Mohon tunggu...
Nadia Dwi Puspitasari
Nadia Dwi Puspitasari Mohon Tunggu... Mahasiswa - Faculty of Nursing Universitas Airlangga

Undergraduate Student

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Mengikuti Tren: Memahami Bahaya di Balik Fast Fashion

24 Mei 2023   22:43 Diperbarui: 24 Mei 2023   23:02 245
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Shutterstock 

Belakangan ini, fast fashion menjadi fenomena yang sedang tren dalam dunia mode. Fast fashion merupakan konsep produksi dan distribusi pakaian yang menekankan pada produksi cepat, tren terkini, dan ditawarkan dengan harga yang terjangkau. 

Model bisnis fast fashion menghasilkan koleksi pakaian yang baru dan terus-menerus diperbarui dengan cepat, sehingga hal ini mengubah cara konsumen memandang dan membeli pakaian yakni terus membeli dan mengikuti tren mode terbaru. Namun, dibalik popularitasnya, tren fast fashion memiliki beberapa dampak negatif yang perlu dipertimbangkan dan dipahami.

Salah satu bahaya utama dari fast fashion adalah dampaknya terhadap lingkungan. Proses produksi massal dan penggunaan bahan yang relatif murah seringkali menghasilkan limbah yang besar dan merusak ekosistem. Emisi karbon yang tinggi, pembuangan limbah tekstil, dan pencemaran akibat bahan kimia dalam produksi tekstil menjadi ancaman serius bagi lingkungan.

Selain dampak lingkungan, fast fashion juga menimbulkan dampak sosial yang tidak dapat diabaikan. Seringkali industri fast fashion dikaitkan dengan kondisi kerja yang buruk karena mengeksploitasi para tenaga kerjanya dengan jam kerja yang panjang namun dibayar dengan upah yang rendah. Hal ini tidak hanya menciptakan ketidakadilan sosial, tetapi juga melanggar hak asasi manusia.

Selanjutnya, fast fashion juga mendorong siklus konsumsi yang berlebihan. Perusahaan fast fashion terus mendorong konsumen untuk membeli pakaian koleksi terbaru yang dapat memicu keinginan konsumen untuk mengikuti tren terbaru dan membeli pakaian dalam jumlah yang tidak terkendali. 

Dampaknya ada pada peningkatan limbah tekstil yang besar, karena banyak pakaian fast fashion yang memiliki umur pakai singkat dan akhirnya terbuang. Masalah ini berhubungan dengan persepsi nilai pakaian yang menjadi barang sementara dan mudah digantikan yakni mengakibatkan kurangnya apresiasi terhadap kualitas dan etika produksi.

Lalu, bagaimana solusi untuk menghadapi bahaya yang ditimbulkan dari fast fashion?

Dalam menghadapi bahaya fast fashion, kesadaran dan tindakan individu sangat berperan penting dengan mengambil langkah-langkah kecil namun signifikan dalam menghadapi masalah fast fashion.

Pertama, penting bagi konsumen untuk mempertimbangkan kualitas dibandingkan kuantitas, adopsi pendekatan slow fashion. Pertanyakan pada diri apakah benar-benar membutuhkan barang baru atau dapat memperbaiki dan mendaur ulang pakaian yang sudah ada. 

Coba untuk mempraktikkan prinsip "beli lebih sedikit, beli yang baik." Pilih pakaian yang tahan lama, berkualitas baik dan dapat dipakai dalam jangka waktu yang lebih lama. Ini akan membantu untuk mengurangi jumlah limbah tekstil yang dihasilkan.

Kedua, penting bagi konsumen untuk memahami asal-usul dari pakaian yang dipakai dengan cara melakukan riset tentang merek dan produsen. Dengan melakukan riset ini, konsumen dapat memperoleh informasi tentang kualitas dan keamanan, bahan apa yang digunakan, dimana pakaian tersebut diproduksi dan apakah ada proses produksi tambahan yang mungkin mempengaruhi kualitas atau harga produk.

Ketiga, lakukan praktik mendaur ulang dan donasi pakaian yang tidak lagi digunakan. Pakaian yang masih layak dipakai dapat disumbangkan ke lembaga amal atau dipertukarkan dengan teman atau keluarga. Hal ini dapat membantu mengurangi limbah tekstil dan memberikan kesempatan pada orang lain untuk memanfaatkan pakaian tersebut.

Secara keseluruhan, memahami bahaya dibalik fast fashion dan mengambil tindakan untuk mengatasi masalah ini adalah tanggung jawab kita sebagai konsumen yang sadar. 

Dengan mengadopsi pendekatan slow fashion, memahami asal-usul dari pakaian yang dipakai, dan melakukan praktik mendaur ulang kita dapat membantu menciptakan perubahan positif dalam industri mode dan menjaga lingkungan serta kesejahteraan sosial.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun