susah Sinyal (2017), Milly & Mamet: Ini Bukan Cinta & Rangga (2018), dan Ghost Writer (2019).
Klarifikasi Ragam Makna
Dalam pengklasifikasiannya, ragam makna semantik pada judul film karya Ernest Prakasa, peneliti menemukan makna yang terkandung yang digunakan sebagai bahan analisis yaitu makna kiasan.
1. Ngenest
Ngenest sendiri termasuk serapan dari bahasa Jawa yang berarti susah. Leksem ngenes menyatakan rasa susah yang makin lama makin meningkat. Kalimat-kalimat berikut ini mungkin dapat juga dimanfaatkan untuk memahami leksem tersebut. "Yen terusterusan ngine, bisa mati ngenes tenan." "Jika terusmenerus demikian, bisa mati ngenes sungguh." Pernyataan rasa susah dalam bahasa Jawa dapat diungkapkan dengan beberapa leksem, yang masing-masing dapat dijelaskan dengan maknanya sebagai berikut: susah sedhih bunek jibeg bingung nlangsa ngenes. Jadi, makna Ngenest ini dapat dikategorikan sebagai makna Idiomatikal.
2. Cek Toko Sebelah
Cek sendiri memiliki arti proses, cara, perbuatan mengecek; pemeriksaan; penelitian. Penggunaan kata cek ini termasuk dalam ragam makna kiasan. Sebab, cek diidentikkan dengan pemeriksaan terkait tokoh sebelah untuk mengetahui tingkat persaingan penjualan mereka.
3. Stip & Pensil
Stip & Pensil ini juga dikategorikan dalam ragam makna kiasan. Sebab penggunaan judul ini mengkiaskan kisah tentang perjalanan 4 orang sahabat SMA berlatar belakang kaya raya yang terdiri dari, Toni (Ernest Prakasa), Agi (Ardit Erwandha), Bubu (Tatjana Saphira), dan Saras (Indah Permatasari). Dimulai dari tantangan yang diberikan guru mereka (Pandji) untuk membuat sebuah essay tentang kesenjangan sosial disertai dengan tekanan, keempat sahabat ini memberanikan diri untuk melakukan observasi anak jalanan di tempat kumuh. Untuk menjaga reputasi mereka, Toni Cs tidak sengaja berjanji akan membangun sekolah untuk para anak jalanan yang tinggal di kolong jembatan tersebut.
Dari situlah kesadaran mereka akan pentingnya pendidikan untuk anak mulai tumbuh. Mereka pun berhenti memfokuskan proyek ini untuk reputasi semata dan mulai memikirkan cara agar anak-anak jalanan tersebut bersedia belajar demi masa depan yang cerah.