Berawal dari pertanyaan temanku ketika kami sedang mengobrol santai. Ia bertanya tentang kehidupan para pengguna instagram :
" Apakah semua orang di instagram sukses semua? Apakah kehidupan mereka benar-benar menyenangkan? "
Pertanyaan tersebut mungkin tidak hanya dimiliki temanku. Bisa jadi, pertanyaan ini terngiang di benak hampir semua orang.
Mengapa semua orang terlihat sukses di media sosial? Sedangkan hidupku masih biasa-biasa aja
Mengapa semua orang terlihat cantik, bahagia dan tidak ada beban?Â
Telah kita ketahui, dalam era yang serba digital, media sosial sudah menjadi bagian penting dalam hidup manusia. Hampir semua orang senang membagikan aktivitasnya di media sosial. Maka jangan heran, jika seseorang bisa mengetahui bagaimana kehidupan orang lain melalui apa yang diposting.
Sebagai makhluk sosial,sangat wajar apabila setiap orang ingin diakui keberadaanya. Dalam psikologi komunikasi, manusia bisa dinilai dari penampilan. Orang yang terlihat cantik atau tampan akan dianggap lebih sukses. Sebaliknya, orang yang terlihat buruk dalam segi penampilan, maka akan dianggap tidak mampu.
Begitu juga dalam postingan media sosial. Orang yang terlihat glamour dan hedon dalam postingannya, maka ia 'terlihat' Â kaya dan mampu. Sebaliknya, orang yang terlihat biasa saja, maka tidak akan menarik perhatian sama sekali. Yang menjadi pertanyaan adalah, apakah orang yang terlihat luar biasa benar-benar memposting kehidupan aslinya?Â
Bisa jadi iya, bisa juga tidak.
Beberapa kali aku menemukan kasus yang kontradiktif antara kehidupan nyata dan postingan media sosial. Ada orang yang seringkali upload foto jalan-jalan, hang out ke mall, makan di tempat mewah, tetapi memiliki banyak sekali hutang.Â
Ada juga orang yang suka memposting seluruh kegiatan sehari-harinya. Tetapi, dalam kehidupan nyata, ia hanya sibuk mengupload berbagai postingan tanpa banyak berinteraksi dengan orang lain. Sebaliknya, ada juga orang yang jarang sekali upload di media sosial, bahkan tidak memiliki akun apapun, tetapi sangat berprestasi dan menciptakan karya.Â
Fenomena-fenomena inilah yang bisa kita sebut sebagai fake life di media sosial. Semua postingan hanyalah ruang semu untuk membentuk identitas diri. Karena, media sosial tidak bisa benar-benar menggambarkan kehidupan seseorang.
Dalam novel karya Paul Hawkins, The Girl on The Train, juga menceritakan suatu kondisi dimana seseorang melihat kehidupan orang lain sebagai The Perfect Life. Kondisi tersebut sangat relevan apabila dikaitkan dengan fenomena fake life di media sosial.Â
We all know that what we see on social media isn't real. People aren't always happy or smiling. Their children aren't always being delightful. It's a fake thing. Â - Paul Hawkins
Lalu, apa yang harus kita lakukan sebagai pengguna media sosial?
- Jangan membohongi diri sendiri. Setiap orang ingin terlihat baik di mata orang lain, tetapi, jangan sampai kita membohongi publik, bahkan membohongi diri sendiri. Seperti berfoto di depan mobil mewah milik orang lain, kemudian menguploadnya dengan keterangan bahwa mobil tersebut adalah milik sendiri. Terlalu berpura-pura dalam media sosial dapat membuat kita kehilangan jati diri.
- Terlalu banyak pamer tidak akan membuat kita bahagia. Ketika kita pamer kegiatan, pekerjaan atau hubungan secara berlebihan, sebenarnya kita tidak bahagia, tetapi mencari pengakuan orang lain bahwa kita bahagia. Ingatlah, jika kita benar-benar bahagia, kita tidak memerlukan pengakuan dari orang lain. Cukup kita syukuri nikmati.
Sedangkan, hal yang harus kita sadari ketika melihat postingan orang lain adalah :
- Kita tidak pernah tau luka apa yang disembunyikan oleh orang lain. Jika teman kita masuk di universitas ternama dan bangga memposting kampusnya, berpikirlah bahwa itu merupakan hasil dari proses panjang yang telah ia lakukan. Kita tidak pernah tau perjuangannya belajar siang malam hingga bisa mendapat apa yang ia usahakan.
- Ingatlah bahwa rumput tetangga selalu terlihat lebih hijau, begitu pula dengan postingan orang lain. Tetaplah bersyukur dengan segala situasi dan kondisi yang kita miliki. Karena, bisa jadi kehidupan sederhana yang kita jalani saat ini adalah hal yang didambakan oleh orang lain.
- Jangan lupa untuk menghargai diri sendiri. Membanding-bandingkan diri dengan orang lain tidak akan ada habisnya. Jadikan postingan orang lain sebagai motivasi untuk menjadi lebih baik lagi, bukan malah merasa rendah dan menenggelamkan diri dalam cibiran.
Jadilah lebih keren dari apa yang kita tunjukkan di media sosial. Dengan begitu, kita akan menjadi orang yang benar-benar berkualitas.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H