Hari ini saya akan membahas tentang konflik. Ya, pas pertama membaca kata konflik saja sudah berpikir yang buruk-buruk. Kepikirannya pasti masalah, ribet, capek, dan berbagai jenis umpatan lainnya.Â
Pas mendengar kata konflik juga kepikirannya mau cepet-cepet selesai dan berharap semoga konflik- konflik lainnya tidak datang di masa yang akan datang. Â
Akan tetapi, pada artikel ini saya berniat untuk memberi tahu anda bahwa konflik di organisasi tidak selalu menyesakkan, konflik juga bisa menjadikan organsiasi menjadi "apik".
Sebelum kita membahas lebih jauh tentang konflik, kita harus mengetahui apa sih arti dari hal yang "menyebalkan" ini?Â
Menurut KBBI (1996:518) konflik adalah percekcokan, perselisihan, pertentangan. Sedangkan menurut Robert, konflik organisasi adalah suatu proses interaksi yang terjadi akibat adanya ketidaksesuaian antara dua pendapat (sudut pandang) yang berpengaruh terhadap pihak-pihak yang terlibat baik pengaruh positif maupun pengaruh negatif.Â
Baca juga : Bagaimana Cara Bertahan dalam Ronde Konflik?
Pada tahun 1981 Luthans berkata bahwa konflik adalah kondisi yang ditimbulkan oleh adanya kekuatan yang saling bertentangan. Kekuatan-kekuatan ini bersumber pada keinginan manusia.
Sekarang kita sudah mengetahui arti konflik itu apa. Mari kita bahas tentang jenis-jenis konflik.
Jenis konflik organisasi berdasarkan sumbernya:
- Konflik internal. Konflik internal adalah konflik yang bersumber dari individu dan stakeholder organisasi dan dampaknya bersentuhan langsung dengan organisasi tersebut. Contoh dari konflik internal adalah ketua organisasi yang tidak melaksanakan tanggung jawabnya, kepala bidang yang suka menghilang, anggota yang bertengkar karena program kerja organisasi.
- Konflik eksternal. Konflik eksternal adalah konflik yang bersumber dari luar, biasanya dari birokrasi atau pihak ketiga. Konflik yang ditimbulkan juga tidak bersentuhan langsung dengan organisasi. Akan tetapi jika dibiarkan, lambat laun akan mempengaruhi sistem organisasi. Contoh konflik eksternal yang terjadi adalah pelarangan live streaming oleh pemerintah yang dapat mengakibatkan organisasi online terganggu keberjalanannya, pelarangan pengumpulan massa berjumlah besar akan mempengaruhi organisasi masyarakat dan lain sebagainya.
Jenis konflik organisasi berdasarkan sifatnya:
- Konflik fungsional. Konflik fungsional adalah konflik yang memperbaiki kinerja kelompok dan membantu kelompok untuk mencapai tujuannya. Konflik fungsional ini dapat membuat organisasi menjadi lebih dinamis, berkembang, dan dapat menyesuaikan diri dengan perubahan yang terjadi di lingkungan.
- Konflik difungsional. Konflik difungsional merupakan konflik yang menghalangi tercapainya tujuan kelompok. Konflik difungsional ini bersumber dari konsekuensi yang bersifat destruktif. Jika konflik difungsional ini dibiarkan maka dapat berdampak buruk bagi organisasi. Seperti di cap buruk oleh masyarakat, sampai pembubaran organisasi.
Baca juga : Too Much Analyzing yang Mengganggu Konstelasi Organisasi
Jenis konflik intraorganisasi menurut mangkunegara (2011):
- Konflik hierarki. Konflik hierarki adalah konflik yang terjadi pada tingkatan hierarki organsiasi. Contoh dari konflik hierarki ini adalah konflik antara ketua BEM dengan ketua bidang, konflik staff muda dengan koor bidang.
- Konflik fungsional. Konflik ini berarti konflik yang terjadi antara departemen yang memiliki fungsi berbeda. Contohnya adalah konflik antara bidang sosial politik dan bidang humas.
- Konflik lini staff. Konflik lini staff adalah konflik yang terjadi antara kepala unit dengan staff nya. Contoh dari konflik ini adalah staff yang tiba-tiba menghilang meninggalkan tanggung jawab bidang.
- Konflik formal-informal. Konflik ini adalah konflik yang berhubungan dengan norma yang berlaku di organisasi informal dengan organisasi formal. Contoh dari konflik informal-formal ini adalah kesalahan penetapan norma oleh stakeholder organisasi, staff yang membawa norma kelompok informalnya kedalam organisasi formal.