Â
Banyak pendekatan dan perspektif alternatif yang dapat diputuskan oleh rumah produksi jika memang ingin mengadaptasi kasus ini sebagai film, terutama jika niat utamanya untuk meningkatkan publisitas demi keadilan korban. Rumah produksi bisa saja membuat genre film dokumenter untuk menjaga objektivitas dan memastikan seluruh pokok permasalahan dikaji dengan baik. Approach ini terbukti membuahkan hasil. Dapat diamati dari beberapa film true crime yang sukses menarik banyak perhatian, seperti Don’t F**k with Cats, The Keepers, dan Allen V. Farrow.
Pilihan alternatif ini tidak membatasi rumah produksi pada genre dokumenter saja. Poin terpenting adalah memastikan bahwa inti pesan tersampaikan. Jika memandang dari sudut pandang film dengan unsur drama dan fiksi, tidak sedikit film yang berhasil mengangkat isu kekerasan seksual tanpa mempertontonkan kejadian kekerasan itu sendiri secara gamblang, seperti 27 Steps of May, Sleepers, Perks of Being a Wallflower, dan masih banyak lagi.
Kala industri film dan lembaga-lembaga berwenang memberi panggung bagi film-film yang tidak berperspektif korban, masyarakat umum memegang andil utama dalam menyikapinya. Harapannya, kondisi ini tidak terulang lagi sekaligus membuka sudut pandang dan kesadaran yang lebih luas, terutama demi mengupayakan keadilan bagi korban kekerasan seksual.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H