Mohon tunggu...
nadiaaulia
nadiaaulia Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

hobi menulis dan menghitung

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Lunturnya Budaya Gotong Royong: Tantangan Era Modern untuk Bangsa

24 November 2024   22:22 Diperbarui: 24 November 2024   22:26 13
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jika banyak orang berusaha keras, budaya gotong royong dapat dihidupkan kembali. Salah satunya adalah pendidikan. Keluarga dan sekolah sangat penting dalam mengajarkan nilai-nilai gotong royong kepada anak-anak. Misalnya, mengambil bagian dalam kegiatan kerja bakti di sekolah atau melibatkan anak-anak dalam kegiatan sosial di rumah.
Selain itu, penguatan peran komunitas lokal seperti RT dan RW juga penting. Mereka dapat menginisiasi kegiatan rutin seperti bersih-bersih lingkungan atau penggalangan dana untuk membantu warga yang membutuhkan. Teknologi juga bisa dimanfaatkan untuk tujuan positif. Kegiatan sosial seperti mengumpulkan donasi atau mengatur kerja bakti secara kolektif dapat dilakukan dengan platform digital.

Bagaimana menghidupkan Kembali budaya gotong royong?

Pendekatan dan pembelajaran nilai luhur. Keluarga dan sekolah sangat penting dalam menghidupkan kembali nilai-nilai gotong royong. Anak-anak harus dididik tentang pentingnya kerja sama dan solidaritas melalui contoh nyata, seperti kegiatan sosial atau kerja bakti. Nilai-nilai ini juga dapat dimasukkan ke dalam kurikulum sekolah untuk mengajarkan karakter yang didasarkan pada kebersamaan.

Penguatan peran komunitas lokasi. Kegiatan gotong royong harus didorong oleh komunitas lokal seperti RT, RW, atau kelompok masyarakat adat. Misalnya, dengan mengadakan kerja bakti rutin atau aktivitas lainnya yang melibatkan seluruh penduduk. Aktivitas ini meningkatkan hubungan sosial dan menyelesaikan masalah bersama.

Pemanfaatan teknologi untuk mendukung kolaborasi. Teknologi dapat meningkatkan kolaborasi. Kegiatan sosial seperti penggalangan dana, kerja bakti, atau kampanye solidaritas untuk membantu orang yang membutuhkan dapat dilakukan dengan platform digital.

Peningkatan kesadaran generasi muda. Memungkinkan generasi muda untuk berpartisipasi secara aktif dalam kegiatan berbasis komunitas adalah penting. Untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya gotong royong, program seperti bakti sosial, pengabdian masyarakat, atau pelatihan kerja sama dapat membantu.

Kesimpulan

Budaya gotong royong, yang merupakan warisan budaya bangsa Indonesia, menunjukkan rasa solidaritas, kebersamaan, dan kerja sama dalam komunitas. Namun, individualisme, urbanisasi, kemajuan teknologi, dan kurangnya pemahaman generasi muda tentang nilai-nilai budaya menyebabkan nilai-nilai ini semakin memudar di zaman sekarang. Akibatnya, solidaritas sosial menurun, masyarakat menjadi lebih terpecah, dan rasa tanggung jawab sosial menurun. Namun, budaya gotong royong masih dapat dihidupkan kembali melalui kerja sama. Langkah-langkah strategis yang dapat dilakukan termasuk meningkatkan peran komunitas lokal, meningkatkan pendidikan keluarga dan sekolah, dan memanfaatkan teknologi untuk mendukung kolaborasi. Nilai-nilai luhur ini dapat kembali menjadi pondasi yang kokoh bagi keharmonisan dan kemajuan bangsa Indonesia dengan melibatkan generasi muda secara aktif dan membangun kesadaran akan pentingnya gotong royong.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun