Mohon tunggu...
My Name Is Nadia
My Name Is Nadia Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

proud of being my self

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Yang Tak Berjudul

14 Juni 2017   11:35 Diperbarui: 14 Juni 2017   11:40 284
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

inilah jawaban atas segala yang kau tuliskan :

selalu mengejutkanku saat kita muncul bersaamaan

aku selalu bertanya bagaimana alam mampu menerjemahkan apa yang kita pikirkan,

bahkaan secara gamblang

dan aku tau kau ada di ujung sana,

menahan diri untuk melebur dalam pelukanku dan mengusap air matamu

atau sekedar mendengarkan kata-kata yang selama ini belum pernah tersampaikan

atau membicarakan apa saja, seperti malam-malam sebelumnya saat kita masih ada

saat aku menuliskan kata per kata satu demi satu ...

saat semua mengalir keluar begitu saja

ketahuilah, ini semua bukan lagi tentangmu

meskipun segalanya masih sanggup memporak porandakan hatiku

angin dingin bertiup, disela-sela hujan di bulan Juli

saat segala ketegaran tetap tegak berdiri

meskipun semuanya menjadi suram di pelupuk mata

karena selapis bening menyelimutinya

tak bisakah saja kita bahagia dengan masing-masing diri kita ?

atau pernahkan sebelumnya aku berjanji padamu

bahwa aku akan mampu menjaga diriku dan memastikan agar aku tetap baik-baik saja ?

aku bertanya padamu,

bisakah kali ini kamu menolongku ?

biarkan kenang ini menjadi milikku

tanpa harus kau membagikannya kepada siapa-siapa

bisakah kamu hanya melihatnya, lalu kemudian membiarkan semuanya berlalu ?

atau jika kau menginginkannya, kau bisa membacanya sesekali

saat dirimu merindukan kehadiran dan suaraku

tapi, bisakah itu hanya kau simpan sendiri ?

aku masih berbicara padamu

aku masih bercerita tentang apapun itu

aku masih menulis untukmu

dan aku masih bernyanyi untukmu, apapun lagu yang ingin kau dengarkan

juga tetap aku putar lagu-lagu yang membuatmu mampu luruh dalam tiap maknanya

tapi, bisakah isak air mata ini menjadi milik kita saja ?

tak perlu mengajarkan apapun padaku.

tak perlu berbicara banyak

yang perlu kau lakukan hanyalah mempercayakan segalanya padaku

lalu rasakan dalam hatimu.

dan .. bisakah kau memaafkan aku ?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun