“Bagaimana cara kita mengetahui batu akik yang bagus?,” aku mulai memancing.
“Pasti dilihat dalamnya dengan senter dan batu akik yang kelihatannya baik belum tentu batu akik itu bagus,” jelas Dul.
“Sama seperti orang yang sudah kena HIV/AIDS, kita tidak bisa hanya melihat dari fisiknya saja,” jelasku.
Sama dengan Jono tadi, aku mulai memberikan informasi tentang HIV/AIDS serta penularan dan pencegahannya.
“Jadi aku sangat berisiko tertular HIV ya?,” tanya Dul.
“Kita melakukan hubungan intim dengan tidak aman, kita termasuk orang yang sangat berisiko tertular HIV/AIDS,” jelasku.
“Trus apa yang harus aku lakukan?,” tanya Dul.
“Mulailah menggunakan pengaman saat melakukan hubungan intim dan kalau ada waktu silakan mas datang ke pusat layanan untuk tes HIV,” jawabku.
Dul mulai sadar kalau perilakunya selama ini sangat berisiko dan dia minta diantar untuk mengakses layananan IMS dan VCT.
Informasi dan pengetahuan tentang HIV/AIDS sangat diperlukan oleh orang-orang yang perilakunya berisiko tinggi tertular HIV/AIDS karena banyak di antara mereka yang belum terpapar program dari Komisi Penanggulangan AIDS Nasional (KPAN) yaitu pencegahan penularan dan penyebaran HIV/AIDS. Harapan kita agar di Pernas AIDS V Makassar dapat didiskusikan dan ditemukan metode penjangkauan bagi pria yang berisiko tinggi terhadap penularan dan penyebaran HIV/AIDS. *
Ilustrasi: Repro www.datesafeproject.org