Mohon tunggu...
nadia adibie
nadia adibie Mohon Tunggu... -

sedang menempuh S1 Bahasa dan Sastra Indonesia, FBS, UNY. Ketua Bidang Perkaderan Pimpinan Wilayah Ikatan Pelajar Muhammadiyah Daerah Istimewa Yogyakarta. ALumni sekolah kader Muhammadiyah: Madrasah Mu'allimaat Muhammadiyah Yogyakarta. Jadilah generasi pembelajar!!

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Salah (Mafia, Premanisme, dan Hati Nurani)

5 Maret 2012   08:32 Diperbarui: 25 Juni 2015   08:29 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Banyak hal yang kita anggap salah dalam hidup kita, padahal sesungguhnya, semua itu hanya belum selesai saja.

Selayaknya tugas kuliah yang belum juga selesai hingga satu jam sebelum deadline pengumpulan, atau skripsi yang masih tertunda hingga semester demi semester berakhir.

Ya, tidak ada yang salah. Semua itu hanya ketertundaan.

Seperti banci-banci yang mengamen di perempatan lampu merah, atau pengemis kecil yang sudah kita duga bahwa aksinya adalah pesanan para cukong. Atau koruptor yang terus menerus tergoda oleh uang transport saat harus memenangkan tender ini, memenangkan calon itu atau apapun itu.

Sebenarhyalah manusia pasti memiliki hati nurani, karena kesemuanya lahir dalam keadaan yang suci. Bersih, tanpa pikiran-pikiran jahat yang diketahuinya. Kita semua.

Lalu siapakah dia yang suka merampok, menganiaya, atau membunuh? Yang saya yakini, siapapun dia, dialah manusia. Dia yang masih punya detik-detik merenung setelah melakukan sesuatu --tak peduli benar atau salah, tentang apa yang ia cari, apa yang ia tuju dan untuk apa semuanya itu ia lakukan.

Begitu juga dengan penipu, pembohong atau pezina. Tak ada satupun dari mereka yang tak pernah bertanya, saya sangat yakin itu. Setidaknya sedetik, atau setengah detik: tentang apa yang ia cari, tuju dan untuk apa kesemuanya itu.

Karena mereka lahir dalam keadaan suci. Tidak ada yang menyentuhnya saat itu, dan  tak ada yang salah dalam dirinya. Dan kata 'Salah' adalah hanya sebuah kata. Ciptaan manusia.

Karena itulah yang saya renungkan dari kalimat Tuhan, "Aku lebih dekat dari urat nadi manusia". Karena itulah yang saya renungkan dari kisah pelacur yang masuk ke dalam surga. Karena banyak hal yang saya jalani jugalah, kata 'Salah' menjadi kata yang harus hati-hati saya ungkapkan.

Jangan cintai apapun. Cukup cintai nurani yang kata-katanya mengikuti cinta Tuhan kita.. :)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun